Ini Penampakan di Pembukaan Sidang Raya XVI GBI

Bogor, majalahspektrum.com – Sidang Raya Sinode Gereja Bethel Indonesia dibuka hari Selasa (27/8/2019) di Sentul Internasional Convention Centre (SICC), Bogor, Jawa Barat. Sidang tersebut dibuka oleh Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama RI.

Menurut ketua panitia, Pdt, Sutadi Rusli, ada 4.284 peserta yang hadir terdiri dari 2.079 pendeta penuh (Pdt), 1.600 pendeta muda (Pdm) dan 605 pendeta pembantu (Pdp).

“Dari 2.700 pendeta penuh yang ada yang terdaftar hadir 2.079 itu sudah termasuk 900 pendeta yang baru diangkat setelah megikuti diklat,” jelasnya.

Sementara itu, dalam khotbahnya yang diambil dari kitab Kisah Para Rasul 1:8, Ketua Umum sinode GBI, Pdt, Dr, Japarlin Marbun mengingatkan kembali tentang Visi Misi dan tujuan didirikannya GBI.

“Nats Ini adalah pesan terakhir dan yang terpenting Tuhan Yesus sebelum naik ke surga yakni memberitakan Injil ke seluruh bumi dengan kuasa roh kudus,” katanya.

Dalam kesempatan itu pula Japarlin mengemukakan alasan mengapa GBI berada terdaftar sebagai anggota di 3 aras gereja nasional yakni: PGI, PGLII dan PGPI.

“Para pendiri GBI ingin menjadi pemersatu gereja-gereja di Indonesia dan menjadi berkat,” ungkapnya.
Bukan itu saja, GBI, kata Japarlin ingin menjadi berkat bagi negara dan bangsa-bangsa.

“Itu sebabnya GBI ada di luar negeri, diundang oleh Presiden Jokowi ke istana negara karena dinilai kiprahnya berkontribusi bagi negara,” terang Japarlin yang mencalonkan diri kembali sebagai Ketum sinode GBI untuk kali kedua.

Menurut Japarlin, saat ini sudah ada 6.005 sidang jemaat (gereja) GBI di Indonesia dan luar negeri dengan jumlah jemaat 3,2 jura jiwa.

“Pendiri mempunyai target 10.000 sidang jemaat GBI. Saya optimis target itu akan tercapai, bila satu sidang jemaat yang ada sekarang ini mendirikan 1 gereja cabang baru saja sudah melebihi target,” tegas calon kuat ketum GBI ini yakin.

Turut hadir dalam pembukaan sidang raya sinode GBI tersebut ketua PGI, PGPI dan perwakilan dari gereja aras nasional lainnya. Hadir juga perwakilan gereja luar negeri, pembimas kristen DKI Jakarta dan Dirjen Bimas Kristen Kemenag RI.

Dalam kesempatannya, Dirjen Bimas Kristen Kemenag RI, Prof, Dr, Thomas Pentury sebelum membuka secara resmi sidang sinode mengatakan saat ini ada 320 sinode gereja di Indonesia dan sinode GBI tercatat sebagai salah satu sinode gereja terbesar yang ada.

“Dengan 6035 gereja, 3,2 juta jiwa jemaat, ini merupakan pencapaian yang luar biasa oleh GBI, saya salut,” kata Dirjen Bimas Kristen Kemenag RI.

Thomas berharap GBI semakin berkontribusi bagi negara khususnya dalam pembentukan karakter generasi bangsa. Tidak lupa Thomas juga mengingatkan akan pentingnya pendidikan dan khusunya tentang peningkatan dan standar mutu pendidikan sekolah tinggi keagamaan kristen.

Untuk diketahui, sidang raya sinode GBI akan berlangsung selama 4 hari sejak Selasa hingga Jumat (27-30 Agustus 2019) di SICC.Salah satu agenda penting di acara tersebut adalah pemilihan ketua umum baru BPH GBI Periode 2019-2023.

Sangat disayangkan, dari pantauan majalahspektrum.com, beredar isu kampanye hitam terhadap salah satu calon ketum BPH GBI. sudah menjadi kebiasaan, isu kampanye hitam selalu diarahkan kepada calon yang dianggap paling kuat, dan sumber isu berasal dari salah satu calon lainnya. selain itu, terdengar juga bisik-bisik kampanye money politick. tidak berupa uang cash tetapi dalam bentuk tiket pulang pesawat, khususnya kepada peserta sidang yang berasal dari daerah timur Indonesia.
Baca Juga: ( Ini Isu Yang Sering Dipakai Saat Pemilihan Pemimpin Gereja )

Seperti biasanya, isu miring yang dipakai untuk menyerang calon pemimpin gereja adalah soal “Susila”. kalau dalam politik memakai isu SARA, di gereja atau organisasi kristen isu susila sering dipakai menyerang lawan. hal itu terjadi karena masyarakat kita lebih doyan mendengar isu daripada melihat visi misi, program kerja dan kinerja calon. padahal, secara hukum umum (KUHP), sebuah kasus harus dibuktikan dengan minimal 2 alat buktindan 2 saksi, dan kasus perzinahan salah satu kasus yang sangat sulit dibuktikan, itu sebabnya, baik lembaga peradilan atau pers sering kali mengabaikan kasus ini. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan