
Jakarta, majalahspektrum.com- Musik jazz pimpinan Jerry Luntungan menyemarakan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di Grha Oikumene Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Sabtu (17/8/2019).
Dalam acara yang diprakarsai Forum Umat Kristiani Indonesia (Fukri) tersebut, Ketua Umum PGI, Pdt Dr, Henriette H Lebang (Ketum PGI) indahnya kebersamaan dalam keberagaman. Kebersamaan itu diharapkan memancarkan cahaya kasih yang berdampak mendatangkan kebaikan bagi bangsa dan negara.
“Kebersamaan yang Bercahaya (light of Unity). Seperti Kristus yang membebaskan kita dari belenggu dosa. Bebas dari dosa perseteruan karena perbedaan,” kata Henriette dalam sambutannya mewakili FUKRI di gedung Graha Oikumene PGI lantai.5, jalan Salemba 10, Jakarta, Sabtu (17/8/2019) malam.
FUKRI adalah forum yang terdiri dari 7 aras gereja nasional seperti; PGI, PGLII, PGPI, KWI, Bala Keselamatan, Ortodoks dan Advent.
Dalam malam peringatan kemerdekaan RI tersebut, bukan saja dihadiri dari berbagai aras atau denominasi gereja, tetapi juga dari berbagai suku, agama bahkan bangsa.
Menurut Henriette, kata “Merdeka” merupakan salam nasional di era perjuangan yang dinasionalkan oleh Presiden pertama RI, Ir, Soekarno. Kata merdeka mengandung arti memberi semangat kebangsaan yang artinya sama dengan shalom atau assalam mualaikum.
“Merdeka berasal dari bahasa jawa kuno mahardika, yang dapat diartikan bebas dari perbedaan-perbedaan,” katanya.
Di era kemajuan teknologi sekarang ini, Henriette mengingatkan agar Jangan memuliakan teknologi,. Teknologi harus menjadi alat untuk mensejahterakan, mencerdasakan dan membangun kebersamaan bukan menjadi alat yang menghancurkan atau memperbudak kita manusia.
“Menghancurkan dengan menyebar kebohongan, malapetaka dan perpecahan. Media sosial sekarang ada dalam genggaman tangan (gadget/Smartphone) yang dengan mudah, dalam hitungan detik bisa menimbulkan petaka,” imbaunya.
Sementara, Sekum PGI mewakili aras PGI, Pdt, Gomar Gultom mengungkapkan, 25 tahun lalu, orang-orang PGI yang oikumenis, PGLII yang injili, PGPI yang Pantekosta dan KWI yang Khatolik bila bertemu saling curiga dan menunggu kesempatan untuk “memukul” terkait perbedaan doktrin atau pengajaran.
“Sekarang kita bertemu dengan senyum dan penuh kekeluargaan. Indahnya kebersamaan dalam perbedaan, apalagi kita sama-sama pengikut Kristus, karena Dia-lah sesungguhnya sang pemilik gereja,” ujar Gomar.
Sejurus dengan Gomar, dalam ssepatah-dua katanya, masing-masing perwakilan dari aras gereja PGPI, PGLII dan Bala Keselamatan mengungkapkan hal yang sama tentang kebersamaan tanpa ada sekat atau tembok perbedaan.
“Bersama kita membangun bangsa. Gereja harus berperan dalam memajukan bangsa dan negara ini,” kata Penasehat Pengurus Pusat Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Pdt, Dr, Nus Reimas dalam kesempatannya.
Berbagai lagu perjuangan, lagu-lagu daerah dan lagu rohani gereja dilantukan dengan genre musik jazz. Tampak setiap orang yang hadir begitu larut dalam suasan keakraban bernyanyi, bahkan berjoget dan menari bersama. Tampak juga warga negara asing larut di dalamnya. (ARP)
Be the first to comment