Resensi Buku: “Takdir Manusia Bekerja Bukan Korupsi”

Jakarta, majalahspektrum.com – BUKU berjudul “Takdir Manusia Bekerja Bukan Korupsi” disajikan oleh penulisnya dengan ringan agar bisa dibaca dan dinikmati oleh sebanyak mungkin orang yang selanjutnya dapat memetik ispirasi dan maknanya.

Menurut penulisnya, Emanuel Dapa Loka, buku ini merupakan tulisannya yang pernah dimuat di berbagai media nasional seperti; Kompas, Jakarta Post, Suara Pembaharuan dan lain sebagainya.

Eman, begitu penulis buku ini biasa disapa, melihat korupsi bukan sebatas persoalan hukum atau birokrasi semata tetapi sebagai persoalan moral. Itu sebabnya, dalam buku ini, pembaca diajak untuk sadar akan bahaya korupsi yang melebihi narkoba, bukan saja bagi orang lain tetapi juga kepada diri sendiri dan keluarga.

Meski lebih mencontohkan praktik korupsi dalam lingkaran politik dan birokrasi, seruan moral dalam buku ini juga berlaku kepada setiap orang yang berperilaku korup di lembaga swasta bahkan rumah ibadah. Karena di sana, praktik korupsi pun marak, meski dampaknya tidak sebesar tindakan korupsi yang dilakukan para politisi dan elite atau pejabat pemerintahan.

Menurut buku ini, orang yang berperilaku korup tidak memiliki imajinasi. Seseorang yang tak memiliki imajinasi tak akan mampu berkarya, dan hidupnya tidak bermakna, seperti yang dikutip oleh sang penulis dari kitab suci Alkitab dalam Filipi 1:22a “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah”.

Takdir manusia diciptakan Tuhan ialah bekerja dan menghasilkan buah, yang berarti berdampak manis bagi orang lain. Inlah yang tak mungkin dilakukan oleh seorang bermental korup, dimana dampak dari perbuatannya tak berdampak manis bagi orang lain, malahan menciptakan malapetaka dan penderitaan.

Bermajinasi menghasilkan karya yang berguna bagi banyak orang, hal ini dicontohkan oleh sang penulis terhadap sosok Thomas Alpa Edison yang menciptakan berbagai karya yang salah satunya adalah lampu pijar. Tanpa penemuan Thomas, dunia saat ini mungkin masih gelap. Begitu pun para ilmuwan penemu lainnya seperti; penemu pesawat terbang, internet dan lainnya. Dari imajinasilah mereka dapat berkarya dan menghasilkan buah.

Sebagai seorang jurnalis senior, tak luput Eman menyindir perilaku pers saat ini yang memberi ruang kepada koruptor. Pers yang seharusnya memberi edukasi dan membela kepentingan masyarakat, malah seperti memberi karpet merah kepada koruptor. Pers di Indonesia saat ini pun telah dikuasai atau disetir oleh politisi dan kaum kapitalis.

Disadari penulis, korupsi tak dapat dilawan, atau seseorang tak akan bertobat dari perilaku korup karena adanya hukuman atau sanksi berat. Karena korupsi adalah tabiat yang hanya bisa diberantas, atau pertobatan koruptor hanya dari kesadaran moral. Karena memang para koruptor tak punya moral.

Karena tak punya moral, pelaku korupsi biasanya diikuti tindakan tercela lainnya. Jangankan kerabat dan keluarga, agama dan Tuhan pun dapat mereka peralat demi tindakan korup. Itu sebabnya, koruptor tak dapat merasakan damai sejahtera, hidupnya dibayangi kecemasan, ketakutan dan kegelisahan.

Diharapkan, buku ini dapat dibaca oleh sebanyak mungkin orang yang berperilaku korup. Dengan harapan mereka sadar dan bertobat. Tak ada kesadaran dan pertobatan dari seseorang jika yang bersangkutan tak merasa tersinggung, itu sebabnya, siapa pun yang membaca buku ini akan langsung terpancing emosinya, sejak dari bab awal membaca buku ini.

Baca Juga: (PERWAMKI Bangga Atas Terbitnya Buku: “Takdir Manusia Untuk Bekerja Bukan Korupsi”)

Bagi mereka yang tidak bersikap korup, buku ini seperti kewajiban untuk dibaca. Selain mendapat peringatan dini, emosi yang muncul saat membaca buku ini akan mengajak kita untuk berimajinasi melakukan karya, karena memang takdir manusia diciptakan Tuhan untuk bekerja atau berkarya bukan korupsi. (Agus R Panjaitan)

#Untuk mendapatkan buku ini silahkan menghubungi nomor; 0857.9743.7111

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan