Salatiga, majalahspektrum.com – MENURUT Dosen Antropologi di King Fahd Petroleum University, Arab Saudi.: Prof. Dr. Sumanto Al-Qurtuby,” sebenarnya tidak pernah ada praktik Islamisasi ataupun Kristenisasi, yang ada sebenarnya adalah praktik doktrinisasi.
“Yang ada itu praktik doktrinisasi atau idiologisisasi suatu agama. Jadi yang ada itu Wahabisasi, HTIisasi, NUisasi atau dalam Kristen Protetanisasi, Pentakostaisasi dan lain-lain,” kata Sumanto dalam paparannya sebagai narasumber dalam acara Seminar dan Lokakarya Agama-agama ke-53 Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) di gedung Balairung kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Kota Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (3/7/2019).
Dalam paparannya bertajuk “Kontroversi dan Sikap Terhadap Penyiaran Agama dan Minoritas Agama di Indonesia”, Sumanto mengatakan bahwa dalam praktiknya, islam itu pluralis tidak tunggal.
“Ada beberapa faksi atau aliran bahkan dalam aliran yang sama pun ada perbedaan dan perdebatan tentang tata cara peribadataan dan penampilan, tergantung dari siapa gurunya, pengajaran siapa,” jelasnya.
Sumanto lantas mencontohkan soal pemahaman khilafah. Menurutnya, adanya anggapan non muslim tidak boleh menjadi pemimpin, seperti contoh kasus Ahok yang mengutip surat Al-maida 51, adalah wacana atau tafsir.
“Kalau ke Ahok isunya itu, ke Megawati perempuan tidak boleh jadi pemimpin dan kalau ke Jokowi lain lagi isunya. Padahal, di Libanon saja Presidennya selalu orang kristen, di Palestina banyak Wali Kotanya kristen. HTI itu ditolak hampir di seluruh negara arab,” terangnya.
Sumanto mengaku bahwa dirinya tidak mempersoalkan apapun agama dan teologi seseorang asal tidak intoleran dan membuat masalah.
“Mau jidat item, bercadar atau berjenggot tidak masalah karena itu hak seseorang yang harus dihormati, asal jangan intoleran, menanamkan rasa permusuhan dan membuat masalah dan keresahan,” ungkapnya.
Kalau ada orang yang melarang berinteraksi sosial atau bersahabat dengan yang berbeda keyakinan, kata dia, hal itu karena orang tersebut tidak pernah bergaul dengan orang lain dalam perbedaan.
Baca Juga: ( Apa Pasal? Jika Jadi Menag, Sumanto Al-Qurtuby Akan Cabut Kolom Agama di KTP )
“Jadi dia tidak tahu enaknya, baiknya bergaul dengan orang berbeda dengannya, tidak pernah merasakan karena sudah didoktrin tidak boleh oleh pengajarnya,” jelasya.
“Saya kuliah sarjana di sini (UKSW) tetapi sampai sekarang saya masih islam. Banyak yang bilang saya jangan kuliah di UKSW karena akan dikristenkan, dikasih kuliah gratis supaya jadi kristen. Padahal saya bayar kuliah di sini. Pun saya jadi memahami umat kristen dan punya banyak sahabat dan relasi,” sambung lulusan sarjana antropologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) ini.(ARP)
Be the first to comment