Perkuat Iman dan Imun di Masa Pandemi Covid-19

Jakarta, majalahspektrum.com – MEWABAHNYA Virus Corona (Covid-19) yang melanda hampir di seluruh Negara di dunia, termasuk Indonesia telah melumpuhkan segala aspek kehidupan. Bukan cuman kecemasan, pandemi virus corona juga telah menciptakan ketakutan mendekati paranoid banyak orang yang luar biasa. Padahal, ketakutan itu sangat bahaya karena melemahkan system imun kita manusia untuk melawan virus.

Terkait hal itu, Dewan Penasehat sinode Gereja Sidang Pantekosta Di Indonesia (GSPDI), Pdt, DR, Mulyadi Sulaeman mengatakan, dalam menghadapi pandemi, sesungguhnya firman Tuhan katakan dalam kitab Timotius, bahwa Tuhan tidak memberikan roh ketakutan. Memang setan melalui pandemi ini sedang menyebarkan roh ketakutan. Roh ketakutan itulah yang sesungguhnya melemahkan iman dan imun  kita.

“Makannya iman dan imun kita menjadi lemah. Timotius katakan Tuhan memberikan roh yang membangkitkan, kekuatan kasih dan ketertiban. Jadi di masa pandemi sesungguhnya kita memerlukan hamba-hamba Tuhan, firman yang memberikan kekuatan,” kata  Gembala GSPDI Jemaat Filadelfia Bellezza, Permata Hijau, Jakarta Selatan ini di komplek gerejanya, Sabtu, 17 Oktober 2020.

Ketua Umum Sinode GSPdI 3 periode (2005-2017) ini mengakui, dirinya dan rekan-rekannya sebagai hamba Tuhan seringkali, bukannya memberikan kekuatan, tetapi juga menyebarkan ketakutan. Hal-hal yang bisa menyebarkan ketakutan justru dibroadcast kemana-mana seperti ke media-media social (Medoss).

“Malah pendeta yang brodcast. Inilah waktunya kita memperlihatkan kasih, saling care (perduli), memperhatikan. Dan Alkitab katakan ada yang namanya ketertiban. Nah ketertiban itu bisa kita terjemahkan, kita bisa mendisiplinkan diri dengan protokol kesehatan yang pemerintah telah anjurkan. Pemerintah kan wakilnya Tuhan, jadi kita harus tunduk,” terang Pdt, Mulyadi yang juga Dewan Penasehat Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI) ini.

“Misalnya pake maskes, cuci tangan, dan sebagainya. Walaupun kita punya iman tidak pakai masker. Ya jangan begitu, kita harus tertib. Jangan bikin shock orang lain. Walaupun kita percaya virus tidak bisa masuk, silakan saja. Jadikan semua menjadi kebiasaan, jaga jarak,cuci tangan. Jadi kalau itu dilakukan, roh ketakutan itu bisa dikalahkan,” sambung Pdt, Mulyadi mengingatkan.

Dikisahkan, Pdt, Mulyadi Sulaiman tadinya, terlahir  bukan orang Kristen. Dari rangtua sampai kakek nenek tidak ada yang Kristen. Tinggal di Kampung, Desa Panikiran Sumedang,  Jawa Barat, Pdt, Mulyadi menjadi Kristen saat berumur 16 tahun.

“Orangtua saya petani. Dengan kemurahan Tuhan saja, ada yang mengirim penginjil ke kampung kami. Dan mendirikan gereja di sebelah rumah kami. Pendetanya dari Bandung. Karena hubungan yang baik, saya yang masih remaja waktu itu, saya yang pertama kali percaya kepada Tuhan Yesus. Mulai dari saya yang percaya duluan. Baru kemudian sekeluarga yang percaya. Dan sekarang hampir seluruh keluarga besar saya percaya Tuhan Yesus,” ungkapnya.

Gereja yang mengubahkan Pdt, Mulyadi menjadi Kristen adalah  aliran pentakosta, yakni; Gereja GSPDI yang sinodenya telah berdiri sejak tahun 1951 resminya, tapi perintisannya mulai tahun 1949. Dari seseorang yang sesungguhnya bukan keturunan Lewi (istilah Alkitab) tapi Tuhan percayakan Pdt, Mulyadi boleh terpilih menjadi ketum dari sinode GSPDI tahun 2005. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan