Siapa “The Best of The Best” Pimpin Sinode GBI ?

Jakarta, majalahspektrum.com – BEBERAPA hari lagi, tepatnya dari Tanggal 21 Agustus (Senin) hingga 25 Agustus (Jumat) 2023, Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI) akan menggelar sidang sinode ke-17 di Sentul International Convention Centre (SICC), Bogor, Jawa Barat. Salah satu agenda penting kegiatan itu adalah pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) GBI untuk periode 2023-2027.

Berbeda dari sidang sinode ke-16, dalam sidang sinode ke-17 ini dibagi menjadi 2 sidang yakni; sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) dan Sidang Raya. Sidang MPL hanya diikuti 150 peserta pada Tanggal, 21-23 Agustus 2023, di sidang inilah Ketum BPP GBI periode 2023-2027 dipilih. Setelah sidang MPL dilakukan siding Raya dari Tanggal 23 Agustus sore hingga 25 Agustus 2023 yang diikuti sekitar 3.500 peserta yang merupakan para pendeta dari seluruh Indonesia dan luar negeri.

Bacalon Ketum BPP GBI sebelumnya telah disaring di tingkat Sidang Majelis Daerah (SMD) dan ada 20-an nama usulan. Dari 20-an nama usulan Bacalon Ketum GBI tersebut akan disharing 5 besar. Dari 5 besar Bacalon ini menjadi calon yang akan dipilih di sidang MPL.

Dari informasi yang diperoleh, ada 2 calon Ketum BPP GBI terkuat yakni; Pdt, Dr, Rubin Adi Abraham (Petahana) dan Pdt, Dr, Japarlin Marbun (Ketum GBI Periode sebelumnya, 2015-2019).

Baca Juga : ( Sidang Sinode GBI Akan Lantik Ketum BPP 2023-2027 dan 733 Pendeta Penuh )

Kedua calon tersebut memiliki peluang kuat untuk memimpin GBI. Siapa pun yang terpilih diantara mereka merupakan pendeta GBI terbaik yang memiliki kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Apa yang sudah dan akan mereka kerjakan selama menjabat dan akan menjabat kelak sebagai Ketum Sinode GBI?, berikut ulasannya.

Pdt, Dr, Rubin Adi Abraham (Petahana)

Saat kunjungan kasih Natal PEREWAMKI 2022 lalu, Ketua Umum BPP GBI, Pdt, Dr, Rubin Adi memaparkan berbagai program dan kegiatan yang dilakukan sinode GBI selama kepemimpinannya.

“Baru-baru ini kita (GBI) melakukan bakti sosial ke korban gempa Cianjur. Kami hadir di sana sejak H+1 pasca gempa, dan ini, hari ini tim relawan dan Tagana GBI baru pulang balik ke Jakarta, Sudah 3 minggu kami di sana,” terang Pdt, Rubin Adi.  Di Grha Bethel, Jl. Jend. Ahmad Yani, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (9/12/2022) lalu.

Menurut Rubin, segala bantuan yang diberikan BPP GBI berasal dari donasi seluruh jemaat GBI yang ada di seluruh Indonesia.

Diungkapkan oleh  Pdt. Rubin Adi, ketika dirinya terpilih menjadi Ketua Umum Sinode GBI akhir bulan Agustus 2019, kemudian 6 atau 7 bulan terjadi Pandemi covid 19. Inilah yang dirasakan berat oleh Rubin Adi.

“Pergumulan yang berat. Berbagai program yang telah ditetapkan tidak bisa dijalankan secara maksimal. Tapi kita tetap melakukan segala hal yang bisa kita kerjakan. Rapat-rapat pun dilakukan dengan zoom,” akunya.

Program GBI yang telah dirancang dirasa berantakan semuanya, “bagaimana kita menjalankannya?” kata Rubin Adi kala itu. Kemudian, Rubin adi berdoa dalam hati karena pertanyaan itu menentukan arah pelayanan GBI ke depan, apalagi GBI saat ini sudah memiliki hampir 7000 gereja lokal yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Lalu saya mendapatkan suatu Rhema, satu ayat sederhana beri mereka makan diantara 5000 orang yang berhimpun itu. Makanya program kita sekarang hanya satu, yaitu menolong orang lain. Jadi semua program yang sudah ada sebelumnya, kita arahkan untuk menolong orang lain. Dengan keuangan  yang jumlahnya tidak terlalu besar di BPP, karena sinode GBI itu SDM dan keuangannya ada di gereja-gereja lokal,” terang Pdt. Rubin Adi.

Lanjut Rubin Adi kala itu, dengan keuangan yang ada, BPP GBI membagikan uang tersebut kepada seluruh propinsi di Indonesia. Agar mereka juga bisa membantu masyarakat. Misalnya membantu perbaikan gereja, lingkungan, mesjid dan sebagainya.

“Hak itulah kita harapkan menjadi trigger agar daerah-daerah melakukan hal yang sama, termasuk gereja-gereja digerakkan untuk hal tersebut,” paparnya.

Program ‘menolong orang lain’ itu berlanjut memberikan perhatian kepada para hamba Tuhan yang kesulitan keuangan akibat pandemi covid. Setelah bertanya-tanya dan mencari informasi data, berapa jumlah hamba Tuhan yang kesulitan keuangan akibat peribadatan gereja ditutup selama Pandemi.

“Setelah didata ada sekitar 1600 pendeta gembala. Walaupun faktanya, GBI ini juga ada gereja besarnya atau mega church, tetapi gereja kecil di pelosok desa juga banyak sekali. Jujur saja, menggalang dana pada masa Pandemi saat itu susah sekali. Akhirnya kita mendapat ide untuk mengundang penyanyi rohani. Puji Tuhan ada terkumpul 30 orang lebih untuk menyanyi di YouTube dan penyanyinya semua tidak dibayar, karena misinya untuk menolong hamba Tuhan yang kesulitan keuangan. Ternyata respons penonton Youtube luar biasa. Mereka pun tergerak menyalurkan sumbangan melalui transfer via rekening atau QRIS yang kita bubuhkan di tayangan Youtube.  Kalau tidak salah dana yang terkumpul 2,2 Milyar. Menurut saya itu besar. Kemudian dana itulah kita salurkan untuk para hamba Tuhan tersbut. Bahkan dana tersebut ada tambahan sekitar 6 milyar dari para donatur yang tergerak memberi. Pada waktu itu, kita bisa mengcover kebutuhan hamba-hamba Tuhan di pedesaan itu kira-kira untuk 6 bulan. Setelah 6 bulan, kita minta mereka yang masih membutuhkan bantuan dapat menghubungi ketua BPD masing-masing,” ungkap Pdt. Rubin panjang lebar.

GBI ke depan, kata Rubin Adi, akan membangun Rumah Sakit dan Universitas GBI serta program digitalisasi.

Pdt, Dr, Japarlin Marbun

Dalam berbagai kesempatan, sebelumnya Pdt, Japarlin Marbun enggan memimpin kembali sinode GBI. “Mau pension, enakan begini bias jalan-jalan. Saya sekarang lebih banyak di kampung halaman mengurus pertanian dan pelayanan lain untuk masyarakat di sana,” katanya saat ditemui dalam rangka kunjungan kasih Nataru tahun 2021 lalu.

Kaget, tiba-tiba ia menjadi calon Ketum sinode GBI 2023-2027 pada Sidang sinode XVII ini. Kepada PERWAMKI saat acara Bamagnas 3 bulan lalu 2023, Japarlin mengaku mencalon diri kembali atas desakan beberapa pendeta di berbagai daerah. Alasan para pendeta tersebut, katanya, ingin melihat GBI kembali ke masa jayanya.

Mereka mengaku, GBI di era kepemimpinan Japarlin banyak melakukan inovasi dan terobosan baru. Kerjasama dengan berbagai lembaga dan institusi pun dilakukan.

“GBI begitu disegani dan dihormati, menjadi berkat bagi banyak gereja, bangsa dan Negara. Efek dari peran GBI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, GBI diundang khusus oleh Presiden RI ke Istana Negara. Tidak banyak suatu sinode gereja diundang Presiden. Begitu kata mereka,” ungkap Japarlin saat ditemui di kediamannya, Kamis (16/8/2023).

Setelah didesak dengan berbagai alasan, akhirnya Japarlin bersedia dicalonkan kembali menjadi Ketum sinode GBI. Kepada mereka Japarlin menanyakan apa kira-kira yang mereka inginkan untuk dilakukan bila dirinya menjadi Ketum GBI 2023-2027?.

“Saya diminta mengerjakan hal-hal yang menguntungkan bagi seluruh gereja GBI diantaranya mengunjungi daerah-daerah untuk melakukan Pembinaan-pembinaan secara langsung (kunjungan off line bukan on line), baik pembinaan terhadap kepala dan juga pekerja-pekerja gereja sehingga gereja-gereja lokal di berbagai daerah dapat terangkat kembali dan bisa lebih maju. Lalu yang kedua, melakukan Pelatihan-pelatihan sehingga para gembala bisa melakukan pelayanan yang bisa menjawab kebutuhan jemaat dan memberikan bantuan pembangunan Gereja-gereja di berbagai daerah sehingga gereja-gereja di berbagai daerah itu layak untuk digunakan sebagai tempat ibadah,” ungkap Japarlin.

Bukan cumin membantu pembangunan pisik gereja, Japarlin juga berkomitmen akan membantu peralatan kebutuhan Pelayanan.

“Seperti sepeda motor misalnya yang dapat digunakan untuk mobilitas hamba Tuhan di daerah 3 T yang juga untuk menjangkau ladang-ladang pelayanan yang terpencil,” katanya.

Seperti saat memimpin sebelumnya, ke depan Japarlin juga akan melakukan kerjasama dengan Gereja-gereja lintas sinode dan aras agar terjadi Unity yang baik guna mewujudkan ke-Esaan gereja di Indonesia.

“Gereja itu juga adalah tubuh Kristus yang harus kita bangun bersama sama. kita juga akan membangun sinergi dengan pemerintah mulai dari Kelurahan, Bupati-Walikota, Gubernur hingga Pemerintah Pusat dalam rangka bersama-sama membangun bangsa ini, menjaga Kedamaian dan keutuhan NKRI. Apalagi sekarang di Tahun Pemilu,” jelasnya.

Namun yang terpenting dari itu semua, kata Japarlin, adalah membuat organisasi sinode GBI lebih solid, sehati dalam visi-misi pelayanan, menjadi berkat bagi semua.

“Dengan jumlah Jemaat tiga setengah jutaan dan 20.000 Pendeta, tidak mudah tapi pasti bisa. ini harus diorganisir dengan baik tidak lagi bisa menggunakan cara-cara konvensional,” katanya yakin.

“Saya akan mendorong gereja-gereja GBI yang besar-besar untuk menolong, membantu gereja-gereja kecil. Kita juga akan melakukan pengembangan digital yang dulu sudah pernah kita Rintis itu mulai daripada membuat warta digital buat tiap gereja,” tuturnya.

Hal yang belum terlihat upaya Road Map pengembangan pelayanan GBI, lanjut Japarlin, adalah mendirikan Rumah Sakit dan Universitas GBI.

“Area kantor sinode GBI cukup luas, kita bangun beberapa menara atau Tower untuk Universitas dan Rumah Sakit. Kantor sinode pun harus lebih baik dari yang ada sekarang ini,” ujar Japarlin.

Penutup, siapa pun yang terpilih nanti di siding MPL pada 22 Agustus 2023 nanti, kata Japarlin, bisa saling terima, menghormati dan mendukung.

“Di GBI hal itu biasa. Stelah pemilihan kembali bersatu, bersinergi dan saling dukung karena ini lading pelayanan Tuhan,” tutup Japarlin. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan