Sidang Sinode kE-5 GKSI Usung Semangat Rekonsiliasi

Jakarta, majalahspektrum.com – SINODE Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) menggelar sidang sinode Ke-5 selama 2 hari, mulai hari Rabu hingga Kamis(18-19 November 2020) di Kantor pusat sinode GKSI, Jalan Kerja Bakti, Kec.Makasar, Jakarta Timur.

Dikarenakan masih dalam situasi pandemi corona (Covid-19) dan masih berlakunya PSBB di Jakarta, Sidang sinode tersebut digelar secara offline (tatap muka) maupun online (webinar). Sidang sinode Ke-5 GKSI diikuti 200-an utusan gereja GKSI se-Indonesia yang 25 diantaranya hadir di lokasi sidang (offline).

Dalam keterangannya, Ketua Majelis Tinggi GKSI yang juga pimpinan sidang sinode, Willem Frans Ansanay, S.H, M.Pd mengatakan ada sejumlah agenda pembahasan sidang sinode GKSI ke-5 diantaranya; Pembahasan AD/ART, Pembahasan Rekomendasi Sidang Sinode, Pemilihan Ketua Sinode yang baru, Evaluasi program dan Penyusunan Program Kerja kedepan berdasarkan Evaluasi program Sebelumnya.

Terkait rekomendasi sidang sinode kali ini, menurut Frans, sama seperti rekomendasi saat Sidang sinode sebelumnya (2015) dan saat Rakernas (2017) terdahulu yakni; mengusung adanya Rekonsiliasi di GKSI.

Seperti diketahui, terjadi polemik di sinode GKSI yang mengakibatkan terjadinya dualisme kepemimpinan yakni; GKSI dibawah pimpinan Pdt, Marjio (Lp.Makasar) dan Pdt. Matheus Mangentang (Daan Mogot).

“Kita selalu upayakan perdamaian dengan adanya rekonsiliasi di GKSI. Kalau sinode gereja mainstream atau gereja besar saja bisa damai kenapa kita (GKSI) tidak. Yang penting ada ngak keinginan ingin damai?, Gereja harusnya cinta damai, kalau ada pihak yang tidak mau berdamai pasti ada yang tidak beres dengannya,” kata Frans, saat rehat sidang sinode di aula kantor sinode GKSI, Jl. Kerja Bakti, Kp.Makasar, Jaktim, Rabu (18/11/2020).

Akibat dualisme kepemimpinan sinode di GKSI, setiap kegiatan GKSI, baik Rakernas ataupun Sidang Sinode, tidak dihadiri tamu undangan dari perwakilan Aras Gereja, dalam hal ini Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) maupun perwakilan pemerintah yang dalam hal ini Dirjend Bimas Kristen, Kementerian Agama RI.

“Kita tetap kirim undangan, namun hal tersebut jadi bersifat pemberitahuan kegiatan sinode gereja. PGI dan Dirjend Bimas Kristen bersikap konsisten tidak akan menghadiri kegiatan sinode GKSi sampai terjadinya rekonsiliasi (bersatu kembali) atau perdamaian di GKSI,” terang Frans yang juga Ketua Bamus Adat Papua dan Papua barat ini.

Menurut Frans, sulitnya GKSI bersatu hingga saat ini karena ada satu pihak yang ingin mempertahankan jabatannya. Pasalnya, pihak tersebut, sejak berdirinya GKSI 32 tahun yang lalu (1988-2020), tidak pernah tergantikan sebagai ketua sinode.

Baca Juga : ( Jangan Ada Pemimpin Diktator di Gereja )

“Tidak baik seorang pemimpin memimpin terlalu lama, jadinya status Quo. Pemimpin seperti itu, bicara keadilan dan kebenaran sudah hilang, yang ada ego. Orang seperti itu lupa turun tangganya karena sudah keenakan di atas dengan kursi yang nyaman. Ini patut diduga ada suatu salah yang ditutupi agar orang tidak tahu dan biasanya berupa materi. Keserakahan dan kerakusan adalah sifat yang timbul dari seorang pemimpin yang terlalu lama memimpin,” jelasnya.

Lanjut Frans, 32 Tahun sejarah sinode GKSI hendaknya belajar dari “Orde Baru”, kelamaan berkuasa akhirnya diturunkan.

“Jangan anggap GKSI miliknya. Kita tidak sedikit pun menyuarakan aset gereja tidak seperti yang disuarakan sumbang oleh pihak sebelah. Kristus adalah pemilik dan kepala gereja,” tukas Frans.

Sudah 5 tahun GKSI Kp.Makasar berjalan terjadi perkembangan yang sangat pesat. Baik, soal jumlah jemaat, gereja dan jumlah aset.

“Oleh pihak sebelah kita diprediksi hanya mampu bertahan 4 tahun, nyatanya sudah 5 tahun berdiri kita berkembang pesat. Ini aula tempat sidang sinode ini milik kita sendiri dan sudah ada 200 gereja GKSI se-Indonesia,” kata Frans.

“Keabsahan GKSI ada di kita, sudah terdaftar di Kemenkumham. Yang masih ada di luar, kami wellcome kalau ingin bergabung dengan kami,” sambungnya.

Dijelaskan Frans, di sidang sinode GKSI kali ini terdapat 5 calon ketua sinode. “Yang 3 sudah terang-terangan dan yang 2 lagi masih malu-malu kucing,” jelasnya.

Sementara, Ketua sinode GKSI, Pdt, Marjio mengaku bersyukur dengan keberadaan para senior di GKSi yang selalu memberikan perhatian dan bantuannya sehingga sinode GKSI pimpinannya dapat terus berjalan bahkan berkembang pesat.

“Senior kami, salah satu pendiri GKSi, pak Frans Ansanay sebenarnya kalau mau bisa jadi Ketua Sinode dengan mudah. Sudah habis 7 miliar rupiah tetapi tidak mau jadi ketua sinode. Sampai saat ini kita ingin sinode GKSI satu,” kata Marjio.

Dari pantauan majalahspektrum.com, sidang sinode GKSI ke-5 di aula GKSI Kp.Makasar dihadiri sekitar 30-an orang dengan berjarak. Sebelum masuk ke ruang sidang, mereka terlebih dahulu (wajib) melakukan Rapid test terkait virus corona. Masker berstandar ti gugus tugas covid-19 disediakan di meja registrasi peserta. Begitupun sanitizer dan tempat mencuci tangan disediakan di setiap pintu masuk aula. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan