Hak Jawab dan Koreksi Berita dari Wahana Visi Indonesia

Jakarta, majalahspektrum.com – MELALUI Surat resminya, Wahana Visi Indonesia (WVI) meminta redaksi majalahspektrum.com untuk menerbitkan koreksi pemberitaan di website majalahspektrum.com dengan judul: “Hasil Riset, Kemunafikan Pemimpin Gereja Jadi Alasan Generasi Muda Enggan ke Gereja”.

Berikut isi surat dan poin bantahan berita tersebut:

 

Jakarta, 13 Februari 2020

Nomor                  : 002/WVI-Comms/II/2020

Lampiran             : Siaran pers dan materi seminar

Perihal                  : Hak jawab dan koreksi berita

 

YTh Pemimpin Redaksi

Majalah SPEKTRUM

Di Jakarta

 

Dengan hormat,

Sehubungan dengan pemberitaan di www.majalahspektrum.com pada Kamis, 12 Februari 2020 dengan judul: “Hasil Riset, Kemunafikan Pemimpin Gereja Jadi Alasan Pemuda Enggan ke Gereja” (https://majalahspektrum.com/2020/02/12/hasil-riset-kemunafian-pemimpin-gereja-jadi-alasan-generasi-muda-enggan-ke-gereja/), dengan ini kami dari Wahana Visi Indonesia (WVI) menyatakan keberatan atas judul dan isi dari sebagian artikel tersebut. Beberapa hal yang menjadi keberatan bagi kami adalah:

  1. Judul berita : “Hasil Riset, Kemunafikan Pemimpin Gereja Jadi Alasan Pemuda Enggan ke Gereja” tidak tepat. Hasil riset dari lembaga riset internasional Barna yang disampaikan Daniel Copeland maupun Bilangan Research Center oleh Bambang Budijanto dalam seminar bertema “Bringing Shalom Across Generation” 10 Februari 2020 lalu, tidak ada satu narasumber pun yang menyebut kata-kata tersebut.

Jika membaca isi berita, kata-kata “kemunafikan” justru dikutip dari seseorang bernama Pontas, yang disebut sebagai peserta kegiatan. Namun, kata-kata yang berupa opini ini lah yang justru dijadikan judul berita. Akibatnya, hal ini bisa menyesatkan pemahaman pembaca mengenai isi riset secara keseluruhan dan reputasi WVI dan mitra sebagai pihak penyelenggara.

  1. Terjadi kesalahan pengutipan data:

Paragraf ke-4 : Kalimat “Kepala Riset Barna Research USA, Daniel Copeland, mengatakan, dari hasil riset yang dilakukan hampir di seluruh negara di dunia dengan 9 bahasa, hanya 10 persen generasi muda percaya terhadap hal yang rohani,” tidak benar. Dalam hasil penelitian Barna terungkap, secara global, generasi muda yang masih mempercayai hal spiritual sebesar 47 persen, dan di Indonesia angkanya bahkan jauh lebih tinggi, yaitu 75 persen. (data terlampir, materi Barna slide ke-7)

Paragraf ke-6 : Kalimat “80 persen anak muda menilai gereja sedang mengalami krisis kepemimpinan” tidak tepat. Dalam hasil penelitian Barna, terungkap, 82 persen anak muda menilai, krisis kepemimpinan terjadi di masyarakat luas. Sehingga tidak tepat jika dikatakan bahwa gereja mengalami krisis kepemimpinan. (data terlampir, materi Barna slide ke-32).

Paragraf ke-14 : Kalimat “Bukan cuman itu, maraknya korupsi dan kolusi di gereja juga menjadi batu sandungan anak muda untuk datang ke gereja” tidak tepat. Kalimat ini merupakan opini penulis, dan tidak ada narasumber yang menyampaikan hal tersebut. Isu korupsi terungkap dalam pembahasan karena muncul dalam riset sebagai isu (global) yang menjadi perhatian generasi muda, sehingga tidak tepat jika dikatakan marak terjadi korupsi di gereja. (data terlampir slide ke-34)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Wahana Visi Indonesia meminta redaksi www.majalahspektrum.com untuk segera menarik berita tersebut serta merevisi judul dan isi berita agar sesuai dengan fakta yang sesungguhnya, sehingga tidak menimbulkan persepsi dan pemahaman publik yang salah.

Kesalahan-kesalahan tersebut dapat merugikan reputasi kami sebagai organisasi kemanusiaan Kristen yang bermitra salah satunya dengan gereja untuk menyalurkan program kesejahteraan pada anak dan masyarakat.

Demikian hak jawab dan koreksi berita ini kami sampaikan, kiranya dapat menjadi perhatian dan dapat ditindaklanjuti sesegera mungkin. Terima kasih.

Salam,

Priscilla Christin

Direktur Komunikasi Wahana Visi Indonesia

 

Jawaban Redaksi:

Kami mengucapkan terima kasih kepada Wahana Visi Indonesia selaku penyelenggara acara dalam isi pemberitaan kami atas surat pengajuan hak jawabnya. Kami juga meminta maaf bila ada kekeliruan yang kami lakukan.

  1. Perlu kami jelaskan bahwa penulisan berita berdasarkan rill presentasi narasumber seminar bukan berdasarkan tulisan (siaran pers dan bahan materi presentasi) karena nyatanya, pemateri yang melakukan presentasi bukanlah orang yang tertulis dalam siaran pers.
  2. Terkait Paragraf 14, itu ril pandangan atau komentar salah seorang perserta seminar saat obrolan makan siang (keluhan pribadi) yang meengaku bernama “Pontas”
  3. Dalam waktu dekat, redaksi akan mengupayakan video acara tersebut sebagai bukti rill atas keberatan WVI. Video akan kami tayangkan dalam website kami.
  4. Jika isi video benar tentang keberatan pihak WVI, maka kami akan mencabut berita tersebut yang dimaksud.

5 Comments

  1. Lebay nih WVI, gak signifikan juga yang diminta koreksi, justru situasi dan kondisi saat ini dengan pemberitaan ini membuka mata daxn fikiran perlunya peningkatan kualitas pemimpin gereja… atau jangan-jangan, ada apa dengan WVI?

    • WVI terlanjur sepakat dengan narasumber tetang subtansi presentasi lalu kaget sendiri dan menggunakan hak jawab. Gereja gereja tidak berkewajiban bekerjasama dengan WVI.

  2. Gereja yg mana dulu bambang, lalu hasil riset siapa itu. Media ini atau riset yg telah dikonfirmasi dlm seminar tersebut. Jgn opini, datanya mesti jelas. Brpa populasi nya..,sample nya apa dan siapa. Pengklasifiasian riset nya sprti apa..mesti jelas dong

  3. Gak mau koreksi diri WVI. Terserah loe dah. Bukan pencegahan ke malah menyalah artikel berita.. ini bukan gue pro. Tapi kenyataannya ini yang gue liat skrg sebagai generasi muda. Yang hidup sebagai pengikut Kristus. Gue komentar banyak pun belum tentu mau mendengarkan.

Tinggalkan Balasan