Sempat Disepelekan, Tim Gondang Saurdot Pukau Masyarakat Korsel dan ASEAN

Jakarta, majalahspektrum.com – SEJAK mendaratkan kakinya di bandara Soul, Korea Selatan (Korsel), delegasi budaya Indonesia di ASEAN Week 2019, Komunitas Gondang Saurdot (KGS) disepelekan oleh delegasi dari negara lainnya termasuk panitia penyelenggara Korsel. Namun saat tampil di acara pembukaan ASEAN Week, tim Gondang Saurdot berhasil memukau masyarakat Korsel dan ASEAN.

Terlihat dalam siaran televisi Korsel, para penonton, yang umumnya warga Korsel yang memadati panggung pertunjukan tak henti-hentinya memberikan aplaus (tepuk tangan) atas penampilan tim Gondang Saurdot dari awal hingga akhir pertunjukan.

“Kami dianggap remeh karena sebagian besar anggota tim gondang saurdot masih belia. Itu pemain tagadingnya baru naik kelas 1 SMA. Dari semua delegasi negara ASEAN, hanya kami yang bisa dikata sebagai tim amatiran. Delegasi dari Singapura dan Malaysia misalnya, mereka adalah tim yang sudah profesional dan sering tampil di beberapa negara, khususnya Korsel,” beber pendiri sekaligus pembina KGS, Aldentua Siringoringo, S.H di kantornya, jalan Pemuda, Jakarta Timur, Rabu (26/6/2019).

“Malahan ada negara yang mengutus tim delegasi budayanya yang merupakan binaan khusus negara,” sambung advokat sebior ini.

ASEAN Week 2019 adalah sebuah acara yang diselenggarakan oleh ASEAN-Korea Centre, sebuah organisasi antar pemerintah yang diberi mandat untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan sosial budaya antara negara-negara anggota ASEAN dan Korea.

ASEAN WEEK 2019 diselenggarakan dalam rangka merayakan 30 tahun terjalinnya hubungan antara ASEAN dan Korea Selatan, serta 10 tahun terbentuknya lembaga ASEAN-Korea Centre. Event ini dilaksanakan di Seoul Plaza, Seoul, Korea Selatan. Rangkaian acara ASEAN WEEK 2019 yaitu Culture Festival dan Fashion Show dari negara-negara anggota ASEAN dan Korea Selatan.

“Di sana (ASEAN Week) kami menyerukan ‘Well Come To Danau Toba, Wonderfull Indonesia,” kata suami dari seorang notaris ini.

Komunitas Gondang Saurdot (KGS) sendiri adalah sebuah komunitas yang dibentuk dengan tujuan untuk memperkenalkan dan melatih alat musik uning-uningan Batak bagi generasi muda Batak. Komunitas ini digagas dan didirikan oleh Aldentua Siringoringo dan berada di bawah naungan gereja HKBP Jatiwaringin. Visi yang hendak dicapai oleh KGS adalah untuk menumbuhkan rasa cinta generasi muda Batak terhadap budayanya, dengan harapan agar budaya Batak dapat terus terpelihara hingga generasi mendatang dan menggunakan perangkat budaya dalam untuk memuji Tuhan.

KGS tampil di acara ASEAN WEEK 2019 pada tanggal 14, 15, dan 16 Juni 2019. Penampilan pertama KGS adalah pertunjukan Budaya Batak berupa penggunaan gondang dan tortor Batak sebelum dan sesudah Injil masuk ke Tanah Batak.

Di penampilan keduanya, KGS menyuguhkan permainan gondang dengan membuat medley lagu Arirang dan Gom Se Mari dari Korea, Despasito dari Spanyol, serta lagu Sigulempong dan Siksiksibatumanikkam dari Batak. Penonton yang hadir di Seoul, Korea Selatan itu sangat antusias  dan senang menonton penampilan KGS.

Menunjukkan rasa kebanggan yang dirasakan oleh KGS yang dipilih oleh panitia lokal ASEAN-Korea Centre dari sekian komunitas budaya di Indonesia,  sebagai delegasi Indonesia, KGS memberikan penghargaan tertinggi berupa Ulos Batak kepada Sekertaris Jenderal ASEAN KOREA CENTRE, Mr. Lee Hyuk di atas panggung ASEAN WEEK 2019 setelah penampilannya selesai.

Selain itu, KGS juga memberikan Ulos Batak kepada KBRI Seoul yang diterima oleh Wakil Duta Besar Indonesia KBRI Seoul, Ibu Siti Sofia Sudarma di depan booth pariwisata Indonesia.

“Saat kami katakan bahwa pemberian ulos dalam budaya batak merupakan penghargaan tertinggi dari suku batak, Sekjend ASEAN-Korea Centre sebagai pimpinan tertinggi bersedia datang untuk diulosi,” kata Aldentua.

Komunitas Gondang Saurdot sebagai delegasi Indonesia dalam ASEAN Week 2019 berfoto bersama Wakil Duta Besar Indonesia, Ibu Siti Sofia Sudarma (baris atas keempat dari kiri), setelah pemberian ulos sebagai penghargaan tertinggi kepada KBRI Seoul di depan booth pariwisata Indonesia.

Adapun official dan tim musik Gondang Saurdot adalah sebagai berikut;

  • Coach/Music Arranger /Music Director (Martahan Sitohang)
  • Assitant Coach/Music Director/Pemain Taganing 2/Guitar (Agung Pasca Siringoringo)
  • Pemain Taganing (Jeremy Simamora)
  • Pemain Sulim 1 & Ogung (Christian Malau)
  • Pemain Sulim 2 & Ogung (Petra Simamora)
  • Pemain Garantung / Ogung (Evan Panggabean)
  • Pemain Hasapi & Sarune (Martahan Sitohang)
  • Pemain Hasapi 2 & Ogung (Alfred Siringoringo)
  • Coreographer/Dancer 1 (Ny. Hutabarat Br. Sitohang)
  • Dancer 2 (Ny. Simamora br. Pasaribu)
  • Narator Angela br. Siringoringo
  • Ofisial/Datu Bolon (Aldentua Siringoringo)

Sementara, Ketua KGS yang juga turut melatih komunitas, Agung Pasca Siringoringo, S.H mengatakan bahwa para personil yang masih muda-muda tersebut merupakan putera batak kelahiran Jakarta.

“Kita generasi milineal yang ingin melestarikan dan peduli terhadap budaya leluhur. Di komunitas ini kami bukan hanya belajar alat musik batak tetapi juga belajar budaya batak,” generasi muda jangan sampai kehilangan jati diri karena budaya kita adalah kekayaan kita,” kata Pasca, panggilan akrab mahasiswa Magister (S2) Universitas Indonesia (UI) ini.

Menurut pemuda lajang yang dijuluki generasi milineal konvensional oleh teman-teman kuliahnya ini, KGS memiliki 70-an anggota yang saat ini sudah memiliki 4 tim inti gondang dan memiliki 3 perangkat musik gondang.

“KGS sudah berumur 4 tahun. Misi kami agar anak muda generasi milineal menghargai budayanya, bukan cuman generasi muda dan budaya batak, tetapi juga generasi muda suku budaya lainnya karena itu adalah kekayaan bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Pasca mengaku tujuan komunitas ini bukan untuk gagah-gagahan atau untuk mencari nafkah atau popularitas. “Lewat komunitas ini murni untuk dan agar anaka muda generasi milineal lebeh nernudaya dan beradab,” ujarnya.

KGS latihan setiap hari Kamis di gereja HKBP. Komunitas ini juga membuka diri bagi generasi muda dari gereja lainnya, apalagi HKBP untuk memberikan Coaching Clinic atau sekedar berbagi cerita tentang asiknya mencintai budaya sendiri.

“Kita ajarkan juga disiplin dan tanggungjawab. Misalnya, saat latihan dan mengiringi pujian di gereja dengan gondang, kita sita semua Smartphone pemain musiknya,” ungkapnya.

Hal senada juga diutarakan Aldentua, menurutnya, banyak dari anak-anak remaja dan pemuda di komunitas gondang saurdot yang tadinya Handphone maniak kini tidak lagi.

“Ada seorang anak yang badungnya minta ampun sampai orangtuanya mengeluh, begitu masuk komunitas ini berubah baik, itu sebabnya orangtuanya sangat bersyukur dan menjadi penyumbang dana terbesar bagi komunitas ini,” bebernya. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan