Jala Unsrat Waranai Perayaan Natal Dengan Seminar Nasional Mencari Pemimpin Bersih dan Berhikmat

Jakarta, majalahspektrum.com – SEBELUM merayakan Perayaan bersama para alumni Universitas Ram Ratulangi (Unsrat), Jaringan Lintas Alumni (Jala) Unsrat menggelar seminar nasional bertajuk “Mencari Pemimpin yang Bersih dan Berhikmat untuk Indonesia” di aula Gajah Mada gedung Lemhanas, Jakarta, Sabtu (2/2/2019) malam.

Hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut; Gubernur Lemhanas (Keynote Speaker), Letjend (Purn) Agus Widjojo, Deputi IV Kantor Presiden Eko Sulityo, Dirktur Jenderal Imigrasi Ronny F Sompie, Jaksa Agung Muda Intelejen Dr, Jan S Maringka dan Direktur Gratifikasi KPK Syarif Hidayat.

Sedangkan sebagai penanggap seminar yakni; Mantan rektor Universitas Sam Ratulangi Prof Lucky Sondakh, Wakil Ketua Umum Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) Woro dan Wakil Rektor Unsrat saat ini Ronny.

Menurut Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, Agus Widjojo, pemimpin sejati dituntut untuk mampu merealisasikan visi dan misinya bagi kepentingan masyarakat umum. Pemimpin pun tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki demi memuaskan ambisi pribadi.

Agus mengemukakan, dalam kultur tradisional sosok pemimpin tentu memiliki kedudukan penting. Menurut dia, pemimpin sejati tidak pernah dilahirkan, tetapi muncul lantaran sebuah situasi dan kondisi.

“Nah, mencari pemimpin itu memang harus dibina, enggak bisa kita berangan-angan bahwa pemimpin itu harus sempurna. Jadi, memang ada prosesnya sehingga kita tidak bisa menunggu bahwa seolah-olah pemimpin itu datang dari langit,” ujarnya.

Mengenai kondisi Indonesia saat ini, sambung dia, figur yang pantas menjadi pemimpin dan diharapkan publik ialah yang memiliki kemampuan untuk mengenal diri sendiri, serta bisa melihat karakteristik dan kelemahan maupun kekuatannya.

“Dengan demikian, dia akan menentukan langkah-langkah yang tepat karena pemimpin dalam proses kepempimpinan itu akan terdiri atas tiga elemen. Pertama, elemen pemimpin itu sendiri yang ditentukan oleh personalitas atau kepribadian, dan karakter. Kedua, lingkungan termasuk organisasi. Ketiga, adalah pengikut,” jelasnya.

Menurut dia, pemimpin juga wajib menjaga amanah publik melalui rambu-rambu yang sudah ditentukan. Jangan pula pemimpin itu menggunakan kekuasaannya untuk memuaskan ambisi dengan mengorbankan kepentingan umum.

“Pemimpin harus mengenal siapa pengikutnya karena itu akan menentukan komunikasinya. Misalnya, seorang yang memimpin satu regu Kopassus untuk tugas yang sulit itu akan memerlukan cara kepimpinan dan komunikasi yang berbeda dengan seorang rektor di sebuah universitas,” katanya.

Senada disampaikan Jan Samuel Maringka. Menurut dia, dalam perspektif hukum, maka seorang pemimpin harus bisa memastikan tegaknya supremasi hukum yang wajib menghadirkan keadilan, kebenaran, kepastian, dan kemanfaatan.

“Makanya, pemimpin dalam reformasi hukum itu harus memimpin dengan hati dan dengan sepenuh hati. Pemimpin itu harus juga bisa menciptakan kepastian hukum,” terang dia.

Sementara, dalam tanggapannya, mantan rektor Universitas Sam Ratulangi Prof, Dr, Lucky Sondakh menekankan kampus atau dunia pendidikan menjadi aspek penting dalam pembentukan karakter seorang pemimpin.

“Harvaerd University menghasilkan 5 Presiden Amerika Serikat. Saya setuju dengan pak Agus bahwa seorang pemimpin harus dipersiapkan,” katanya. Usai seminar, para alumni Unsrat menggelar ibadah perayaan Natal dan Tahun Baru bersama. Renungan khotbah dibawakan oleh Ketum PGI, Pdt, Dr, Henriette Lebang. Perayaan dimeriahkan dengan penamnpilan artis Eka Deli. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan