Jakarta, majalahspektrum.com – HASIL penelitian dari lembaga riset Internasional BARNA, USA dan BILANGAN Riset, Indonesia sama-sama mengungkapkan minimnya peran gereja dalam membantu generasi muda saat ini mengerti lebih baik tentang Keadilan Sosial, kepedulian terhadap kemiskinan dan orang-orang yang termarjinalkan serta nilai-nilai kejujuran (Korupsi). Mirisnya, kemunafikan pemimpin gereja, dan keteladanan jadi alasan generasi muda enggan datang ke gereja.
Hal itu terungkap dalam acara “Church Leader Gathering” yang diselenggarakan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) di Hotel Milinium Kebon Sirih, Tanah Abang, Jakarta, Senin (10/02/2020).
Baca Juga: ( Rayakan Natal Milyaran Tapi Orang Miskin Dibiarkan )
Mengangkat tema: “Bringing, Shalom Across Generation”, hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, Daniel Copeland dari Barna Research, USA, Bambang Budijanto dari Bilangan Research Center, Indonesia, Pdt, Jacklevyn dari PGI, Romo Carolus Putranto dari Keuskupan Agung Jakarta dan Ps.Sidney Mohede dari JPCC.
Dalam paparannya, Kepala riset Barna Research, USA, Daniel Copeland mengatakan, dari hasil riset yang dilakukan hamper di seluruh Negara di dunia dengan 9 bahasa, hanya 10 persen generasi muda percaya terhadap hal yang rohani. Hal ini ia nilai karena pemimpin senior gereja gagal dalam mempersiapkan generasi muda sebagai pemimpin gereja masa depan.
“Yang kami kategorikan anak muda di sini ialah yang berusia 18 sampai 35 tahun. di Asia, khususnya Indonesia masih lebih baik yakni sekitar 50 persen masih percaya hal rohani. Anak muda ragu soal kerohanian karena melihat kemunafikan para pemimpin gereja,” kata Daniel.
Sementara, kata Daniel, 80 persen anak muda menilai gereja sedang mengalami krisis kepemimpinan. Hal itu karena para pemimpin gereja dinilai tidak dapat atau gagal dalam memberikan contoh atau teladan baik.
“Anak muda meminati persoalan tentang kemiskinan, keadilan sosial, masalah korupsi dan rasisme. Mereka bukan cuman ingin gereja yang baik tetapi melakukan perbuatan baik. Gereja dinilai lemah dalam hal kepedulian sosial,” jelasnya.
Baca Juga: ( LBP: Gereja Harus Upgrade dan Refresh Pendetanya )
Berdasarkan hasil riset Barna, terungkap hanya 20-33 persen generasi muda di Indonesia yang merasa gereja menolong mereka memahami kemiskinan dan keadilan sosial. Selain itu, hanya 15 persen generasi muda Indonesia yang merasa terinspirasi untuk menjadi pemimpin karena keteladanan seseorang di gereja, dan hanya 9 persen yang merasa mendapatkan pelatihan kepemimpinan dari gerejanya.
“Padahal GEREJA membutuhkan mereka (anak muda) sebagai pemimpin-pemimpin masa depan dengan karakter yang baik karena punya hubungan baik dengan Tuhan. Mereka ingin menjadi kontributor bukan konsumen gereja. Jadi, libatkan mereka dalam pelayanan gereka jika tidak ingin melihat mereka tidak ada di gereja masa depan,” ungkapnya.
Selaras dengan itu, Ketua Dewan Pembina Bilangan Research Center, Bambang Budijanto, P.hD mengatakan, intervensi yang dapat dilakukan gereja untuk generasi muda dalam memperdalam spiritualitas mereka antaralain dengan membuat komunitas mereka yang kuat di gereja, kepemimpinan dari peneladanan pemimpin gereja, Pemberitaan Firman Tuhan yang relevan, Melibatkan anak muda dalam program gereja yang inovatif dan kreatif, Memberi tantangan dan tanggungjawab bagi generasi muda serta Membangun tim kepemimpinan antar generasi.
“Riset kami (Bilangan) mengungkap bahwa tingginya minat anak muda aktif di gereja karena adanya komunitas mereka di situ bukan karena keteladanan pemimpin gerejanya. Karena di sana mereka menemukan teman yang sejati untuk saling berbagi dan membangun,” katanya.
Dipaparkan Bambang, dari hasil riset Bilangan terbaru, 1 dari 4 anak muda Kristen pernah berpikir untuk melakukan upaya bunuh diri. Mirisnya, dari hasil survey, lebih banyak minat bunuh diri generasi muda Kristen ditemukan di sekolah-sekolah Kristen daripada di sekolah negeri.
“Alasan utama mereka kebanyakan karena konflik rumah tangga. Sementara, pemimpin gereja atau Kristen mereka nilai tidak dapat dijadikan contoh atau teladan. Menurut mereka banyak pemimpin gereja gagal dalam bersikap, tidak bisa dijadikan teladan,” jelasnya.
Maraknya korupsi di gereja dan gereja dijadikan sebagai industri bisnis menjadi perhatian generasi muda yang membuat mereka tidak percaya hal spiritual dan gereja.
“Gereja yang baik tidak cukup bagi mereka (anak muda). Mereka ingin melihat gereja melakukan hal-hal baik, khususnya soal keadilan sosial, kemiskinan dan korupsi,” ungkapnya.
Dalam acara tersebut terungkap kegelisahan generasi muda terhadap gereja dan para pemimpinnya saat ini yang dinilai lebih mementingankan diri sendiri. Banyak gereja berubah fungsi menjadi industri bisnis karena minim, bahkan tidak ada fungsi Diakonia (Tri Tugas Panggilan Gereja). Bukan cuman itu, maraknya korupsi dan kolusi di gereja juga menjadi batu sandungan bagi anak muda untuk datang ke geraja.
“Pandai bicara rohani di atas mimbar tetapi kelakuan hidupnya sehari-hari tidak bisa dijadikan teladan. Banyak pendeta pada praktiknya menjadi ‘Hamba Uang’, cinta uang dan tidak peduli kepada orang miskin dan susah. belum lagi soal rebutan jemaat. Ini yang disebut kemunafikan pemimpin gereja,” keluh Pontas, salah seorang peserta diskusi. (ARP)
Baca Juga: ( Hak Jawab dan Koreksi Berita dari Wahana Visi Indonesia )
salut bagi kaum muda
teruslah berkarya jadilah penggerak muda dari Dalam.. tidak dipungkiri hanya berbuatlah terbaik melampaui sekat2 ego Dan Sektarian
Dibutuhkan pendeta yg memberikan khotbah ttg kehidupan yg singkat dan kematian yang mengerikan bagi umat yg gak percaya.. sehingga tergugah hati para milenial seperti saya..
yaaaa.
ini memang sangat terbukti terjadi hingga pada masa kini .
Ke kristenan pada masa kini sungguh2 membutuhkan teladan Dalam segala Hal.
🙏🙏🙏🙏
Setuju, sekalipun Kita Sering katakan Jan melihat manusia, tetapi Hamba² Tuhan akan jadi panutan, topik ini sgt membantu untuk saya pribadi mengevaluasia diri baik dalam kehidupan sekuler dan dalam komunitas gereja. God bless
We need to move from knowing God to understanding God. Knowing is not enough to change people behaviour, the understanding of God is the way to change people character.
As long as a man is a leader it will disappoint us, the true leader is our lord Jesus Christ, the key is believers must be under lordship of Christ
Menurut saya pribadi tidak hanya itu tetapi kesakralan dalam gereja sdh tidak ada!!! Umat hanya berlutut saat mau duduk di bangku tapi saat berhadap hadapan langsung dg Allah yg demikian rendah hati hanya mau menjadi Roti Sederhana, Umat malahan berdiri dg gagah berani di HadiratNya yg sungguh-sungguh ada dlm Hosti itu. Samasekali tidak ada kesakralan samasekali. Tidak ada sikap Kudus saat menyambutNya pdhl yg hadir *Sang Maha Kudus.* 🙏♥
Pedoman kita adalah ALKITAB DAN YESUS BUKAN MANUSIA FANA…
PEMIMPIN UTAMA KITA YESUS BUKAN PENDETA YANG SELALU BERSALAH DAN DOSA.
Jangan hanya seminar dan pembahasan kenapa anak muda Kristen enggan ke gereja.
Bagaimana agar semangat mereka lebih berkobar di banding semangat anak muda zaman dahulu kala.
Masalah pendidikan karena kemiskinan,hak memperoleh kesempatan bekerja dll.
Memberdayakan para muda dalam gereja dihargai keberadaannya dgn tetap membangun hidup spiritual yang utuh. Mengajak mereka utk berpelayanan kpd mereka yg tersisih dan terbuang.di LP,panti jumpo,dll.
Sebenarnya terdapat beberapa faktor generasi muda/ kaum muda kurang atau tidak tertarik ke gereja. Faktor absennya keteladanan pemimpin gereja, dhi: Pendeta atau Gembala, hanyalah salah satu dari beberapa faktor – bukan satu-satunya faktor.
Faktor-faktor lainnya ialah:
1. Faktor keluarga. Orangtua gagal mendidik dan membangun iman anak2nya. Bahkan, bisa jadi iman orangtua juga sudah gagal sebelumnya.
2. Faktor lingkungan/ komunitas. Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, komunitas di lingkungan kerja, dll turut memengaruhi tertarik atau tidaknya generasi muda serius dalam beriman dan bergereja.
3. Faktor diri sendiri. Bisa jadi, walaupun Pendeta sdh serius menggembalakan generasi muda, orangtuanya juga beriman dengan sehat, tinggal dalam komunitas lingkungan juga baik, namun tidak sedikit pula generasi muda yg apatis dan tidak mau tau tentang urgensi perlunya mengalami pertumbuhan iman Kristen yg sehat melalui gereja.
Jadi, menurut saya masih subjektif jikankita menyimpulkan generasi muda enggan ke gereja karena mereka tidak menemukan model yg bisa diteladi, khususnya Pendeta.
Karena banyak gereja tidak lagi memuridkan, hanya puas dengan gedung megah, perkakas mewah, sound system menggelegar, kas gereja (atw pribadi pendeta ?) menggelembung, jemaat hadir buanyaak bisa jingkrak-jingkrak diiring lampu kerlap-kerlip – nampak rohani (dari pada jingkrak-jingkrak di diskotik ntar dibilang ga rohani) plus minim pemahaman kebenaran Alkitab dan ajaran Rasuli, nampak luar begitu waahhh, di dalam kosong melompong, kisah di kitab Hakim-hakim pasal 2 akan kah terulang kembali ?? (Hakim-Hakim 2 : 10 -13)
Gereja Harus meredevinisi tugas dan fungsinya “Gembala terhadap dombanya”
Semoga tidak menjadi hal yg disayangkan bahwa ke Gereja, atau rajin berdoa, keaktifan hidup menggereja,dll, itu semata2 karena kebutuhan akan rahmat dan keselamatan dari Tuhan bukan utk menilai dan atau menyenangkan hati pemimpin gereja. Pertanyaan lebih dalam, apakah manusia, muda atau tua atau anak-anak, masih mencintai Tuhan dan membutuhkan kasihNya, perlindunganNya, berkatNya, atau karena pemimping Gereja kurang memberi teladan baik lantas kecewa dan tinggalkan DIA. Memang keteladanan itu penting..
Terimakasih atas berita ini. Diterima sebagai nasihat dan peringatan.
Jenis ini harus dikalahkan dengan doa dan Puasa(Mat.17.21)
Sikap PGI mengenai masalah intoleransi terhadap orang KRISTEN di Indonesia tidak terlihat. Ada kesan sudah dibeli. Sudah saatnya Gereja2 di Indonesia menyuarakan ketidak adilan sosial yg menimpa orang Kristen di Indonesia. Saya kira ungkapan kalau Pipi Kiri di Tampar berikan pula Pipi Kanan, harus ditinggalkan karena ini sudah usang dan filosofi ini menciptakan ruangan utk pemimpin2 Gereja yg Corrupt mental, dan Spiritual.
Teladan kita yg sejati hanYaTuhan yesus. Memang sih kita tidak memungkiri pimimpi harusnya jadi contoh. Pertanyaannya adalah kamu kaum muda sudahkah kamu mengambil peran aktif dalam membangun gerejamu?. Firman Tuhan 1 Timotius 4:12 mengatakan orang muda diajak jadi teladan juga. Sangat disayangkan justru jauh dari Gereja.
buat kursus2 latihan kepemimpinan versi gereja scr bertahap , ikuti live in, lakukan camping2 rohani sesuai usia anak2 muda
Dengan semakin menurunnya rasa hotmat akan kekudusan Ibadah Didalam RUMAH TUHAN sendiri, paling tidak itu menjadi WARNING bagi kita semua APAKAH BENAR KITA MASIH RINDU PADA HADIRAT TUHAN! Jadikan Ibadah sebagai bagian dari ROTI HIDUP, dan jangan kita korbankan HUBUNGAN KITA DENGAN TUHAN karena sebagian dari pemimpin jemaat tidak bertibdak sebagai Gembala yang baik sebak GEMBALANYANG BAIK DAN SESUNGGUHNYA ADALAH KRISTUS YESUS TUHAN KITA.
Semoga kaum muda berteladadan pada pribadi Tuhan Yesus…..
bisa jadi sperti itu tapi itu tergantung kepada masing masing kepribadian tiap orang yang mendalami tentang apa arti dari sebuah kasih yang di terapkan lewat kepercayaan Kristiani……..
Pemimpin Jemaat harus bisa menjadi teladan. Kalau belum bisa.. Berusahalah supaya bisa
sebagai pemuda kristen tentunya pernah merasakah hal yang sama sperti yg lainnya, kurangnya perhatian gereja dalam hal-hal yg disebutkan diatas.
tetapi saya berfikir bahwa lingkup pelayanan seorang pemimpin sangat luas dan banyak hal yg harus dipikirkan, kemudian pemimpin pun memiliki keterbatasan dan ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Benar bahwa banyak pemimpin yang hanya memperdukikan perut dibanding umat yang terpenjara dalam sungut namun sebagai pemuda apakah sikap mrlempar tanggungjawab penuh kepada pemimpin gereja adalah benar? Ketika pemimpin ada dalam kesalahan apakah kita pantas mengkritik? Bagaimana kalau kita menjadi solusi, ke gereja untuk mengambik bagian dalam pelayanan bukan ke gereja untuk menemukan solusi atas masalah kita atau sekedar mencari hiburan?
apa pendapat teman teman?
Dlm pandangan saya, krisis ini sdh di mulai dr keluarga2..kurangya pembinaan dr para ortu dr rumah, sehingga berdampak gagalnya jg para generasi muda skrng untuk mengenali diri sendiri, kehilangan jati diri, tp terlalu gampang menyimpulkan orang lain itu munafik dsb, tapi lupa untuk ngaca diri…
Semua pastinya berawal dr keluarga msng2, bagaimana para ortu memang hrs berjuang menanamkn nilai kebenaran kepada anak2 nya, dan itulah yg akan menuntun mreka kedepannya bagaimana seharusnya bersikap dlm bnyk hal termasuk mslh yg di bahas di atas…
Mencari kekurangan masing2 orang pasti akan ditemukan. karna semua masih manusia
ingat Pdt.bisa saja salah
para pelayan2 gereja bisa saja salah
Jemaatpun bisa juga salah tapi yg menjadi Tolak ukur itu FIRMAN TUHAN.😊
tak perlu heran jika banyak anak muda sekarang banyak yg jauh dari Tuhan padahal sudah jadi KRISTEN
krna sgala seswtu Tuhan Alkitab sudah mencatatnya. iblis tdk akan mungkin tinggal diam saja
bagaikan singa yg mengaum-ngaum mencari mangsa yg dpt diterkamnya.
semua kembali pada diri kita masing2😇🤗
itu akibat gereja tidak pada fungsinya sebagai TUBUH….!! tp beralih fungsi menjadi organisasi berbasis bisnis perpuluhan…
padahal sejatinya gereja itu ORGANIK karna tubuh itu ORGANIK!! semua anggota WAJIB BERFUNGSI sebagai mana anda melihat tubuh anda sendiri….
jika gereja menjadi organisasi..maka yg berfungsi hanyalah para petinggi saja…sebab semakin tinggi seseorang dlm organisasi maka semakin besar “bayaran” nya…..!! itu sebabnya para generasi muda “tinggal tggu waktu” akan menghindari organisasi ini…kecuali mereka2 yg “masih mahal” bayarannya di t4 itu…
menjadi org kristen harus paham prinsip tubuh kristus dulu baru bicara gereja….!! wong dr awal penerapannya SALAH ketika gereja menjadi organisasi bukannya organik …yah mw gimana lg??
tubuh adalah organik(cek tubuh anda)…apakah ada lebih dr 1 kepala pada tubuh anda?? kalau ada,berarti anda monster…cek organisasi gereja anda…apakah ada kepala lain(yg meninggikan diri diatas sdr/i yg lain) di situ??…kalau ada….KELUARLAH DARI SITU!!
semoga mencerahkan..
Diaken-Penatua-Pendeta harus terus memantaskan dirinya dengan Jabatan Pelayanan yang mereka terima.
Di satu sisi, kaum muda tidak boleh apatis terhadap pemimpin gereja mereka apalagi menjadikan minim keteladanan pemimpin gereja sebagai alasan untuk enggan beribadah.
Masukan, kritikan itu harus disampaikan dengan bertanggungjawab untuk perbaikan sistem pelayanan.
Jangankan yang masih muda ! Lha saya yang sebentar lagi berumur 60 tahun saja juga mengalami hal yang sama koq ! Gereja saat ini tidak sanggup menjawab banyak sektor kehidupan lagi ! Berkutat terus pada hal2 tertentu dan kurang dinamis ! Seolah kalau sudah berada di dalam gereja itu kehidupan riil ada di seberang sana tak terjamah ! Ayo semangat akan dinamika perubahan tapi dengan esensi dasar yang tetap teguh ! Amen
Entah kalian dicuci otak oleh gereja atau tidak 14 komentar sebelum saya. Namun, jika ada yang membaca komentar ini tolong berpikir lebih jauh lagi. Bagaimana caranya menumbuhkan buah jika pohonnya saja rusak dan menyerap racun dari akarnya! Jangan bodoh! Kalian menyalahkan hasil survey dan tidak berpikir lebih baik?! Anda yang berpikir anak muda salah dalam mengatakan hal tersebut sejatinya adalah orang-orang yang mengkerdilkan mereka. Karena kalian tahu apa? Tidak ada gereja yang benar-benar gereja. Zaman ini gereja hanya bisnis belaka dan kepedeluian yang semu! Bahkan pengajaran iman yang penuh kepalsuan dan biaya! Bisikan iblis telah mengisi cacing di dalam perut besar mereka dan ngengat di dalam rumah mereka yang dibangun dari uang jemaat! Kasih yang tulus hanya muslihat untuk mendapatkan dukungan moral! Setiap khotbah penuh dengan retorika yang menyesatkan! Membuat tafsiran yang membangun hasrat jemaat dan menjadikannya alat mencuci otak! Jadi, jika kalian berkata remaja tersesat tolong berkaca! Mereka hanya menyelamatkan diri dari pohon yang beracun dan ingin tumbuh subur!
apakah “saya berbuat baik” harus berdasarkan orang lain? bukankah saya berbuat baik karena saya mau berbuat baik? memang benar ada faktor yang mempengaruhi, tapi apakah menjadikan pihak lain alasan atas sebuah keputusan pribadi adalah sesuatu yang valid? bagaimana dengan boomingnya gamming di indonesia yang lebih memacu adrenalin ketimbang duduk di gereja dan mendengarkan?
Pemimpin harus membaca ini, dan sama2 kita introspeksi diri, kalau tidak generasi ini akan hilang dan hijrah ke jalan yang salah, jubu sebelah mempersiapkan generasinya dengan radikalisme dan militanisme, kita harus mepersiapkan generasi ini. Karena kalau Tuhan belum datang juga, generasi ini siap menerima tongkat estafet🙏
Orang yang bijak pasti akan selalu mendengarkan kata2 Yesus yang mengatakan,” silahkan dengarkan pengajaran ahli kitab tapi jangan lakukan apa yang mereka lakukan. Sebab mereka mengajarkan kebaikan tapi tdk melakukannya. Jika kaum muda adalah penerus Gereja mestinya, dia harus memperjuangkan agar Gereja tetap eksis, bukan malah menyalakan Gereja. Memangnya kalau menyalahkan Gereja masalah akan selesai??? Cerdaslah dalam memberi komentar. Anda kalau disuruh makan tai sapi apakah anda bersediah?? Anda bukan beriman kepada pemimpin Gereja tapi pada Yesus. Jika yang ada di kepala anda adalah pemimpin Gereja, pertanyaannya anda percaya Yesus atau pemimpin Gereja? Lagi pula pemimpin Gereja bukan penyelamatmu, dia juga butuh diselamatkan, lalu kenapa anda harus menaruh harapan yang besar pada pemimpin Gereja? Taruhlah harapanmu itu pada Yesus, hanya Yesus yang akan menyelamatkanmu.!! Ketika anda mati yang ditanya bukan pemimpin Gerejamu, tapi apa yang sudah kamu lakukan bagi Gereja. Anda tdk bisa lagi meminta tolong kepada pemimpin Gerejamu,, karena yang bisa menolong anda adalah diri anda sendiri anda sendiri. Yang anda pertanggungjawabkan nanti adalah apa yang anda perbuat, bukan apa yang pemimpin Gereja perbuat. Jadi jika anda selalu berpatokan pada pemimpin Gerejamu, maka pertanyaannya, jika mereka mengajarkan ajaran sesat apakah anda harus mengikutinya?? Orang yang beriman pasti akan selalu berpedoaman pada Yesus bukan pemimpin Gereja. Aneh saja, banyak orang muda yang menjauh dari Gereja,, malah pemimpin gereja yang dipersalahkan. Apa untungnya mempersalahkan orang lain? Jadi kalau orang muda sudah tdk lagi dekat dengan Gereja, bagi saya bukan salah Gereja tapi kesalahan ada pada dirinya sendiri. Kalau anda ke gereja hanya kalau pemimpinnya baik, terus Yesusnya anda kemanakan? Anda sebetulnya beriman pada Yesus atau pada pemimpin Gereja?? Jika anda sakit hati dengan pemimpin Gereja!! Sebaiknya jangan bawa Tuhan, kalau anda menjauhi gereja dan Tuhan hanya karna pemimpin Gerejamu, itu sama dengan anda lebih percaya pada pemimpin gerejamu daripada Tuhan. Kasian sekali hanya karna anda membenci pemimpin Gerejamu, Yesus yang menjadi korban.
Kesalahannya ada di tangan orang yang mengadakan riset ini dan yang membuat berita ini. Kenapa tidak dibalik saja??? Riset yang positif saja, apa keteladanan, kebaikan, kemajuan yang telah dilakukan oleh pemimpin2 gereja dan anak muda di indonesia dan dunia? (Notenya, catatan2 kecil kekurangan2nya/hal2 negatif yang perlu diperbaiki) kalau itu yang dilakukan maka manusia akan cenderung untuk berlomba-lomba mengikutinya karena pengen meniru yang baik dari pemimpin2 yang terkenal itu, tapi manusia sekarang cenderung menggali dan mencari celah kesalahan orang lain dan menyebar luaskannya (ini yang disebut tantangan), inilah yang berbahaya. Coba dibalik anda riset menggali dan mencari celah kebaikan2 orang lain (pemimpim gereja, anak muda) dan mempublikasikannya, belum pernah khan? Akibat nila setitik, rusak susu sebelanga.
Saya dr bani kedar ijin gelar tikar..untuk memantau…
Bicara soal teladan hai anak2 muda melihatlah kepada Tuhan Yesus saja bukan kepada manusia ( pendeta, orang tua sekalipun, figur lain) dan kasihi Yesus lebih daripada orang tua, anak, pendeta,atau figur lain sekalipun supaya tidak kecewa dan tetap bahagia.😄
Bicara soal teladan hai anak2 muda melihatlah kepada Tuhan Yesus saja bukan kepada manusia ( pendeta, orang tua sekalipun, figur lain) dan kasihi Yesus lebih daripada orang tua, anak, pendeta,atau figur lain sekalipun supaya tidak kecewa dan tetap bahagia.😄 sebab seseorang dapat mengecewakan tetapi Tuhan Yesus tidak.👍
Ada dua kata bijak suku batak-toba ” marbisuk songon ulok marroha songon darapati dan ingkon bekkuk do hail asa dapotan ” (artinya kira-kira ; cerdik seperti ular, bijaksana seperti burung merpatri, dan mata pancing harus bengkok seperti huruf U supaya ikan yang makan umpannya dapat tertangkap atau jangan terlalu jujur kalau ingin mendapat untung besar). Lalu timbul pertanyaan, bagaimana tanggapan gereja tentang sikap umat yang kira-kira setengah percaya Tuhan tapi setengah lagi ikut Iblis, dan bagai mana pandangan gereja tentang kekayaan umat yang berasal dari hasil korupsi, hasil penipuan dan sebagainya. Dan seorang teman menasehati saya agar tidak membahas hal ini, karena tidak boleh tidak “kita akan terjebak ke dalam tindakan yang akan menghakimi sesama”. Menurut saya Gereja itu suci seperti alam surgawi, jadi apapun alasannya tidak mungkin dapat bercampur dengan alam dosa (iblis). Dan kalau gereja sudah sempat melirik dosa apapun jenisnya, maka awal proses menuju alam dosa (total) sudah dimulai. Kalau kita berbicara tentang korupsi misalnya maka dengan sendirinya kita sedang berpikir tentang “menghalalkan segala cara untuk mendapatkan ke-inginan”, dan singkat cerita akan menghalalkan tindakan menjiplak hak intelektual seperti yang sedang menimpa para ilmuan (Yahudi) sekarang ini; demikian juga dengan tindakan korupsi adalah juga awal dari masuknya para penatua gereja melalui jalur kehendak manusia (orang) tertentu. Dan bila ini terlalu lama dibiarkan maka gereja akan menjadi sepi dari “pemikiran-pemikiran masa yang akan datang / masa depan ( hanya cenderung merebut kepentingan masa kini)”, dan pemikiran ini kalau tidak keliru “ternyata kurang menarik bagi kaun remaja-dan kaum muda.