Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, kedua Keluarga itu saling menerapkan aturan-aturan agama yang dipeluknya. Masing-masing menyakini, apa yang disampaikan ke anak-anak mereka sudah pasti benar.
Singkat cerita, Ibu Tika mengalami sakit dimana harus menjalani kemoterapi. Tika dalam film tersebut, sangat menyayangi sang ibu dan berjanji untuk membiayai pengobatannya.
Namun nasib tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Ia diberhentikan oleh perusahaan tempat dimana ia bekerja, karena kondisi perusahaan dimana ia bekerja mengalami kesulitan keuangan.
Sedih, dan kecewa tergambar diraut wajah Tika. Wajah sang ibu terus terbayang dipikirannya. Ia membayangkan, tidak dapat lagi membiayai pengobatan sang ibu. Karena sang Ayah sudah dipanggil Tuhan terlebih dahulu.
Melihat kesedihan itu, Christian yang merupakan kekasih Tika, berusaha menenangkan. “Kita bertukar tempat, kata Christian. Biarkan saya yang di PHK dan kamu tetap bekerja, ujarnya.
“Saya akan menghadap HRD, dan meminta agar kamu kembali bekerja, tambah Christian.
Tidak berapa lama, setelah menghadap HRD, Christian menyampaikan bahwa permintaan beliau dikabulkan, dan akhirnya Tika kembali bekerja. dan dapat membiayai pengobatan ibunya.
Kebaikan Christian dengan melepaskan pekerjaannya demi Tika, mendapat penolakan ibu Siti, karena Christian tetap tidak cocok dimata sang ibu. Alasannya perbedaan keyakinan agama.
Diakhir cerita Tika maupun Christian berdoa: “Apakah, Tuhan Serumit itu?
Terkait film Pendek tersebut, Kabid KKC PGI, Pdt, Jimmy Sormin, M.Th mengatakan, Film itu mewakili persoalan yang terjadi di masyarakat Indonesia yang majemuk. Ditengah masyarakat, sudah pasti banyak dijumpai perbedaan itu (agama).
“Film yang ditunjukkan untuk anak-anak muda ini, menceritakan fakta yang terjadi dimasyarakat. Isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) sudah jadi isu advokatif PGI,” kata Pdt, Sormin di Lt.3, Grha Oikumene PGI, Jl. Salemba, No 10, Jakarta, Kamis (28/12/2023).
“Saya melihat anak muda dalam ruang Keberagaman mencoba mencari pemahaman itu dengan teman sebaya, bukan lagi ke orangtua,” sambung Pdt, Sormin.
Lanjut Pdt, Sormin, kita perlu merespon dengan cepat. Generasi muda pada 2023 sudah mencapai 70 persen dinegeri ini. Perlunya memfasilitasi isu religi dengan cara kekinian, dimana sempat viral perbedaan menikah beda agama.
Sementara, sutradara film, Tiar Simorangkir mengatakan, untuk menjangkau anak-anak muda saat ini penuh tantangan.
“Saya melihat teknologi audio visual adalah cara tercepat untuk menjawab persoalan ini,. Seperti film pendek ini,” kata Tiar, sutradara yang Pernah meraih piala citra ini.
Tiar berharap, setelah menonton film ini, banyak anak-anak muda yang bertanya apa itu agama?
“Mereka, anak-anak muda perlu dijelaskan apa artinya perbedaan. film ini berusaha menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Pemahaman secara modern melalui pendekatan-pendekatan kekinian, sehingga mudah dipahami oleh generasi muda,” terang Tiar.
Menurut Tiar, larangan orangtua kepada anak untuk berteman dengan yang berbeda agama, akan menimbulkan kepahitan kepada agama dan Tuhan.
‘Bagaimana kakunya ibu Siti dan pak Stevanus dalam film tersebut menjelaskan artinya perbedaan suatu keyakinan. Kekakuan komunikasi itu harus dicarikan solusinya,” kata Tiar.
Timbul pertanyaan seperti; pentingkah agama?, Tuhan itu ada tidak? kata Tiar, selalu muncul, saat terjadi di sebuah keluarga. Disinilah perlunya PGI hadir memberikan edukasi jangan sampai terjadi intoleran. (ARP)
Bagikan ini:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru)
Be the first to comment