MenPPPA Ajak Mahasiswi STT REM Tingkatkan Martabat dan Potensi Diri

Jakarta, majalahspektrum.com – MENTERI Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA), Prof, Dr, Yohana Susana Yambise, M.A mengajak para perempuan generasi muda saat ini, khususnya para mahasiswi Sekolah Tinggi Teologia (STT) Rahmat Emmanuel (REM) agar meningkatkan harkat, martabat dan potensi diri mereka agar mampu menciptakan generasi emas bangsa dan tidak disepelekan kaum pria.

Hal itu dikatakan Yohana saat memberikan kuliah umum bertajuk “Perempuan Generasi Muda” di gedung Kampus STT REM, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (7/2/2019) malam.

“Perempuanlah yang akan menghasilkan generasi emas menuju Indonesia emas 2045 dan Perempuan menuju Planet 50;50 tahun 2030 karena di tangan perempuanlah generasi penerus dilahirkan, dirawat dan dibentuk karakternya,” terangnya.

Saat ini, kata Yohana, hanya ada 3 daerah atau kota yang memiliki index gender yang baik di Indonesia yakni; DKI Jakarta, Manado dan Yogjakarta. Sedangkan tingkat kasus pemukulan terhadap perempuan tertinggi ada di wilayah Indonesia Timur, khususnya di NTT dan Papua.

“Jadi kita yang hadir di sini malulah sebagai orang Indonesia Timur. Oleh karena itu saya mengajak mahasiswa/i yang dari Indonesia Timur di STT REM ini bila sudah lulus dan melayani jangan lupa pulang kampung serukan anti pemukulan terhadap perempuan dan menghormati perempuan sebagai sosok yang melahirkan generasi emas,” ajaknya.

Menurut Yohana, berbagai upaya telah ia lakukan guna menekan angka kasus pemukulan terhadap perempuan di NTT dan Papua, slah satunya dengan mengajak kerja sama kepala suku atau adat.

“Saya temui mereka, saya berikan gambaran bagaimana pentingnya peran perempuan menciptakan generasi penerus berkualitas yang akan mengangkat harkat dan martabat suku atau daerah mereka. Setelah itu mereka saya minta untuk mensosialisasikannya ke masyarakatnya,” beber wanita Papua pertama yang menjadi Menteri ini.

Saat ini, kata dia, banyak negara Timur tengah yang memintanya menjadi pembicara di negaranya berbicara mengenai perempuan seperti; Afghanistan, Turki dan Iran.

“Saat diminta isteri Presiden Afghanistan menjadi pembicara utama saya minta izin ke Presiden mengingat negara tersebut sedang berkonflik dan rawan, setelah Presiden izinkan baru saya berangkat. Saya tidak minta dibayar, sebagai imbalannya saya minta balik isteri presiden Afghanistan jadi pembicara di Indonesia,” kisahnya.

Yohana juga menyoroti persoalan keterwakilan politik perempuan di Indonesia yang masih rendah. Dalam rangka persiapan tahun politik 2019, kata Yohahna, kementerian yang dipimpinnya tengah berupaya menanamkan dan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya keterwakilan perempuan.

“Di tingkat Legislatif (DPRD/DPR) keterwakilan perempuan saat ini masih sekitar 17 persen. Untuk Kepala daerah baru 14 persen,” katanya. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan