Jakarta, majalahspektrum.com – SEMARAK Perayaan puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-17 Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI) berlangsung pada Selasa, 10 November 2020 di Hotel Aston, Jakarta Selatan. Hari jadi PERWAMKI sendiri sesungguhnya jatuh pada Tanggal 28 Oktober, bersamaan dengan peringatan “Hari Sumpah Pemuda”, namun perayaan puncaknya dilaksanakan pada, 10 November 2020 yang bertepatan dengan “Hari Pahlawan”.
“Itu sebabnya tema besar Perayaan puncak HUT PERWAMKI yang ketujuh belas ini ‘Malam Cinta Bagi Negeri, Berkarya dan Memberi yang Terbaik’. Pada 28 Oktober, hari lahirnya PERWAMKI dan Sumpah Pemuda kita menggelar diskusi Kebangsaan secara webinar,” kata Ketua Umum PERWAMKI, Stevano Margianto dalam sambutannya, Selasa (10/11/2020) malam.
Hadir dalam malam perayaan puncak HUT tersebut sejumlah tokoh kristiani dan non kristiani, yang karena kontribusinya bagi negeri dianugerahi penghargaan oleh PERWAMKI.
Selain mengucapkan selamat hari jadinya yang ke-17 kepada PERWAMKI, para tokoh tersebut mengungkapkan kesan mendalamnya terhadap apa yang dilakukan PERWAMKI sebelum dan saat perayaan puncak HUT tersebut. Banyak pesan dan harapan baik juga yang diutarakan oleh sejumlah tokoh bagi awak PERWAMKI di malam itu. Apa saja?.
Dalam khotbahnya dalam Ibadah syukur HUT ke-17 PERWAMKI, Pst, DR, Mulyadi Sulaiman berpesan agar PERWAMKI terus eksis dan kehadirannya menghasilkan makna bagi gereja, bangsa dan dunia hingga akhir Zaman, Tuhan Yesus datang untuk yang kedua kalinya.
“Pertanyaannya adalah; bagaimana PERWAMKI memaknai kehadirannya ditengah dunia, gereja dan bangsa sampai berakhirnya dunia ini kala Tuhan Yesus datang untuk yang kedua kalinya. PERWAMKI harus yakin bahwa Tuhan yang menyertai perjalanan PERWAMKI, sejak berdirinya hingga pada akhir jaman,” kata Pdt, Mulayadi yang mengawali khotbahnya dengan nats Alkitab dari Filipi 1:6 (“Akan hal ini aku yakin sepenuhnya 1 , yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya k sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. Aku sungguh yakin bahwa Ia yang telah memulai pekerjaan baik di antara kamu, Ia juga yang akan menyempurnakannya sampai hari Yesus Kristus”).
Ditengah kondisi pandemi virus corona (COVID-19) saat ini, Mulyadi berharap PERWAMKI tetap semangat memberikan yang terbaik bagi Gereja dan Bangsa. Tetap semangat dengan hati yang gembira, seperti yang tertulis dalam kitab Amsal yang berbunyi; “Hati yang Gembira adalah Obat yang Manjur, Tetapi Semangat yang Patah Mengeringkan Tulang”.
“PERWAMKI jadilah yang terdepan dalam memberitakan kabar Kebenaran. Bertanggungjawablah (Matius 24:35-45 tentang “Hamba yang Setia dan Percaya”) atas talenta yang Tuhan berikan untuk dikembangkan (perumpaan tentang talenta, Matius 24), dipakai untuk hormat dan kemuliaan Tuhan hingga hari kedatanganNya kedua kali,” imbaunya.
Baca Juga : (Apa Pasal?, 4 Sosok Ini Diberikan Penghargaan Khusus Oleh PERWAMKI )
Sementara, dalam Orasi Budayanya di perayaan puncak HUT ke-17 PERWAMKI, Budayawan Indonesia, Eka Budianta mengatakan, zaman pasca-kebenaran ini harus dilewati bersama dan tak seharusnya membuat media pers dan wartawan mengorbankan informasi yang benar hanya agar memperoleh dukungan yang banyak dari masyarakat.
”Semoga hati nurani dan akal sehat mendapatkan berkah keseimbangan,” tegas Eka Budianta, mantan wartawan yang pernah meraih penghargaan khusus Dewan Kesenian Jakarta tahun 1985 ini.
Zaman pasca-kebenaran itu, kata Eka, tampak nyata dalam peristiwa pemilu di Amerika Serikat tahun ini. Banyak pemimpin dunia telah memberikan ucapan selamat atas terpilihnya Joe Biden dan Kamala Harris. Namun, lawan politiknya belum mengakui, bahkan masih ada saja yang berunjuk rasa menuduh terjadi pencurian suara dan membawa poster bertulis “Hentikan Kebohongan”. Kondisi seperti ini pun telah terjadi di Indonesia.
Di negeri Indonesia, lanjut Eka, kita mendengar istilah ”kampret” dan ”kecebong” untuk mempertentangkan pendukung dua tokoh politik yang bersaing dalam Pilpres 2019. Ada lagi sebutan, seperti ”Penista Agama” dan ”Gabener”. Hal ini seharusnya dihentikan, dan media massa bisa berperan untuk membantu menghentikannya.
”Singkatnya, ada cara untuk membuat orang takut, benci dan marah sampai melebihi proporsi yang bisa disandang oleh pribadi manusia. Inilah yang diminta Joe Biden supaya dihentikan. Tentu bukan hanya di AS, tetapi juga di seluruh dunia. Bagaimanapun, perlu diakui setiap negeri bisa menjadi tanah air bagi siapa saja, dan setiap bangsa bisa menjadi bangsa kita, umat manusia,” ucap Eka.
Eka menandaskan, kita mempunyai dua sisi kemanusiaan yang mungkin saling bertentangan, tetapi juga saling melengkapi. Sekarang saatnya saling mendengarkan. Dalam kebenaran yang ekstrem, manusia pun diajak untuk mendengarkan diri sendiri. Pers bisa mendukung upaya menemukan lagi sisi baik kemanusiaan itu.
Tokoh Kebudayaan Indonesia, Sandec Sahetapy berpesan, PERWAMKI ibarat perahu yang bocor, jangan ditinggal pergi tetapi haruslah ditambal dan diperbaiki agar terus bias berlayar. Jika ada masalah dalam tubuh PERWAMKI, jangan ditinggal pergi tetapi harus terus bertahan dan memberikan solusi atas persoalan yang ada agar PERWAMKI tetap terus bisa berkarya.
” Terima kasih kepada Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia, dalam usianya yang ke 17 tahun ini telah memberikan piagam penghargaan kepada para tokoh di bidangnya masing-masing. Penghargaan ini tentu menjadi motivasi buat saya untuk terus mengangkat kebudayaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke ke level dunia,” kata pria berdarah Maluku ini.
Untuk pertama kalinya setelah berdiri sejak 17 tahun lalu, PERWAMKI memberikan penghargaan kepada sejumlah tokoh yang dianggap memberi sumbangsih bagi Gereja dan Bangsa. Para tokoh yang mendapat penghargaan adalah orang-orang hebat yang dengan tuntunan mata kakinya, bagai musafir berjalan kian ke mari, menyorotkan matanya melihat kehidupan sesama. Yang mereka lihat itu kemudian turun ke hati, diolah dalam batin lalu muncul dalam aneka tindakan kemanusiaan.
“Inilah yang dalam istilah Jakob Oetama, Tokoh Pers Indonesia sepanjang masa, disebut sebagai ‘Kemanusiaan Transedental’ yang konkret dirasakan oleh sesama,” kata Ketua Panitia HUT, Emanuel Dapa Loka, wartawan tempusdei.id yang juga penulis biografi ini.
Yang spesial di malam perayaan puncak HUT ke-17 PERWAMKI tersebut adalah diluncurkannya buku hasil karya para wartawan yang tergabung dalam PERWAMKI berjudul; “Pers Kristiani dan Makna Kehadirannya” serta lagu “Mars PERWAMKI” karya cipta Agus Riyanto Panjaitan (Sekum DPP PERWAMKI) dan Emanuel Dapa Loka.
Peluncuran buku dan lagu tersebut, kata Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia” sebagai bentuk karya jurnalistik dan intelektual wartawan PERWAMKI. “Memang seharusnya seorang Jurnalis menghasilkan karya-karya Jurnalistik,” kata Gomar Gultom dalam kata Pengantarnya di buku berjudul “Pers Kristiani dan Makna Kehadirannya” yang diterbitkan PERWAMKI tersebut.
Dalam buku tersebut, terdapat biografi tentang prestasi yang ditorehkan oleh para tokoh yang diberikan penghargaan oleh PERWAMKI dalam peranannya berkontribusi bagi gereja dan negeri Indonesia, serta pokok pikiran mereka, sesuai bidangnya untuk kebaikan bagi negerinya.
Bernuansa pakaian etnik budaya Indonesia, dalam perayaan puncak HUT PERWAMKI tersebut, tampak rasa kepuasan, simpatik dan apresiasi ditunjukan oleh para tokoh dan undangan yang hadir. Hal itu terlihat dari ekspresi raut wajah mereka dan kesetiaan mereka mengikuti setiap rangkaian acara yang disajikan hingga di penghujung acara, yang berakhir tepat pukul 21:30, sejak dimulainya pukul 17:00.
Sebelum ditutup dengan doa penutup, para hadirin (panitia, para tokoh dan undangan) bersukaria di atas panggung, bernyanyi dan berjoget lagu “Maragam-ragam, Alusi au”. Setelah doa masih dilanjut dengan berfoto bersama. (ARP)
Be the first to comment