Kisahnya Sangat Inspiratif, Dokter Kepresidenan RI Ini Diganjar Penghargaan Oleh PERWAMKI

Jakarta, majalahspektrum.com – DALAM Perayaan hai jadinya yang ke-17 tahun, Perkumpulan Wartawan Media Kristen Indonesia (PERWAMKI) memberikan penghargaan kepada dokter Kepresidenan RI yang juga Kepala seluruh Rumah Sakit milik TNI AD (Kapuskesad), Mayjend TNI dr. Albertus Budi Sulistya, Sp.THT-KL, M.A.R.S sebagai “Tokoh Dokter Kristen Inspiratif”.

Bersama 16 tokoh lainnya, Albertus Budi dinilai sebagai sosok yang dapat menjadi inspirasi bagi umat kristiani agar terus meningkatkan kemampuan diri. Dengan memiliki kualitas diri yang baik, jabatan strategis mungkin diraih di negeri ini.

Berhalangan hadir karena tugas negara, penghargaan kepada Albertus Budi diterima oleh putra sulungnya di Hpyel Aston, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa (10/11/2020).

Sebelum menjabat sebagai Kapuskesad, Albertus Budi adalah Wakil Kepala RSPAD Gatot Soebroto. Pria kelahiran Gunung Kidul ini adalah juga Editor buku berjudul “Humanity Without Border”. Dia kini terlibat aktif dalam penanganan Covid-19.

Tekadnya dalam hidup selalu berusaha menjadi lebih baik. Bukan tanpa alasan. Da berpikir, jika berada dalam sebuah komunitas tertentu dan tidak memiliki keunggulan, maka dia akan tersingkir. Karenanya sejak mahasiswa, ia selalu berusaha meraih nilai terbaik dan menerapkan nilai imannya sebagai seorang Katolik dalam karya, bukan dengan bendera.

Jauh dari sikap borju, kesederhanaannya menjadi cermin kehidupan pribadinya yang dekat dengan masyarakat.

Dikisahkan Budi, sebagai dokter Kepresidenan, Budi bersama Ketua dan Wakil Ketua RS dan Tim Dokter Kepresidenan sedang bersiap-siap ke Istana Presiden untuk menyampaikan perkembangan kesehatan para mantan presiden beserta keluarga pada 31 Mei 2019.

Sebuah pesan whatsapp menyelinap masuk. “Pak Budi, saya terus berdoa dengan Misa Kudus, semoga suatu saat Bapak menjadi Wakarumkit (Wakil Kepala Rumah Sakit) Gatot Soebroto. Dan semoga bintangnya (bintang jenderal) segera turun, ya,” demikian bunyi WA itu.

Mendapat WA doa dan harapan tersebut, Budi biasa-biasa saja. Sebab isi doa itu tidak ada dalam impian dan perencanaan pribadi. Informasi yang sempat terdengar, dirinya akan dipromosikan sebagai perwira tinggi di tempat lain.

“Tetapi yang terjadi kemudian, Tuhan mendengarkan doa Pastor tersebut. Saya mendapat jabatan Wakil Kepala RS Gatot Soebroto. Saya juga kaget, kok jadi seperti ini?. Semua ini di luar dugaan saya dan berlangsung begitu cepat. Saya terima surat keputusan ini pada 4 Juli, lepas sambut 16 Juli, lalu dilantik 18 Juli 2019. Esoknya naik pangkat jadi Brigjen,” beber ayah dua anak ini.

Setelah setahun mengabdikan diri sebagai wakil Kepala RSPAD Gatot Soebroto, editor buku berjudul Humanity Without Border ini mendapat tugas baru lagi. Kali ini sebagai Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat. Ia dipercaya memimpin seluruh Rumah Sakit milik AD.

Dalam peran baru sebagai Kapuskesad, Budi akan menjalankan program sesuai dengan arahan kebijakan Kepala Staf Angkatan Darat, salah satunya dalam penanganan Covid-19.

“Kami semua mempunyai tugas membantu Pemerintah atau Kesehatan Angkatan Darat sebagai sub sistem kesehatan Nasional, turut berpartisipasi dan bertanggungjawab di dalam menangani Covid-19,” ujar Budi.

Keterlibatan Budi dalam penanganan Covid-19, telah dilakukan saat menjabat sebagai Wakil Kepala melalui teleconference dengan Jenderal Andika Perkasa dan jajaran TNI AD.

Pintu Masuk Tentara

Sejatinya, Budi adalah mahasiswa Kedokteran UGM. Dia masuk tentara melalui beasiswa ABRI. Pada semester tujuh, ia cuti kuliah untuk mengikuti pendidikan militer. Setelah pendidikan, ia masuk kampus lagi untuk melanjutkan kuliah. Alasan utama ia mengambil pendidikan Perwira untuk mendapatkan rasa percaya diri sebagai “minoritas”.

“Karena saya melihat, sebagai minoritas saya akan punya bargaining yang kuat dengan menjadi perwira,” jelas mantan pria yang pernah bercita-cita menjadi romo ini.

Menurut Budi, kalau nilai atau kualitas dirinya sama saja dengan yang lain, ia pasti kalah dalam persaingan mendapatkan sesuatu yang lebih baik.

“Maka saya harus lebih baik. Nilai dan kualitas saya pun harus lebih tinggi. Itu prinsipnya. Maka selain belajar, saya berdoa sungguh-sungguh,” ungkap suami dari dr. Caecilia Krismini Dwi Irianti, MARS ini.

Uniknya, untuk masuk perwira, semula ia hanya diajak oleh teman-teman untuk mendaftar, namun setelah itu mereka justru mengundurkan diri, dan itu sempat membuat dia galau.

“Dengan doa akhirnya saya bias memutuskan. Saya katakan, oke saya akan lakukan tes secara obyektif. Kalau memang masuk berarti ini panggilan saya. Kalau gak, ya gak apa-apa,” gumamnya kala itu.

Setelah lulus dari kedokteran UGM, pada tahun 1993, dokter muda Budi langsung ditugaskan di Jakarta. Buah ketekunan dan disiplin tinggi, pimpinan memercayakan berbagai jabatan kepadanya. Dan karena prestasi dan kecerdasannya, Budi mendapatkan tugas melanjutkan studi mengambil sub spesialis bidang Tumor untuk THT.

Ia pernah bertugas di Kodam Jaya penempatan Yonif, batalion pengaman ibukota dan merangkap Brigade Infanteri 1 pengamanan ibukota. Budi juga menjadi dokter pribadi KASAD Jenderal Wiranto, Panglima TNI Letjen Sugiyoni. Selain berjuang meningkatkan hasil studi, Budi juga berusaha untuk lebih rajin, lebih loyal, lebih care, lebih berempati dengan pasien.

“Saya mempunyai kelebihan di situ, ada identitas kristiani. Identitas kristiani itu saya munculkan dalam sikap dan cara kerja. Bukan dengan atribut jasmaniah atau bendera, tetapi dalam melayani secara sungguh-sungguh dengan iman kepada Yesus,” jelasnya.

“Saya sadari betul pesan Sabda Yesus ‘Barang siapa mau jadi terbesar dia harus jadi pelayan’. Ternyata itu kuncinya, itu inspirasi yang luar biasa. Bahwa saya sekarang menjadi bintang dua, itu adalah bintang dua sebagai pelayan,” tutur Budi menambahkan.

Masih hitungan bulan Mayjend Budi memimpin, Puskesad sudah mendapat penghargaan dari MURI. Penghargaan ini diberikan pada 26 Oktober 2020 karena pada hari itu Puskesad berhasil melakukan pemotongan tumpeng secara serentak di seluruh kesatuan kerja Angkatan Darat di seluruh Indonesia, termasuk tiga titik di Libanon. (ARP/DBS).

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan