Kata Pimpinan Aras dan Sinode Tentang Gereja Memasuki Era “New Normal”

Jakarta, majalahspektrum.com – PELUNCURAN (Launching) media online Vifamedia.com oleh Victorius Family ditandai dengan diskusi bertajuk: “Sikap dan Langkah Gereja di Era New Normal”. Selain pimpinan Victorius Family, Pdt, Dr, Abraham Conrad Supit, diskusi berbasis webinar zoom tersebut menghadirkan para pimpinan Aras dan sinode gereja nasional dan di moderator oleh Direktur Aset PWI Pusat, Sonny Wuisan, SH.

Mendapatkan kesempatan pertama, Ketua Umum MPH Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pdt, Gomar Gultom mengatakan, memasuki era new normal (hidup berdampingan dengan covid-19), sebaik Gereja tidak terlalu terburu-buru untuk membuka peribadatan kembali di gedung Gereja karena masih tigginya kasus Covid-19.

“Kita lihat dahulu situasi hingga awal Juli. Jangan sampai gereja jadi cluster baru penyebaran virus corona,” kata Gomar, Rabu (17/6/2020) malam.

Terkait peluncuran media online vifamedia.com, menurut Gomar adalah suatu keputusan yang bijak dan tepat di saat masa pandemi virus corona saat ini di era digital. “Pelayanan online akan dapat megurangi perbedaan gereja,” harapnya.

Pembicara kedua, Pastor Romo Antonius Steven Lalu dari KWI mengajak semua orang termasuk Gereja agar lebih berhati-hati menyambut New Normal dengan terus patuh terhadap anjuran pemerintah dalam hal protokol kesehatan.

“Gereja Katholik siap menyesuaikan diri namun akan sangat berhati-hati agar jangan sampai rumah ibadah menjadi cluster penyebaran virus corona yang baru. Patuh pada protocol kesehatan, lihat system zona hijau atau merah dan sikap disiplin serta kerja sama untuk kebaikan bersama, hindari egoism diri dan golongan,” anjurnya.

Di beberapa wilayah yang berstatus zona hijau, kata Romo Antonius, gereja Katholik telah membuka ibadah di gedung gereja namun dengan mengikuti protocol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah Indonesia.

Selaras dengan PGI dan KWI, Ketum Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII), Pdt, Dr, Ronny Mandang juga mengimbau agar gereja jangan terburu-buru menggelar ibadah di gedung gereja agar tidak ada lagi gereja sebagai cluster baru penyebaran virus corona.

“Gereja saya menetapkan kemungkinan membuka lagi ibadah di gedung gereja pada bulan Agustus. Yang paling penting adalah sikap disiplin, kalau sudah bias disiplin baru boleh new normal ibadah di gereja. Orang kita khan sangat sukar disiplin, itu dapat kita lihat di kehidupan sehari-hari saat berkendara di jalan raya,” ujar Ronny.

Pdt. Ronny Mandang juga menjelaskan bahwa umat Tuhan harus siap dan beradaptasi dengan perubahan termasuk penggunaan ibadah online karena pandemic Covid-19 tidak pasti kapan berakhirnya, berkaca dari pandemi flu Spanyol seabad yang lalu dimana justru fase kedua lebih banyak yang terinfeksi.

“Memang fungsi ibadah tidak dapat diabaikan. Jangan nanti malah umat tidak mau lagi datang beribadah ke gereja meski corona sudah hilang karena merasa toh dapat mendengar firman Tuhan dari Youtube atau online,” pesannya.

Sementara, Ketum BPH GBI, Pdt, Dr, Abraham Rubin Adi menekankan bagaimana sikap Gereja menghadapi new normal. Ia melihat bahwa pemimpin Gereja harus tanggap menghadapi hal baru ini.

Dengan beribadah di rumah, Rubin Adi menyarankan agar gereja mendorong jemaatnya utk membangun mezbah keluarga. “Inilah waktunya kita melakukan mezbah keluarga di rumah-rumah,” tukasnya.

Sementara, Ketua Harian Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta di Indonesia (PGPI), ” Pdt. Jason Balumpapueng berharap ditengat pandemi agar Gereja untuk terus melangkah dan senantiasa mendukung pemerintah dalam pemberantasan Covid-19.

Kemudian, Ketua PGPI-Pembaharuan, Pdt. Sherlina Kawilarang menilai bahwa akibat pandemi virus corona ini semua oarang telah melakukan kegiatannya secara virtual. Dan salah satu keunggulan dari penggunaan online ini tidak membuat orang lagi terkotak-kotakan dan dapat bergabug di berbagai tempat.

“Kita percaya bahwa ditengah Covid-19 ini Tuhan ingin membangkitkan generasi-generasi muda yang ada di Indonesia dan kita tangapi dengan positif,” kata Sherlina.

Disetiap kesulitan atau musibah pasti ada nilai positifnya dan tugas geraja termasuk aras untuk mencari sisi positif apakah yang tepat untuk melakukan ibadah, kesempatan apa juga yang dipakai untuk pengembangan pelayanan.

Memang diakui oleh para pimpinan aras dan sinode gereja tersebut bahwa tidak semua kebiasaan kegiatan gereja dapat dilakukan secara online atau virtual, khususnya terkait sakramen Baptis anak, sidi (katekiasi), Pemberkatan Nikah dan ibadah Perjamuan kudus. Untuk hal ini, jika dilakukan di gedung gereja dianjurkan agar jemaat dapat bersikap disiplin mematuhi protokol kesehatan.

“Di Katholik, pengakuan dosa dapat dilakukan dengan video call pribadi. Namun kalau pemberkatan nikah tetap kita adakan di gereja, tentunya dengan tidak mengundang banyak orang dan menjalani protokol kesehatan,” kata Pastor Antonius.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo dalam arahannya memasuki era new normal, hidup berdampingan dengan covid-19, harus terlebih dahulu ada edukasi, sosialisasi dan simulasi. Jadi ada masa transisi dahulu, tidak langsung dibuka begitu sehingga semua dilakukan secara hati-hati.

Terkait peluncuran media online vifamedia.com, Pemimpin Umum Vifamedia.com, Abraham Conrad Supit mengatakan kehadiran media online di saat pandemi justru sangat dibutuhkan untuk menyampaikan hal-hal yang positif dan membangun.

Apalagi, banyak berita hoaks yang tidak bisa dipertanggung jawabkan sehingga kehadiran media yang profesional sangat dibutuhkan kehadirannya oleh publik.

Ia juga mengajak para awak media, khususnya para wartawan kristiani yang tergabung dalam Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI) yang hadir saat itu di markas Victorius Ministries, Apartemen Robinson, Jembatan Tiga, Jakarta Barat, untuk membangun sinergi dan saling membagi berita baik dan mendidik serta mengedepankan etika-etika jurnalistik.

“Berita yang negatif termasuk mendiskreditkan seseorang sebaiknya tidak dimuat,” imbaunya.

Tidak bisa dipungkiri, katanya, berita seperti itu akan laku dan menaikkan jumlah pengunjung yang membaca sehingga muncul istilah ‘Bad News Is A Good News’ tetapi sebaiknya para jurnalis tidak terlibat disitu.

Karena, pada akhirnya setiap orang akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya termasuk para insan pers kepada Tuhan. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan