Jakarta, majalahspektrum.com – DARI hasil riset yang pernah dilalukannya, Saiful Muljani Research and Consulting (SMRC), adanya sikap intoleransi di masyarakat akibat adanya poltik identitas, khususnya memakai agama untuk kepentingan politik.
“Dalam riset yang pernah kami (SMRC) lakukan, dalam sosial kemasyarakatan toleransi tinggi namun dalam hal politik toleransi rendah. Misalnya soal memilih kepala daerah atau pemimpin masyarakat lebih memilih sosok yang se-agama, hal ini karena adanya politik identitas,” kata peneliti dari SMRC, Saidiman dalam acara peluncuruan hasil riset PGI-ICRS bertajuk; “Dinamika Aktivisme Digital Kaum Muda Indonesia dalam Wacana Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) di Grha Oikoumene PGI, Salemba Raya 10, Jakarta Pusat, Selasa (28/3/2023).
Baca Juga : ( Hasil Riset PGI-ICRS Tentang Respon Gen-Z Milenial Terhadap Isu KBB di Medsos )
Tingginya intoleransi di masyarakat, kata Saidiman, karena adanya intervensi politik dalam agama yang berakibat adanya polarisasi di masyarakat. “Polarisasi hal aneh bagi anak muda, menggunakan sentiment SARA tidak menarik bagi anak muda. Jadi generasi tua-lah yang mencekoki sikap intoleransi kepada generasi muda dan itu karena ada intervensi politik,” jelasnya.
“Jadi, politik identitas itu sangat berbahaya bagi masa yang akan datang, khususnya bagi Gen-Z dan milenial kita yang merupakan bonus demografi Indonesia Emas 2045. Beruntung saat ini tingkat kritis soal demokrasi terhadap pemerintah atau presiden rendah karena mereka puas terhadap kinerja Jokowi. Kritis terhadap demokrasi rendah tetapi iman demikrasi tinggi,” tambahnya.
Namun demikian, kata Saidiman, dari data yang ada menunjukan bahwa dari tahun ke tahun atau dari Pemilu ke Pemilu tingkat toleransi semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perolehan suara dari Partai Politik berbasis Islam fundamentalis.
“Pada era Orde Lama pemilih partai agama sebesar 40%-an, kini pemilih Parpol agama Islam seperti PKS dan PPP bila dijumlahkan hanya 12% saja,” tandasnya.
Senada dengan SMRC di acara itu, mentara, Handi Irawan dari Bilangan Research, dari riset yang pernah dilakukannya ditemukan bahwa dibandingkan 10 tahun lalu, tingkat toleransi masyarakat terhadap keberadaan Gereja dan Jemaat semakin tinggi.
“10 Tahun lalu sebanyak 22,3% Sangat tidak toleran terhadap gereja, 24,2% Sedikit toleran dan 55,3% Sangat toleran. Sekarang yang sangat toleran naik menjadi 62% sedangkan yang sangat tidak toleran turun menjadi 13,4%,” terang Handi Irawan yang juga adalah Ketua Umum Majelis Pendidikan Kristen (MPK).
Menurut Handi, masyarakat Indonesia dikenal sebagai orang yang tidak suka hal serius. Hal itu dapat dibuktikan dari tontonan yang disukai ditelevisi. “Rating Televisi di acara berita rendah sementara untuk sinetron dan telenovela tinggi,” katanya.
Begitupun anak muda Indonesia, mereka, kata Handi, tidak suka bicara soal hal serius dan sensitive di Medsos. Bila dirasa perlu membahasnya, misalnya soal politik bernuansa SARA, mereka akan mengajaka bertemu untuk dibincangkan.
“Ada bagusnya kebiasaan orang Indonesia yang tidak suka hal-hal serius itu. Generasi tua-lah yang mencekoki mereka sensitive soal KBB, anak muda biasa saja. Anak muda dijejali virus politik identitas oleh generasi tua,” tuturnya.
Kedepan, kata Handi, politik identitas jangan lagi ada. Generasi muda harus diajak untuk bersikap menolak politik identitas dan generasi tua berhenti memakai SARA sebagai kampanye politik.
“Masa depan Indonesia cerah, Indonesia Emas 2045 akan mewujudkan Indonesia menjadi Negara maju karena generasi mudanya yang merupakan bonus demografi (mayoritas penduduk Indonesia 2045) lebih cerdas, lebih logical,” jelasnya.
Menurut Handi, bersyukur toleransi terus meningkat, namun fenomena lain terlihat anak muda semakin menurun nilai spiritualitasnya.
“Mereka menganggap agama hanya status dalam KTP, hal ini karena pemuka agama tidak dapat menunjukan teladan baik. Mereka mengganggap pemuka agama munafik,” ungkapnya. (ARP)
Baca Juga : ( Hasil Riset, Kemunafikan Pemimpin Gereja Jadi Alasan Generasi Muda Enggan ke Gereja )
Be the first to comment