Sedang Viral, Jemaat Geruduk Kantor HKBP Distrik X Medan-Aceh, Ada Apa?

Jakarta, majalahspektrum.com – PULUHAN jemaat dan sintua (majelis) gereja Huria Batak Kristen Protestan (HKBP) Mandala 1 Medan, geruduk kantor HKBP Distrik X Medan-Aceh guna melakukan protes atas keputusan yang dinilai semena-mena oleh Ephorus HKBP terkait Surat Keputusan (SK) mutasi pindah tugas pendeta resort mereka, Pdt. Leonardo Sinambela, S.Th, M.Pd.

Dalam video yang diunggah akun facebook Andreas Samosir terungkap, dalam SK mutasi pindah tersebut hanya ditanda tangani oleh Ephorus tidak ada tanda tangan Sekjen HKBP, padahal SK mutasi berdasarkan putusan Sinode Godang (SG) harus di tandatangani Ephorus dan Sekjen. Berdasarkan hal tersebut, Pendeta Ressort dan jemaat menolak SK mutasi tersebut. Mereka meminta agar SK mutasi diperbaiki dimana Sekjen HKBP ikut bertanda tangan.

“Kalau karena kesalahan atau kejahatan atau korupsi ngak masalah, ini Pdt.Leonardo begitu baik. Ada apa?.” Kata salah seorang jemaat yang berdemo dalam video berdurasi 6 menit tersebut.

Baca Juga: ( Hasil Riset, Kemunafikan Pemimpin Gereja Jadi Alasan Generasi Muda Enggan ke Gereja )

Sayangnya, permintaan revisi atas SK tersebut tidak ditanggapi atau oleh kantor pusat tanpa alas an jelas. Malahan, terbit surat skorsing kepada Pdt. Leonardo Sinambela (pendeta resort). Karena skorsing tersebut jemaat dan parhalado melawan dengan melakukan demonstrasi ke kantor distrik X Medan Aceh.

Melalui sambungan telepon seluler layanan WhatsApp (WA), redaksi mengklarifikasi berita tersebut ke Pdt, Leonardo Sinambela. Diceritakan Leo, panggilan akrab Pdt, Leonardo Sinambela, dirinya melayani di HKBP Mandala 1 sejak Maret 2015 sebagai pimpinan jemaat, yang kala itu belum berstatus sebagai gereja ressort. Jemaat sudah sangat merindukan peningkatan status pelayanan, dari jemaat pagaran menjadi jemaat sabungan. Oleh karena itu meminta ke HKBP Pusat melalui Kantor Distrik HKBP X Medan Aceh, agar diutus pendeta sebagai pimpinan jemaat Mandala 1 yang baru.

“Setelah melayani selama 6 bulan sebagai masa pembelajaran karakter jemaat dan memahami niat yang kuat untuk menjadi gereja ressort, kami mulai fokus untuk memenuhi semua persyaratan menjadi gereja resort,” terang Leo, Kamis (13/02/2020).

Menurut Leo, salah satu syarat untuk menjadi gereja resort adalah adanya satu gereja pagaran yang baru. Untuk memenuhi syarat tersebut, Leo dengan beberapa sintua mencoba mencari wilayah pengembangan pelayanan ke suatu daerah, yakni Kampung Tapanuli.

“Suatu daerah pengembangan masyarakat Batak Toba yang berjarak sekitar 45 menit dari Mandala. Selama 3 bulan kami mencari jemaat, melakukan kunjungan, khususnya kepada orang-orang Batak Kristen yang tidak lagi aktif ke gereja karena jarak yang jauh ke gereja lama mereka di Mandala sekitarnya,” jelasnya.

Akhirnya, setelah proses kunjungan dan pendekatan serta timbulnya niat yang besar, pada Oktober 2015 dimulailah parmingguon (ibadah minggu) pertama di satu rumah di Kampung Tapanuli yang mereka sewa selama 2 tahun untuk dijadikan rumah ibadah.

“Bermula dari 5 Keluarga (KK), akhirnya jemaat tersebut berkembang hingga kini sudah 25 KK. Setelah masa kontrak 2 tahun habis, kami membeli sebidang tanah untuk lahan pendirian gereja. Selama 2 tahun kami beribadah di tenda, hingga akhirnya di bulan Desember 2018 gedung permanen seluas 10×15 m berdiri,” ungkapnya.

Kata Leo, semua biaya pembangunan gereja pagaran tersebut adalah swadaya jemaat HKBP Mandala 1 dan jemaat baru yang didirikan. Di bulan mei 2016 HKBP Mandala 1 berhasil memenuhi semua syarat menjadi gereja ressort dan diresmikan.

“Menjadi gereja ressort bukan saja hanya status, tetapi peningkatan pelayanan. Atas kerinduan bersama meningkatkan pelayanan, yang walaupun sebagian besar jemaat ekonomi lemah, pemulung dan peternak babi, kami tetap berjuang,” kisah Leo.

Lagi menurut Leo, di HKBP Mandala 1 sendiri, gairah pelayanan menjadi meningkat karena status tersebut. Jemaat semakin giat beribadah, sintua semakin rajin sermon dan dengan sukarela berangkat melayani setiap Minggu ke pagaran, karena jemaat pagaran belum mandiri, masih butuh dukungan pelayanan dari sabungan.

Ada banyak perubahan yang signifikan, termasuk dalam hal memberi persembahan, Jemaat yang walaupun orang-orang dengan pendapatan rendah, tetapi dicukupkan, gereja tidak pernah kekurangan dana untuk pelayanan apa pun.

“Di bulan November 2018, entah karena dasar pertimbangan apa, saya dimutasi sebagai pimpinan jemaat HKBP perindu ressort soparnak, distrik Deboskab. Bagi saya tidak masalah ditugaskan kemana pun, asal sesuai mekanisme yang berlaku,” ungkapnya.

“Namun, apa yg saya ketahùi dan pahami, sesuai AP HKBP, ada kejanggalan SK saya, karena lampiran SK (isinya soal biaya hidup) tdk ditandatangani oleh Sekjend HKBP. Secara persuasif saya sudah tanya, sudah minta diperbaiki, tapi tidak ditanggapi. Saya diimingimingi akan dimutasi ke trmpat lain, tapi tidak juga ada,” bebernya.

Terkait hal itu, Leo mengaku mempertanyakan mekanismenya, namun dirinya malahan dianggap ingin meminta tempat mutasinya diganti.  “Jadi sempat bias, antara menuntut perbaikan surat dan perbaikan tempat mutasi,” ujarnya.

“Bagi saya jelas dan tegas, kemana pun, kalau itu sesuai mekanisme, saya jalankan. Tetapi secara persuasif tidak ditanggapi. Justru saya menerima surat peringatan 1,2 dan 3 yang semuanya juga tidak sesuai mekanisme yang berlaku,” tuturnya.

Puncaknya, kata Leo, tak lama setelah tahun baru, tepatnya pada Tanggal 13 Januari 2020, kantor pusat menerbitkan SK skorsing. Anehnya, dalam surat skorsing tersebut tidak ada tanda tangan ephorus maupun Sekjend HKBP.

“Saya juga mempertanyakan isinya (SK Skorsing). Tidak jelas, ambigu, pecat atau skorsing. Karena disebut memberhentikan dalam kurung skorsing, dengàn tidak hormat, dan sejumlah keputusan lainnya, yag semuanya bagi saya suatu perbuatan kejahatan,” katanya.

“Saya tidak pernah melakukan suatu perbuatan yang menyalahi amanat tahbisan dan lain lain yang berlaku di HKBP, tetapi saya menerima suatu perbuatan yang sangat merusak reputasi saya, kepercayaan diri saya dan sebagainya,” sambungnya.

Lagi menurut Leo, SK pendeta pengganti dirinya (Pdt, Br.Naibaho) pun diterbitkan dengan SK mutasinya. Uniknya, pendeta pengganti Leo mengaku keberatan atas SK tersebut. Pendeta pengganti Leo pun jadi sering jatuh sakit karena memikirkan semua persoalan itu.

“Saat ini juga lagi di rumah sakit. Gereja kami berdekatan,” kata Leo menutup pembicaraan.

Terkait adanya mutasi pendeta resort yang dinilai janggal tersebut, seseorang jemaat yang tidak mau identitasnya disebutkan menilai kejadian seperti itu diduga berkaitan dengan akan digelarnya Sinode Godang (SG) HKBP pada Oktober 2020, dimana akan dilakukan pergantian atau pemilihan pimpinan baru di HKBP pusat, khususnya pemilihan Ephorus baru.

“Lagi marak saat ini mutasi pendeta di HKBP, dan banyak yang janggal. Saya curiga ini bagian strategi dari dukung mendukung calon ephorus. Yang tidak mendukung calon pilihannya ephorus HKBP sekarang dimutasi jauh agar tidak bisa jadi peserta yang punya hak pilih di SG karena mendukung calon lain,” katanya. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan