Susahnya Cari Rumah Makan di Desa Ini Karena Warganya Mendadak Kaya Raya

Tuban, majalahspektrum.com – SAAT ini jangan lama-lama, apalagi menginap di desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Alasannya, ketika anda lapar atau sekedar minum teh-kopi akan sangat sulit mendapatkan Rumah Makan.

Sulitnya mencari rumah makan di desa itu karena warga desa tengah mendadak kaya raya banyak uang. “Jangan heran kalau di kampung sini cari warung makan aja susah,” kata Kepala Desa (Kades) Sumurgeneng, Gihanto, Seperti dikutip dari laman Kompas.com, Kamis (17/2/2021).

Dijelaskan Kades Gihanto, sekarang hampir setiap rumah warga yang mendapat uang pembebasan lahan dari Pertamina memiliki satu hingga tiga mobil di garasinya. Selain membeli mobil, ada sebagian warga memilih membeli tanah dan membangun rumah. Gihanto mengaku khawatir meski pun warganya mendadak menjadi miliarder. Sebab, sebagian besar warganya sedikit menggunakan uang itu untuk usaha.

“Ada rasa kekhawatiran karena sedikit yang dibuat usaha,” tukas Gihanto.

Diketahui, Ratusan Warga Desa Sumurgeneng mendadak menjadi miliarder setelah menjual tanah mereka ke Pertamina. Tanah yang dibeli Pertamina dari warga Sumurgeneng itu rencanaya akan dibangun kilang minyak new gross root refinery (NGGS) dan ditargetkan beroperasi pada 2026. Dari hasil penjualan tanah tersebut, warga kemudian beramai-ramai membeli mobil. Bahkan, ada yang memiliki 2 sampai 4 mobil baru.

Baca Juga : (Warga Desa Ramai-Ramai Beli Mobil Agar Bisa Bertemu Presiden Jokowi )

Salah satu warga yang menjual tanahnya kepada PT Pertamina, Ali Sutrisno mengaku mendapat Rp 15,8 miliar dari hasil menjual tanahnya seluas 2,2 hektar. Tanah itu dibeli dengan harga Rp 685.000 per meter persegi. Usai mendapat uang tersebut, Ali kemudian langsung memborong empat mobil sekaligus yakni Toyota Avanza, Xpander, HRV, dan L3000. Tak hanya itu, Ali juga membeli tanah denga luas 8000 meter persegi.

Menurut Ali, alasan dirinya membeli empat mobil sekaligus dan tanah karena ingin menikmati uang tersebut. “Masa dulu saya susah, sekarang uang banyak ya dinikmati,” akunya, Kamis (18/2/2021), dikutip dari Tribunnews.com.

Diceritakan Ali, awalnya tanah-tanah milik warga didata pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN), kemudian oleh BPN diberikan ke Pertamina. Setelah itu, baru turun harga tanah per meter perseginya. harga awal dan akhir nominalnya tetap. (ARP/DBS)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan