PIKI Gelar Refleksi Awal Tahun Bahas 4 Topik Nasional Krusial

Jakarta, Majalahspektrum.com – SUDAH merupakan tradisi Akademis setiap tahunya, Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) menggelar Refleksi Awal Tahun (RAT) 2019. 

Tahun ini, dalam refleksi awal tahun-nya, PIKI mengulas secara ilmiah 4 Isu penting nasional dalam bentuk diskusi interaktif di Graha Oikumene PGI, Jalan Salemba, No.10, Jakarta Pusat, Kamis (24/1/2019), dengan menghadirkan pembicara dan penanggap dari organisasi cendikia lintas agama dan akademisi. 

Adapun keempat topik, dengan narasumber dan penanggap tersebut  yakni: Pertama tentang “Kebhinekaan Indonesia Pasca Pemilihan Umum: Refleksi atas Nilai-Nilai Pancasila”, menghadirkan pemantik Rektor UIN Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Dengan Penanggap  dosen Fisipol Universitas Kristen Indonesia yang juga Intelektual Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Dr. Osbin Samosir, M.Si. dan Kholid Syeirazil, M.Si. dari Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU).

Topik kedua yang dibahas tentang “HAM dan Keadilan Sosial bagi Orang Asli Papua” menghadirkan narasumber Rektor Universitas Cendrawasih, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA dengan penanggap Yakobus Muda dari Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA). 

Topik ketiga berjudul “Bonus Demografi: Menyelaraskan Pembangunan dengan Kesiapan Sumber Daya Manusia” dengan

Narasumber Rektor Universitas Maranatha Bandung yang juga Guru Besar ITB, Prof. Ir. Armein Z. R. Langi, M.Sc., Ph.D. dengan penanggap Dr. Pos Hutabarat (Dewan Pakar DPP PIKI) dan Peter Lesmana dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN).

Terakhir, Topik keempat bertajuk “Pembangunan Infrastruktur untuk Akselerasi Transportasi dan Konektivitas” menghadirkan narasumber Dirut MRT, Dr. Ir. William Sabandar. 

Hadir pula dalam kesempatan itu Dias Hendropriyono dari Kantor Staffnya Kepresidenan (KSP). Dalam kesempatannya sebagai pengantar diskusi, Dias mengatakan saat ini Indonesia tengah mengalami degradasi nasionalisme. 

“Salah satu penyebabnya adalah sikap individualisme manusia saat ini yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi,” katanya. 

Sementara, dalam tanggapannya soal refleksi Pancasila dalam kehidupan berbangsa, Kholid Syeirazil, M.Si. dari Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) mengatakan bahwa Pancasila harga mati, NKRI sudah final. Namun menurut dia bangsa warga Indonesia yang terpaksa menerima Pancasila dan NKRI, hal itu dibuktikan adanya sekelompok orang yang menginginkan Indonesia menjadi negara agama atau bersyariah.

“Bagi NU Pancasila dan NKRI sudah final. Pancasila sudah sesuai atau memuat nilai-nilai islam. Secara sadar dan ikhlas NU menerima Pancasila sementara ada pihak yang terpaksa menerima Pancasila artinya tidak dengan kesadaran dan ikhlas,” ungkapnya.

Dalam kesempatannya, mewakili Ketua Umum DPP PIKI, Putri Sitepu menjelaskan bahwa PIKI setiap tahun melakukan evaluasi akhir tahun dengan melakukan kajian mendalam terhadap keadaan bangsa secara global dalam satu tahun.

“Sebagai organisasi cendikia kita (PIKI) melakukan kajian evaluasi akhir tahun tetapi tahun ini (2019) kita melakukan refleksi awal tahun, ini kita lakukan terkait Pemilu 2019. Kita melakukan kajian bagaimana keadaan Indonesia pasca pemilu dengan melihat keadaan sekarang ini, khususnya terkait Pilpres yang sangat tegang dan mengkhawatirkan,” kata anggota DPD RI Dapil Sumut ini. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan