Almanak Digital, Tantangan Untuk Pimpinan Baru HKBP

Jakarta, majalahspektrum.com – DI masa pandemi corona yang melanda dunia termasuk Indonesia memaksa kita untuk hidup mengandalkan digitalisasi. corona adalah momentum nyata era digital. orang dipaksa kerja, sekolah bahkan ibadah di rumah dengan cara online, streeming ataupun webinar meeting. 

Kita sudah mengenal E-Paper, E-Book dan E- lainnya. mungkin karena hal-hal tersebut pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika memiliki program “Palapa Ring” atau yang sering diistilahkan “Tol Langit”. Palapa ring dimulai sejak tahun 2005 dan baru diresmikan (Serius dikerjakan) oleh Presiden Jokowi sejak tahun 2019.

Palapa Ring merupakan proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer. Proyek itu terdiri atas tujuh lingkar kecil serat optik (untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku) dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya.

Pembangunan jaringan serat optik nasional, yang akan menjangkau 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Proyek Palapa Ring ini akan mengintegrasikan jaringan yang sudah ada (existing network) dengan jaringan baru (new network) pada wilayah timur Indonesia (Palapa Ring-Timur).  Palapa Ring-Timur akan dibangun sejauh 4.450 KM yang terdiri dari sub marine cable sejauh 3.850 km dan land cable sepanjang 600 KM dengan landing point sejumlah lima belas titik pada 21 kota/kabupaten.

Jaringan tersebut berkapasitas 100 GB (Upgradeable 160 GB) dengan mengusung konsep ring, dua pair (empat core). Strategi pembangunan proyek Palapa Ring ini adalah dengan membentuk suatu konsorsium dimana anggota konsorsium terdiri dari penyelenggara telekomunikasi di tanah air. 

Akselerasi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan sosial ekonomi melalui ketersediaan infrastruktur jaringan telekomunikasi berkapasitas besar yang terpadu bisa memberikan jaminan kualitas internet dan komunikasi yang berkualitas tinggi, aman, dan nyaman. 

Dengan fakta di atas, sudah saatnya almanak Huria Kristen Batak Prortestan (HKBP) dibuat secara digital saja, tak perlu lagi dicetak secara buku. Ada beberapa keuntungan yang akan dirasakan HKBP bila menerapkan almanak digital saja, di antaranya: 

  1. Efektif dan Efisien, dengan adanya almanak digital, sudah pasti mengurangi cost atau biaya yang dikeluarkan. mulai dari biaya cetak dan kertas hingga biaya distribusi. selain itu, gereja atau huria-huria HKBP tidak perlu lagi mengeluarkan banyak uang kas gereja. Bagi jemaat HKBP, mereka bisa membaca almanak, khususnya renungan rohani harian dimana saja dan kapan saja karena sudah ada di android mereka.
  2. Penguasaan dan Pemanfaatab Teknologi. dengan E-Almanak atau almanak digital, jemaat dipaksa belajar mengikuti perkembangan teknologi dan zaman. tidak ada kata tidak bisa karena faktanya saat ini hampir semua orang, dari anak-anak hingga otrangtua memiliki smartphone. tidak perlu takut tak ada sinyal internet karena pemerintah lewat program “Palapa Ring” mampu memberikan sinyal internet hingga daerah pedalaman atau wilayah terluar. 
  3. Aman Dari Kemungkinan Tertular Virus Covid-19. dengan almanak digital jemaat terbebas dari kemungkinan tertular virus corona yang berasal dari almanak berbentuk buku. 

Masih segar dalam ingatan saya isu yang berkembang motif dari ditundanya “Sinode Godang” HKBP oleh Ephorus karena adanya royalti atas penerbitan almanak HKBP yang besarannya milyaran rupiah untuk ephorus. disebutkan, dari rumor yang beredar, ephorus akan mendapatkan hak atas royalti penerbitan almanak sebesar Rp,1.000 per/buku, yang bila dikalikan 1 juta jemaat keluarga saja sudah mencapai 1 Milyar rupiah. jumlah uang sebesar ini tentu saja menggiurkan, tidak heran kalau ada seseorang sangat berambisi, menghalalkan segala cara untuk menjadi ephorus. 

Bila isu tersebut benar, bisa kita bayangkan uang akan diperoleh oleh seorang pimpinan HKBP selama menjabat, 1 milyar per-tahun dikalikan lamanya masa jabatan 4 tahun total 4 milyar rupiah. ini baru hitungan Rp.1.000 dengan 1 juta jemaat keluarga. Diketahui, HKBP adalah lembaga keumatan terbesar ketiga di Indonesia setelah NU dan Muhamadiyah, atau gereja dengan jumlah jemaat terbesar anggota PGI dengan jumlah jemaat lebih dari 5 juta jiwa, 

Inilah yang menjadi tantangan untuk pimpinan baru HKBP sekarang, yang katanya, harapan warga jemaat HKBP sebagai pemimpin transformasi HKBP untuk merubah almanak buku menjadi almanak digital. 

Keberanian pimpinan HKBP yang baru saja terpilih di sinode godang HKBP pada 13 Desember 2020 sedang ditantang. Beranikah mereka kehilangan pundi-pundi uang pemasukan pribadi gegara diwujudkannya almanak digital?, jika berani, warga jemaat akan semakin yakin akan adanya transformasi di HKBP, Semoga!. 

 

Penulis : Redaksi/ARP     

1 Comment

Tinggalkan Balasan