
Jakarta, majalahspektrum.com – KETUJUH Aras Gereja nasional yang tergabung dalam Forum Umat Kristiani Indonesia (Fukri) mengaku khawatir terhadap kondisi bangsa Indonesia saat ini. Kekhawatiran tersebut terkait dengan Tahun Pemilu 2019 ini, khususnya soal Pemilihan Presiden) Pilpres, dimana politisasi agama, kampanye SARA, Hoax dan fitnah marak bertebaran yang dinilai dapat memecah-belah bangsa.
Demikian pernyataan mereka dalam rilis jumpa pers di acara Launching “Doa Kesatuan Umat Bagi Kesejahteraan dan Keadilan Bangsa” dengan tema: “Kejarlah Keadilan”, di gereja Bala Keselamatan, jalan Keramat Raya 55, Jakarta Pusat, Jumat (18/2/1/2019) sore.
Adapun ketujuh Aras nasional tersebut yakni; Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) serta Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI), Persekutuan Baptis Indonesia (PBI), Bala Keselamatan (BK), Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) dan Gereja Orthodox Indonesia (GOI).
Mewakili Fukri, Ketua Umum PGI, Pdt. Dr. Henriette H Lebang mengatakan dalam menyongsong Pilpres dan Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) pada 17 April 2019 mengimbau agar umat Kristiani di Indonesia menggunakan hak pilihnya secara bertanggung jawab.
“Berdoa, memohon hikmat Tuhan agar dapat memilih pemimpin yang memiliki integritas dan mencintai keadilan serta peduli kepada kesejahteraan seluruh warga masyarakat tanpa membeda-bedakan. Kita tolak pemimpin yang mempolitisasi agama, Hoax dan fitnah untuk mencapai kekuasaan,” tegasnya.
Fukri juga mengajak umat kristiani di seluruh Indonesia mendoakan para calon Pilpres dan Pileg, para penyelenggara pemilu (KPU dan Bawaslu) dan segenap aparat negara yang ikut memelihara terselenggaranya Pemilu yang damai dan bermartabat serta berkualitas, agar mereka melakukannya dengan jujur, setia serta takut akan Tuhan.
“Hal ini menjadi sebuah prasyarat untuk mencapai masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur, serta rukun dan damai, di mana keselamatan dan kesejahteraan seluruh ciptaan Allah dapat terwujud,” katanya.
Pekan Doa ini juga, lanjut dia, mendoakan agar warga negara mendapat HikmatNya dalam mewaspadai politisasi agama yang sering digunakan untuk meraup dukungan dan simpati demi meraih kekuasaaan. Produksi konten hoax yang menebarkan ujaran kebencian melalui media sosial menjadi ancaman yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, dan karena itu harus dihentikan.
“Hendaknya warga berhikmat dalam menerima dan menyebarkan informasi terutama lewat media sosial,” imbaunya.
Dalam kesempatannya, Keuskupan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Agus W mengatakan dalam Pekan Doa bagi Kesatuan Gereja mengajak semua warga gereja apapun latar belakang denominasinya untuk ikut dalam gerakan doa bagi kesatuan tubuh Kristus, agar umat kristiani dimampukan menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mewujudnyatakan keadilan dan damai sejahtera-Nya di dunia, khususnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
“Kita (Fukri) bukan cuman berdoa saja tetapi juga bertindak nyata dengan adanya ketidak adilan dalam kehidupan beragama dan beribadah di Indonesia untuk semua agama dan keyakinan. Jangan ada lagi diskriminasi,” tukasnya.
Untuk diketahui, seluruh umat Kristen di dunia, termasuk Indonesia, merayakan Week of Prayer For Christian Unity (WPCU) 2019 atau Pekan Doa se-Dunia untuk Kesatuan Gereja, yang mengusung tema “Kejarlah Keadilan” (Ulangan 16:20).
Tahun ini, Indonesia melalui PGI dan KWI dipercaya untuk menyusun Materi dan Tema Pekan Doa 2019, yang digunakan oleh gereja-gereja di seluruh dunia. Tema yang dipilih untuk WPCU atau Pekan Doa 2019 adalah: “Kejarlah Keadilan” (bdk. Ul. 16:20). Tema ini dipilih oleh Tim Indonesia bertolak dengan kenyataan di Indonesia maupun di dunia di mana KETIDAKADILAN merupakan salah satu isu pokok yang harus ditanggulangi bersama demi kesejahteraan masyarakat dunia dan Indonesia khususnya, serta kelestarian alam semesta di tengah krisis ekologis global saat ini.
Usai konferensi Pers bersama awak media, Fukri yang bekerjasama dengan Jaringan Doa Nasional (JDN) menggelar ibadah bersama. Bertindak sebagai pembawa firman (Khotbah) Ketum PGI, Pdt, Dr, Henrirte Lebang. Dalam ibadah tersebut ketujuh aras gereja bersama JDN mendeklarasikan pekan doa secara menyeluruh se-Indonesia melalui jejaring yang mereka masing-masing punyai.
Dalam khotbahnya, Pdt, Dr, Henrirte Lebang mengatakan umat kristiani harus memohon tuntunan Roh Kudus agar mampu menjadi rekan sekerja Allah untuk meghadirkan keadilan dan damai sejahtera. Dia juga menyoroti kehadiran gereja di tengah kemajemukan Indonesia. Menurutnya, kemajemukan adalah rahmat Allah yang harus dirawat agar menjadi berkat.bahwa WPCU 2019 mempunyai makna penting dalam perjalanan ekumenis dan kesaksian bersama gereja-gereja di Indonesia.
“Pertanyaannya adalah, apakah kita sendiri telah bertindak adil bagi sesama? Apakah kita diam saja ketika orang lain dirampas haknya? Apakah kita diam saja ketika suap, korupsi, penyalahgunaan wewenang terjadi? Kita harus malu ketika abai mewujudkan keadilan,” katanya.
“Ibarat simponi musik yang berbeda-beda, tapi bisa menghasilkan suara indah. Demikian juga kemajemukan di dalam gereja. Kita harus saling belajar dan mengenal, menghilangkan prasangka, dan lainnya. Sebab, jika kita saling membeda-bedakan di situ akan muncul kebencian dan ketidakadilan,” tambahnya. (ARP)
Be the first to comment