Noah Sidabutar, Anak Indonesia Raih Juara Dunia Taekwondo di USA

Sosok Inspiratif, Majalahspektrum – MENJADI kebanggaan Indonesia, khususnya orang Batak tentunya apa yang diraih seorang anak 12 Tahun, Noah Sidabutar menjadi juara dunia seni bela diri taekwondo untuk kategori Creative Form, Creative Weapon, dan Extreme Form untuk kelas usia 11-12 tahun, di tingkat dua sabuk hitam.

Tinggal menetap bersama kedua orangtuanya, di Horizon West, Amerika Serikat (USA), siswa seni bela diri Ocoee Victory ini berhasil menjadi juara dunia tiga kategori Taekwondo tersebut setelah berkompetisi di Turnamen Champions pada, 13 sampai 17 Juli 2022, di Phoenix, Arizona, USA.

“Rasanya luar biasa. Ketika banyak teman saya asyik di rumah bermain vidio game saat musim panas, saya berlatih meningkatkan kemampuan taekwondo untuk mempersiapkan diri meraih prestasi masa depan saya,” kata Noah, seperti dilansir dari orangeobserver.com, Senin (1/8/2022).

Selain meraih tiga gelar juara dunia, Noah, yang pergi mengikuti kejuaraan itu ditemani ibunya, Julian Sidabutar br. Limbong, juga menduduki peringkat kedua untuk kategori Extreme Weapon. Selain mengikuti sebagai peserta perorangan, Noah juga merupakan anggota tim atraksi dari perguruan taekwondonya, Victory Martial Arts, yang berlokasi di Ocoee, Florida. Noah, bersama timnya, berhasil menempati peringkat ketiga di kejuaraan dunia ini untuk kategori Demo Team.

Noah menjelaskan, bahwa untuk mengikuti kejuaraan dunia ini, dia harus memenuhi beberapa persyaratan. Salah satu persyaratannya adalah masuk dalam peringkat 10 besar ATA di babak penyisihan yang sudah berlansung selama 1 tahun sejak bulanJuli 2021 untuk semua kategori yang dia ikuti.  “Saya bersaing dengan seniman bela diri yang sangat berbakat di ATA,begitu ujarnya.

Sebelum menekuni taekwondo, Noah pernah mencoba berbagai olahraga seperti; baseball, bola basket, sepakbola, dan renang. Tetapi semua olahraga itu tidak ada yang benar-benar dinikmatinya. Hingga akhirnya ia mulai menekuni taekwondo, di usia 7 tahun melalui Victory Martial Arts.

Awalnya, taekwondo hanyalah hobi bagi Noah. Namun, di kejuaraan dunia pertamanya pada tahun 2021 yang lalu, ia berhasil meraih gelar juara dunia di kategori Creative Form, dan juara kedua untuk kategori Extreme Weapon.

“Saat itulah saya bulatkan tekad untuk meningkatkan kemampuan Taekwondo dengan lebih sungguh-sungguh,” katanya.

Darah olahraga bela diri Taekwondo Noah ternyata mengalir dari sang ayah, Immanuel Sidabutar. Ayah Noah pernah menekuni taekwondo saat masih tinggal di Indonesia, sebelum pindah ke Amerika Serikat pada tahun 2002.

Ibunya menerangkan, gelar juara dunia Noah diraih bukan tanpa pengorbanan dan dedikasi.  Tiga tahun lalu, Noah bahkan tidak mampu mendapatkan gelar juara di tingkat distrik.

“Tetapi kami terus pergi mengikuti kejuaraan-kejuaraan nasional ATA walaupun, terkadang, dia tidak mendapatkan peringkat pertama. Namun, kami orangtuanya selalu berkata, ‘Teruslah berusaha, kami akan selalu mendukungmu,” cerita Julian Limbong.

Saat COVID-19 melanda dan perguruannya dilarang berkegiatan, keluarga Noah terus membantunya berlatih. Mereka membantunya menutupi seluruh ruang keluarga dengan matras (tikar busa). Orang tua Noah juga mendaftarkannya di kelas tumbling di Orlando Parkour, agar dia bias berlatih akrobat taekwondonya.

“Banyak pengorbanan waktu, uang, pikiran, dan tenaga. Kedua adik perempuannya sangat sering menunggui Noah saat berlatih dan saat mengikuti kejuaraan,” sambung Juliann.

Ayah Noah pun, Immanuel Sidabutar, selalu membantu Noah berlatih. Di pagi hari, ayahnya membangunkan Noah untuk bersepeda sejauh 6 mil, dan jogging sekitar 1-2 mil.

Dalam persiapan untuk kejuaraan ini, terkadang, Noah berlatih di gereja. Kedua orang tuanya membantu menyingkirkan kursi-kursi gereja sebelum Noah berlatih, dan mengembalikannya ketempat semula setelah selesai berlatih.

Kedua orangtua Noah adalah koordinator tim musik di Gereja Lutheran People of Faith. Dalam setiap Kebaktian Minggu, Noah dan keluarganya bermain musik dan memimpin nyanyian.

“Saya bermain drum. Kakak saya Isabelle, 8 tahun, memainkan perkusi dan menyanyi. Adikku Allison, 7 tahun, memainkan keyboard dan menyanyikan harmoni. Ayah saya, Immanuel, bermain bass, dan ibu saya bermain piano. Ayah saya telah bermain gitar bahkan ketika dia masih di Indonesia,” begitu penjelasan Noah.

Hampir setiap hari, Noah sekeluarga berlatih musik selama kira-kira 1 jam untuk lagu-lagu yang akan dinyanyikan dalam kebaktian Minggu. Beraktifitas di gereja bukanlah hal yang baru di keluarga ini. Keempat ompung-nya Noah: St. D. Sidabutar – M. Hariandja dan St. B. Limbong – L. Nainggolan adalah majelis di gerejanya masing-masing dan selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan gereja.

Kedepannya, Noah bertekad untuk berlatih lebih keras lagi agar dapat mengikuti kejuaran dunia dari organisasi-organisasi seni bela diri yang lain. Noah juga berharap agar prestasinya ini dapat menjadi kebanggaan bagi orang-orang Batak, dan menjadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia lainnya untuk terus berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia.

Noah dan Keluarga Sidabutar di USA

Untuk diketahui, ada beberapa kategori kompetisi dalam dunia Taekwondo yakni;

Formulir Kreatif: Praktisi Taekwondo harus mendemonstrasikan teknik mereka dengan koreografi bentuk mereka sendiri, biasanya dengan musik. Untuk bentuk ini, mereka tidak dapat melakukan gerakan yang melibatkan lebih dari 360 derajat. Akrobat tidak diperbolehkan dalam bentuk ini.

Senjata Kreatif: Aturan bentuk kreatif yang sama berlaku untuk kategori ini, dengan perbedaan bahwa praktisi taekwondo dapat menggunakan senjata. Di ATA, senjata tidak bisa dilepaskan atau dilempar ke udara. Namun, gulungan leher, gulungan belakang, dan pukulan diperbolehkan.

Formulir Xtreme : Peserta harus menunjukkan formulir yang mencerminkan esensi dan nilai-nilai ATA- Xtreme , dan setidaknya 50% formulir harus asli. Semua jenis tendangan dan kombinasi diperbolehkan, asalkan disetujui oleh instruktur mengenai keselamatan. Aspek pertama yang dinilai adalah kualitas teknik taekwondo. Aspek kedua mencakup lima kategori— kreativitas, kesulitan, presentasi, sikap dan untuk Senjata Xtreme , kontrol senjata. Musik diperbolehkan tetapi tidak wajib.

Senjata Xtreme : Kompetitor harus mendemonstrasikan senjata yang mencerminkan esensi dan nilai-nilai ATA- Xtreme , dan setidaknya 50% dari kinerja harus asli. Untuk formulir ini, tidak ada batasan jumlah trik yang dapat dilakukan, dan pesaing diperbolehkan untuk melepaskan senjata. Musik diperbolehkan tetapi tidak wajib.

Bentuk Tradisional: Untuk sabuk hitam tingkat dua, yaitu sabuk Noah Sidabutar , bentuk ATA disebut Jung Yul , yang diterjemahkan menjadi, “Dengan karakter mulia Anda, Anda akan mengembangkan keabadian baru dalam hidup Anda.”

Backflip ganda adalah yang tersulit dipelajari oleh Noah Sidabutar. Ia membutuhkan waktu 18 bulan untuk menyempurnakannya. “Ini adalah trik akrobatik, Anda melompat, Anda berputar di udara dua kali ketika Anda juga terbalik,” terang Noah. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan