Bukan Sekedar Skill, Mari Belajar Worship Leader Prophetic Ministry di STT REM

Jakarta, majalahspektrum.com – BUKAN sekedar memiliki skill bernyanyi dan bermusik untuk menjadi seorang Worship Leader (WL). Pasalnya, sering kali seorang worship leader menjadikan panggung mimbar gereja sebagai ajang performance dan entertaiment belaka.
Kemampuan bermusik dan bernyanyi mumpuni belum tentu mampu membawa pesan suara kenabian kepada jemaat yang hadir beribadah bahkan jadi pujian dan penyembahan tang berkenan di hadapan Tuhan.
Menjadi worship leader sebaiknya bukan sekedar mengaktualusasi bakat atau hobby tetapi mampu membawa pesan firman kepada jemaat.
Atas dasar itu, dosen musik Sekolah Tinggi Teologia Rahmat Emmanuel (STT REM), Yusak Itong, M.Th menginisiasi adanya Kursus Musik Praktis (KMP) di kampus STT REM, jalan Pelepah Kuning III, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Dipaparkan Yusak, terdapat 3 kelas di KMP yakni; kelas olah Vocal, kelas musik Keyboard dan kelas worship leader. Untuk kelas vocal dan keyboard sudah berjalan, sedangkan untuk kelas worship leader mulai berjalan sejak Sabtu, 15 Juni 2018.
“Tiap kelas 4 kali pertemuan dalam sebulan. Untuk kelas worship leader setiap hari Sabtu dan sudah dimulai minggu kemarin,” kata Yusak kepada majalahspektrum.com di kampus STT REM, Sabtu (22/6/2019).
Menurut Yusak, seorang worship leader haruslah memiliki karunia roh dan kepekaan terhadap tema lagu yang dinyanyikan.
“Setiap lagu yang dinyanyikan sesuai dengan tema khotbah. Worship leader juga harus memiliki motivasi Prophetic Ministry (Pelayanan Kenabian). Nah di kelas worship leader itu kita ajarkan,” jelasnya.
Adapun biaya untuk mengikuti kelas worship leader atau kelas yang lainnya di KMP sangatlah terjangkau, yakni 150 ribu rupiah per-bulan 4 kali pertemuan.
Saat ditanya apakah cukup waktu belajar sebulan (4 kali tiap minggu) di KMP, Yusak yakin setiap orang yang mengikuti KMP akan langsung bisa melayani di gerejanya.
“Tentu tiap peserta yang mengikuti kelas pengajaran sudah memiliki skill dasar. Ada loh worship leader atau penyanyi di gereja suaranya bagus, main musik bagus tetapi jemaat tidak ikut lisnyanyi, tidak tahu maksud atau pesan firman yang ingin disampaikan lewat lagu tersebut. Ya jadinya entertain,” terangnya.
Adapun tujuan kelas WL, kata Yusak, yakni supaya peserta tahu fungsi dan peranannya sebagai WL dan juga mengetahui apakah dirinya memiliki kepekaan akan suara Tuhan (profetik).
Kelas ini akan menjelaskan mulai dari persiapa ‘menyusun lagu’ hingga ‘penampilan dalam pelayanan Praise & Worship’.
“Pemilihan lagu lambat dan cepat, Berbagai alternatif pembukaan lagu,
Kreativitas dalam transisi lagu, Kekayaan kata (vocab) dalam bermazmur dan mendapatkan nyanyian baru dimana tim KMP bantu penulisan not dan aransemen musiknya,” paparnya.
Selain itu, lanjut Yysak, ada juga pengisian “Kuesioner Karunia” dan tempramen untuk mengetahui apakah benar peserta memiliki ‘Karunia profetik’ guna mendukung posisnya sebagai Worship Leader, Singers, Musisi
Dan Penari.
“Ini penting diketahui bagi setiap orang yang sudah, dan akan melayani Tuhan dalam bidang Praise dan Worship  sebagai salah satu persyaratan,” katanya.
Di kelas ini, lanjut Yusak, lebih menitikberatkan pada praktek dan pelatihan supaya peserta mendapatkan hal-hal yang praktis di dalam pelayanan Praise & Worship. Serta akan meneguhkan panggilan dirinya dalam bidang Praise & Worship, Musik, Dan Penari di gerejanya.
“Kita berharap juga peserta dapat memperkaya teori dan praktek  dalam mengemas lagu dan arransemen musik, serta sikap yang benar ketika menjadi Worship Leader (pemimpin penyembahan), Singers (backing vokal, Para penyanyi), Musisi (tim musik) ataupun Penari,” tutupnya.
Seorang peserta kelas worship leader, Ps.Dewi Dirgantoro, Cps mengaku mendapat banyak pengetahuan dan wawasan baru di kelas worship leader.
“Apa yang saya dapatkan di kelas worship leader ini akan saya bagikan dan praktekan di gereja tempat saya melayani,” kata Dewi yang sudah 27 tahun menjadi worship leader ini.
Menurut Dewi, dirinya bahkan kerap dipanggil untuk menjadi worship leader ibadah dan juga mengajari bernyanyi para worship leader gereja.
“Saya sudah keliling Jawa Tengah mengajari worship leader,” ujarnya.
Sementara,  Yosua Ongko Yuwono mengaku sejak SMP sudah bermain musik di gereja.
“Ya saya main keyboard iya, Drum iya, gitar juga iya, tergantung dimana yang kosong,” kata personil grup musik The New Begining (TNB) ini.
Yosua juga mengajar musik di gereja tempat dia berjemaat dari kecil. Namun tenaganya juga dipakai untuk melayani di gereja lain, baik sebagai pemain maupun pengajar.
“Di kelas worship leader KMP ini saya belajar banyak hal, terutama prophetic ministry-nya dan belajar kepekaan akan maunya Tuhan,” ungkapnya.
Setelah mengikuti kelas worship leader dan kelas lainnya, sambung Yusak, pihaknya akan menggelar Resital KMP pada Tanggal, 27 Juli 2019. Tujuannya, memberikan kesempatan kepada peserta kelas mempraktikan apa yang sudah dipelajari.
“Nanti ada jurinya 4 orang untuk memberikan penilaian. Ini bukan ajang lomba atau sebagaimananya, tetapi agar peserta tampil mempersuapjan diri seriys agar dapat tampil dengan sebaik-baiknya,” tutur Yusak.
Adapun keempat juri dalam Resital KMP tersebut nantinya yakni; Jazz Vocalis yang juga juri Indonesian Idol, Andrea Maulana, penyanyi yang jufa pelatih vocal dan paduan suara Lia Melinda, Danny Titaley (penyanyi, dosen STT REM) dan Yusak sendiri.
Bagi saudara yang ingin tahu lebih jauh tentang KMP Kemah Daud silahkan hubungi;e Ke081908116111) atau Wahyu (0818740367). (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan