Jakarta, majalahspektrum.com – BANYAK orang Kristen yang salah mengartikan atau memaknai Lagu berjudul “Mampirlah Dengar Doaku”. Kidung pujian yang terdapat dalam Buku Nyanyian Kidung Jemaat No.26 ini sering diartikan seolah-olah Tuhan menjauhi kita, tak mau mendengar doa kita. Ada juga yang beranggapan Tuhan pasti mendengar jerit doa kita.
Agar tidak salah, baiknya kita mengetahui latar belakang ataupun kisah di balik tercipnya lagu ini, yang ternyata diangkat dari kisah seorang narapidana yang tengah menjalani hukuman penjara.
Sebagaimana dikisahkan oleh pakar himnologi Diana Matthews, suatu sore, penggubah himny terkenal dari Amerika Serikat, Fanny Crosby diundang menjadi pembicara bagi sekelompok narapidana. Namun, penyair tunanetra yang menelurkan ribuan kidung rohani itu tidak sekedar berkhotbah. Ia lebih banyak memakai waktu untuk berdiskusi dan mendengar bagaimana para tahanan itu menghidupi doa-doa mereka.
Salah seorang napi tahanan bercerita pada Crosby, bahwa ia selalu diliputi rasa sesal mendalam atas kesalahan yang menyebabkannya di penjara. Narapidana itu selalu mengingat betapa sebenarnya ia tidak layak untuk dikunjungi Tuhan, bila dibandingkan dengan sekian banyak orang lain yang berdoa memohon kepada Tuhan. Namun napi tersebut tahu bahwa ia amat membutuhkan kehadiran Tuhan. Ia pun selalu berdoa: “Ya Juruselamat yang baik, Janganlah lewatkan aku” (Pass me not, o gentle Savior)
Crosby begitu tersentuh dengan kerendahan hati dan kepasrahan doa napi tersebut. Kata-kata yang menjadi doa si Napi itu terngiang hingga ia pulang. Crosby kemudian merangkai tiga bait syair yang didasarkan pada doa tadi. Syair itu menggambarkan bagaimana seharusnya sikap seorang Kristiani saat berdoa. Menyeru: “Jangan lewatkan aku Tuhan, dengarlah seru-tangis ku yang amat rendah…“
Alih-alih merasa bahwa doa kita layak dan pasti diterima Tuhan, Crosby lewat syair ini mengajak orang untuk dengan penuh kepasrahan datang menghadap pada-Nya. Menghempaskan diri dan harapan sepenuhnya pada rahmat Tuhan. Menyandingkan kerinduan bertemu Tuhan, sekaligus ketakutan yang besar jika lepas dari kasihnya Tuhan.
Syair yang dimulai dengan frasa “Pass me not o Gentle Savior” itu pun kemudian disusun nadanya oleh William Doane, dan mulai dipublikasikan sekitar tahun 1870 langsung populer. Lagu ini merupakan salah satu dari banyak lagu hasil kolaborasi Doane dan Crosby.
Tonton Vidio : ( “Mampirlah Dengar Doaku” KJ:26, Karya; Fanny Crosby )
Dalam terjemahan Indonesia kita mengenalnya dengan judul Mampirlah Dengar Doaku. Meski kurang bisa menerjemahkan sepenuhnya frasa yang merupakan doa seorang narapidana tadi, namun nuansa kepasrahan itu tetap terangkum baik dalam terjemahan ini. Lagu Mampirlah Dengar Doaku pun menjadi salah satu himne yang cukup banyak dinyanyikan dalam ibadah bersama maupun secara personal. (ARP/DBS)
Baca Juga : ( Lagu “It Is Well With My Soul” Diangkat Dari Rentetan Kisah Tragis Penciptanya )
Be the first to comment