Jakarta, majalahspektrum.com – KEGAGALAN kita beragama di Indonesia adalah karena pada saat kita beragama tetapi kita tidak menyebarkan kasih, membangun persaudaraan sesame manusia tanpa memandang perbedaan.
Hal itu dikatakan Ketua Harian Badan Interaksi Sosial Masyarakat (BISMA)–wadah kerukunan antar-umat beragama, Dr, John N Palinggi, MBA di kantornya, Grha Mandiri, Menteng, Jakarta Pusat, sesaat sebelum kunjungan silaturahminya ke kantor PBNU, Rabu (13/5/2020).
Menurut John, yang juga Ketua Umum DPP Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distribusi Indonesia (ARDIN) ini, kegagalan kita dalam membangun persaudaraan antar umat beragama sesungguhnya karena kita sedang memproduksi akar kepahitan hidup.
“Menebar kasih sayang kepada sesama manusia yang kalau di Islam dikatakan ‘Hablum minannas’ dan di kristen dikatakan ‘Kasihilah sesama mu Manusia,” kata Mediator resmi Negara ini.
Lagi menurut John, sering kali seseorang yang mengaku beragama tetapi tidak pernah secara kuat dan kokoh untuk menyebarkan persaudaraan, Bagaimana mendahului untuk melayani bukan minta dilayani. Melayani sesame manusia sama dengan melayani dan memuliakan Tuhan.
“Melayani sesama manusia jangan pernah mencari kemuliaan. Semua agama saya kira mengajarkan untuk lebih dahulu dating untuk melayani kepada sesame dalam hal membangun persaudaraan,” jelasnya.
Kata John, kita jangan membicarakan soal agama, peribadatan, kitab suci dan keyakinan diantara kalangan umat agama yang berbeda karena itu adalah suatu hal yang sacral dan suci dan terbaik bagi pemeluknya.
“Tidak boleh saling ganggu. Saat bicara hubungan antar manusiam bicaralah soal persaudaraan dan kasih sayang. Kalau kita sayang kepada sesama manusia, Tuhan juga akan sayang kepada kita,” tukas John.
Menurut John, bagaimanalah mungkin kita manusia bicara untuk bertemu dengan Tuhan kalau kita tidak pernah membangun persaudaraan dengan sesama manusia. “Itu pincang kehidupan kita,” ujarnya.
Lagi sambung John, tidaklah mungkin umat Islam hidup tanpa umat beragama lain, begitu pula umat Kristen dapat hidup tanpa umat lain. Semua saling membutuhkan dan berinteraksi social guna menciptakan kebaikan bersama.
John mengakui, hal yang membuat dirinya dapat survive dalam hidup di tengah umat saat ini adalah pesan mendiang ayahanda angkatnya, almarhum KH, Sahal Mahfudz (Rais Aam Syuriah PBNU sejak 1999-2014 dan Ketua Majelis Ulama Indonesia Tahun 2000 -2014).
“Itu sebabnya saya sangat menghormati para ulama, khususnya para Kiyai NU. Hubungan saya dengan PBNU terjalin hingga sekarang dengan terus memeilhara tali silaturahmi,” ungkapnya.
Baca Juga : ( Pererat Tali Persaudaraan, John Palinggi Lakukan Silaturahmi Kasih ke PBNU )
Dikisahkan John, dirinya membangun persaudaraan dengan NU sejak Muktamar NU di Lirboyo Tahun 1999. Dia bahkan pernah melatih Banser NU bersama Kapolda Jatim dan juga membangun studi enterprenuer di beberapa Universitas Islam Negeri (UIN).
“Ratusan masjid, termsuk masjid agung, pesantren dan gereja sudah saya kunjungi. Saya juga membangun hubungan dengan umat Hindu. Saat ini bahkan saya menjadi pengurus sebagi Dewan Penasehat di Matakin (Konghucu),” bebernya.
Menyebarkan persaudaraan antar sesama manusia tanpa melihat perbedaan adalah hal baik yang harus dilakukan, yang diyakini John adalah suatu hal yang juga diingankan Tuhan Yang Maha Esa. (ARP)
Be the first to comment