KTT G-20- Wow!, Indonesia Dapat Dana USD 36 Juta Untuk Penanggulangan Sampah Plastik

Bali, majalahspektrum.com – THE Alliance to End Plastic Waste (Alliance) mengumumkan komitmen senilai 36 juta dolar AS untuk mendukung Indonesia dalam mengurangi 70% polusi plastik di laut pada 2025 dan mencapai hampir nol sampah plastik pada 2040.

Pendanaan awal ini bertujuan untuk mengembangkan portofolio solusi dan proyek berkelanjutan di Indonesia, yang kemudian dapat mengatalisasi investasi sektor publik dan swasta hingga lima kali lipat guna mengakhiri sampah plastik di lingkungan.

Melalui komitmen ini, the Alliance akan mendukung berbagai proyek di seluruh nusantara, termasuk program unggulannya, Bersih Indonesia: Eliminasi Sampah Plastik (Bersih Indonesia), yang telah dimulai dengan Tahap Satu di Malang. Program-program yang diusung oleh the Alliance bersama para mitranya bertujuan untuk:

  • Mengolah sampah plastik dari lingkungan hingga 60,000 ton pada 2025;
  • Memenuhi tingkat daur ulang hingga 50% dalam implementasi proyek pada 2025; dan
  • Menjangkau hingga 2,7 juta penduduk Indonesia melalui program perubahan perilaku.

Selain itu, Program Bersih Indonesia akan diperluas ke dua kabupaten tambahan untuk menyediakan sistem pengelolaan sampah yang menyeluruh bagi 3,9 juta penduduk Indonesia lainnya. The Alliance pun akan menjalankan kampanye pendidikan tentang pengelolaan dan pemilahan sampah rumah tangga guna meningkatkan literasi masyarakat sekaligus menggiatkan pengumpulan dan pemilahan yang lebih baik.

Presiden dan CEO the Alliance, Jacob Duer mengatakan dari pengalamannya, mobilisasi pendanaan filantropi adalah langkah penting pertama untuk mengembangkan, menjalankan, dan menghindari risiko pada solusi berkelanjutan, yang akhirnya dapat diperluas dan direplikasi untuk dampak yang lebih besar.

“Tidak ada satu organisasi pun yang dapat menyelesaikan tantangan sebesar ini sendirian. Oleh karena itu, salah satu misi kami adalah mengatalisasi pendanaan lanjutan dari pemerintah dan bank-bank pembangunan sebagai blended finance, yang kemudian akan memobilisasi dana swasta untuk meningkatkan pengelolaan sampah dan memajukan ekonomi sirkular plastik,” jelasnya.

Jacob menyampaikan komitmennya saat ‘Forum Tri Hita Karana: Blended Finance and Innovation for Better Business Better World’, side event G20 berfokus pada upaya berkelanjutan dengan tujuan memobilisasi USD 30 miliar dalam pendanaan komersil dan pembangunan guna mendukung proyek dan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga : ( UIB Bukan Sekedar Kampus, Fokus Pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan )

Sebagai negara pertama yang membentuk National Plastic Action Partnership, Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengatasi tantangan sampah plastik. Komitmen ini juga merupakan prioritas utama bagi the Alliance, yang mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 2019.

Proyek pertama the Alliance adalah Project STOP Jembrana, yang dilaksanakan bersama mitranya Systemiq dan masih berjalan hingga saat ini. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan system pengumpulan, pemilahan, pengolahan, dan daur ulang untuk melayani 150,000 penduduk di Kabupaten Jembrana, Bali.

Program Bersih Indonesia merupakan hasil pembelajaran dari proyek Jembrana dan proyek the Alliance lainnya di Indonesia. Nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) untuk memulai Tahap Satu program ini telah ditandatangani oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dan Kabupaten Malang di bulan Mei tahun ini.

Program Bersih Indonesia akan membangun sistem pengelolaan sampah terpadu di Kabupaten Malang, termasuk jasa pengumpulan sampah rumah tangga untuk 500,000 unit rumah tangga. The Alliance memberikan dana hibah senilai USD 29 juta untuk membangun infrastruktur pendukung, termasuk lima transfer station, lima fasilitas pemulihan material (Materials Recovery Facility), dan armada sampah lebih dari 1,100 kendaraan.

Melalui program ini, the Alliance berharap untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan secara finansial untuk pasar negara berkembang yang mencakup biaya pengumpulan sampah rumah tangga, penjualan sampah plastik kepada pemasok di pasar yang kompetitif, dan kontribusi pemerintah terhadap biaya operasional. Jika berhasil, model ini dapat direplikasi secara nasional.

The Alliance juga mendukung riset Systemiq tentang model investasi blended finance untuk membangun infrastruktur pengumpulan dan pemilahan sampah. The Alliance akan segera menerbitkan buku putih (white paper) terkait riset ini. Melalui kerja sama dengan Pemerintah Indonesia, buku putih ini merupakan upaya awal untuk merancang skema pembiayaan yang layak dan dapat direplikasi untuk pengelolaan sampah di daerah tertinggal.

Ketua National Plastic Action Partnership Indonesia, Sri Indrastuti Hadiputranto mengatakan mengakhiri sampah plastik adalah tantangan kompleks yang membutuhkan upaya holistik. Kolaborasi publik-swasta-masyarakat yang kuat sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai kesenjangan sistemik dalam pengelolaan sampah berkelanjutan.

“Karenanya, kami sangat menghargai kemitraan dengan The Alliance to End Plastic Waste dalam implementasi peta jalan NPAP guna mengurangi polusi sampah plastic,” katanya. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan