Jakarta, majalahspektrum.com – BUKU The Story of Simplicity berkisah tentang kesahajaan seorang intelijen, Mayor Jenderal TNI. Dr. Suyanto, SE, MSi.Han,. Ditulis oleh Wartawan Senior Ch. Robin Simanullang, buku tersebut menyajikan beberapa kesan, salah satu di antaranya, bahwa pengasuhan dan pendalaman kearifan kesahajaan budaya lokal, nasional dan global sangat berkontribusi pada pembentukan sifat dan karakter kesederhanaan seseorang; yang dalam konteks intelijen berkekuatan sebagai strategi kebudayaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi intelijen baik taktis maupun strategis.
Kesederhanaan yang dimaksud dalam buku tersebut bukanlah soal besar atau kecil, kaya atau miskin, tinggi atau rendahnya Jabatan seseorang, melainkan aksentuasi, intensitas dan aktualisasinya lebih berkorelasi dengan sifat dan karakter seseorang.
“Ada banyak orang kaya raya dan berjabatan tinggi mempunyai sifat dan karakter kesederhanaan, sebaliknya ada orang miskin (materi) dan berkedudukan rendah tidak atau kurang memiliki sifat dan karakter kesederhanaan,” kata Robin Simanulang dalam bedah buku tersebut di Function Room Gramedia Matraman, Jakarta, Jumat (01/09/2023).
Pengamatan yang paling menarik lainnya dari kisah kesederhanaan Suyanto dalam buku itu, , lanjut Robin, adalah bahwa seseorang yang memiliki sifat dan sikap kesederhanaan sangat potensial dan berpeluang menjadi seorang intelijen profesional. Bahwa intelijen itu sophisticated tapi (dalam kisah Suyanto) memiliki sifat dan kekuatan kesederhanaan, simple dan natural. Suatu hal yang paradoksal, berbeda tapi berjalan seiring.
“Itulah sifat alamiah intelijen yang berhakekat rahasia, klandestin dan misterius, rumit, kompleks (sophisticated); Namun inti kekuatan, rahasia dan seninya adalah kese derhanaan (simplicity, simple). Semakin sederhana semakin memudahkan jalan menuju penemuan informasi yang lebih mendekati kebenaran. Sebaliknya, kompleksitas akan semakin mempersulit penemuan jalan menuju informasi kebenaran,” terang Robin.
Dikisahkan Robin saat pertama kali ia bertemu dengan Suyanto, saat memperkenalkan diri, Suyanto lantas memanggilnya dengan sebutan “Tulang” (yang berarti Paman dalam bahasa Batak).
“Saya terkejut, ternyata ia (Suyanto) beristerikan perempuan Batak, Boru Panjaitan. Dia (Suyanto) tahu hubungan antara marga isterinya dengan marga saya Simanulang. Hal yang sesederhana itu ia pahami,” ungkap Robin.
Hadir dalam bedahy buku tersebut, Dr. Boni Hargens, Analis Politik dari Universitas Indonesia; dan Ir. Jansen H Sinamo, Motivator Etos Kerja dari Institut Mahardika.
Baca Juga : ( Dijuluki “Penjaga Tradisi”, Penulis Buku Ini layak Dianugerahi Doktor Teologia )
Dalam pandangannya setelah membaca buku tersebut, Jansen Sinamo menilai penulis dalam buku tersebut sangat teliti dalam menilai sosok Mayjend TNI (Purn) Suyanto.
“Melihat kesederhanaan, cirri khas etos kerjanya, mampu mengerjakan hal-hal yang sulit sehingga menjadi andalan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN),” kata Jansen Sinamo.
Jansen lantas menibaratkan kesederhanaan etos kerja Suyanto dengan ahli Fisika dunia, Albert Einstein. Einstein, kata Jansen, berhasil menemukan Rumus Sederhana yang selama 200 tahun tidak dapat dipecahkan oleh Fisikawan dunia yakni E=MC2.
“Rumus Energy = Masa X Cahaya Pangkat Dua adalah rumus sederhana yang anak siswa SMP pun dapat mengerjakannya. Yang dikerjakan oleh Suyanto adalah bertolak dengan dunia intelejen yang sebenarnya berkaitan dengan kecanggihan teknologi dunia,” terang Jansen.
Pembedah buku Kedua, Dr. Boni Hargens, mengungkapkan, dirinya merasa terhormat bisa bertemu dengan sosok Mayjend (Purn) Suyanto yang dinilainya penuh dengan Kesedrhanaan, Tulus dan apa adanya.
“Hidup dalam kesederhanaan adalah hal sangat sulit ditemukan di jaman sekarang ini karena merasa kurang percaya diri. Suyanto percaya diri dalam kesederhanaannya,” ungkap Bonie Hargens.
Menurut Bonie, buku ini sangat penting untuk dibaca oleh anak muda. Pasalnya, membaca buku ini akan membuat pembacanya seperti seorang pengembara menemuka Oase di padang gurun yang luas. (ARP)
Be the first to comment