Preatasi Terbesar Anies Terhadap Jakarta Adalah Menghancurkannya

Jakarta, majalahspektrum.com – DALAM cuitan di akun Twitternya, Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti mengatakan “Waduk Pluit sekarang menjadi tempat sampah. Jauh lebih parah dari yang pernah ada sepanjang sejarah berdirinya Waduk Pluit. Meski saya tidak pernah ke Waduk Pluit, bahkan ketika saya ada di Jakarta sekali pun, saya bisa melihat dari internet”…

Sejak dipimpin oleh Anies Baswedan, nasib ibu kota negara, DKI Jakarta semakin terpuruk dan buruk. Seperti gengsi terhadap kerja baik Ahok selagi menjadi Gubernur Jakarta, Anies seperti sengaja membuat apa dan tempat yang sudah diperbaiki Ahok, menjadi amburadul. Bahkan lebih buruk dari sebelumnya. Waduk Pluit adalah saksi bisu, dari perubahan yang dikerjakan Ahok, dan kehancuran yang dihasilkan Anies.

Saat Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta, waduk pluit begitu bersih dan tertata rapih. Kini di tangan Anies, kondisi waduk Pluit mengalami pendangkalan. Endapan lumpur terlihat tebal, dan parahnya sampah menutupi permukaan air serta menimbulkan bau tak sedap.

Sebelum dibenahi Ahok, kedalaman Waduk Pluit hanya sekitar 1-3 meter. Karena penduduk sudah mendapatkan tempat tinggal yang lebih pantas, kedalaman Waduk tersebut per saat itu menjadi sekitar 10 meter. Bisa dibayangkan, kapasitas air yg ditampung bertambah berkali-kali lipat.

Walhasil, Waduk Pluit menjadi salah satu tempat yang disulap oleh Ahok. Sebagai tempat penampungan air, sekaligus tempat wisata bagi anak-anak dan orang-orang yang ingin berlibur. Waduk Pluit menjadi indah, menjadi tempat yang layak untuk disinggahi, untuk melepas penat seharian bekerja di ibu kota.

Beberapa kehancuran terhadap Jakarta hasil karya Anies bukan cuman soal waduk Pluit. Itu hanya salah satu contoh dari banyaknya kehancuran dan kemunduran kota Jakarta yang dibuat gubernur hasil kampanye SARA dan Hoax ini.

Berikut beberapa kebobrokan dan kemunduran Jakarta hasil karya terbesar Anies;

  1. PKL Maakin Marak. Pedagang Kaki Lima di era Ahok ditertibkan terutama yang memakan bahu jalan karena sebagai biang kerok kemacetan. Di era Anies, PKL kembali meraja lela . bukan cuman bahu jalan, setengah jalan umum pun diserobot oleh PKL yang sudah barang tentu memberi setoran kepada oknum pejabat atau preman para pendukung Anies saat Pilgub.
  2. Saat ini bila hujan deras sebentar saja, sedah banyak genangan air di berbagai titik Jakarta. Geanagan air pun lama surut, sesuatu pemandangan yang tak kita lihat saat Jakarta dipimpin Ahok. Setelah Ahok, baru di tangan Anies kembali kita menyaksikan adanya warga mengungsi akibat rumahnya kebanjiran.
  3. KJP dan Calo. Nasib Kartu Jakarta Pintar tak kalah memilukan, begitu juga praktik percaloan di instansi pemprov DKI Jakarta yang mengurusi keadministrasian warga. Nasib KJP ditangan Anies tak jelas cairnya. Banyak siswa penerima KJP yang tiba-tiba hilang jatahnnya, jumlahnya berkurang dll. Yang perlu diawasi KPK atau ICW adalah para “Tuyul” penerima KJP.
  4. Penyerapan APBD Besar Hasil Nol Besar. Penyerapan APBD di era Anies cukup besar dan hasil audit BPK memeberi nilai WTP. Uniknya, besarnya anggaran APBD yang terserap tak dirasakan warga dampaknya. Tak ada sesuatu yang baru yang baik dirasa warga. WTP pun tak wajar karena banyak kebocoran anggaran yang tak perlu dan ganjil.
  5. Kerja Politik. Banyak kebijakan dan program kerja Anies yang dinilai merupakan kerja kepentingan politik kelompok atau pengusungnya. Salah satu contoh terbaru adalah saat aksi 21-22 Mei yang berujung rusuh.

Dalam aksi rusuh karena nafsu kekuasaan yang tak kesampaian Capres 3 periode tersebut, Anies  berperan sebagai tukang traktir para perusuh dan pengangkat keranda. Beberapa hari sebelum aksi, melalui kepala dinas, Anies menggratiskan dan mewajibkan setiap Rumah Sakit di Jakarta menampung para peserta aksi. Dia seperti tahu akan ada korban dalam aksi tersebut.

Jagalnya, Anies adalah orang pertama kali tahu ada korban meninggal dan luka-luka dari peserta aksi. Dia begitu cepat mengunjungi RS tempat korban. Sejurus kemudian sang boss-nya (Capres gagal tapi klaim menang) mengutarakan turut berduka citanya. Ach, seperti sudah didesain saja…wkwkwkw…..

Kalau satu koalisi tidak suka dengan kebersihan dan kejujuran, pasti tercermin dari kotanya. Pasti tercermin dari pendukungnya. Ini sudah menjadi sebuah hal yang paling hakiki dan koneksi yang tidak terelakkan lagi, begutulah kata akun seword.

Keberadaan Anies memang menjadi duri dalam daging pemerintahan Joko Widodo. Anies ini tukang traktir perusuh dengan pengobatan gratis. Pun Mayatnya diangkat tinggi-tinggi. Ia lebih cocok sebagai pembersih lantai demo, penggunting pita dan tukang angkat keranda. Untung tidak jadi tukang gali kubur sekalian.

Jadi, wajar saja kalau Presiden Jokowi ingin memindahkan pusat pemerintahan negara dari Jakarta. Semoga segeralah dipindahkan karena kalau lama-lama di Jakarta, bisa tidak punya hormat dan harga diri negara ini karena gubernurnya memang cuman bisa beretorika, cuap-cuap manis dan mengahancurkan kota. (Agus Riyanto)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan