Jakarta, majalahspektrum.com – BAGIAN tubuh sebelah kanan wanita ini lumpuh akibat stroke yang dialaminya pada Tahun 2009. Namun demikian, Christie Damayanti, begitu nama lengkap wanita itu, sudah berhasil menulis 36 buku. 10 bukunya bakal terbit (launching) pada bulan Desember tahun ini.
Atas prestasinya tersebut, Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI) menganugerahinya penghargaan sebagai “Tokoh Difabel Inspiratif”. Penghargaan tersebut diberikan pada acara puncak Perayaan HUT Ke-17 PERWAMKI di Hotel Aston, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa (10/11/2020) malam.
Christie menggunakan aktifitas menulis sebagai sarana untuk terapi otak. Akibat stroke berat yang menyerangnya, ia sempat kehilangan banyak data dari otaknya, bahkan “motherboardnya” terbilang rusak parah.
Dari perjuangan yang getih, kesehatan wanita yang tadinya (saat sehat) berprofesi sebagai Arsitek ini, pulih sedikit demi sedikit melalui berbagai pengobatan, termasuk melalui terapi menulis. Melalui menulis, dia merangsang kembaliotaknya untuk aktif. Meski tidak mudah dan sangat pelan, ia akhirnya berhasil dengan gemilang. Mulai dari menulis kecil-kecilan di kompasiana, sampai akhirnya bisa menulis buku hanya dengan tangan kiri karena tangan kanannya tidak bisa digerakkan.
Setidaknya, tiga bidang yang menarik perhatiannya dalam menulis, yakni soal seputar sakit stroke, tata kota dan pendampingan terhadap anak dalam hubungannya dengan penggunaan media internet. Ketiga hal tersebut “Christie Banget”. Beberapa bukunya yang terakhir tentang Papa dan Mamanya.
Saat sehat (belum stroke), Christie adalah seorang arsitek senior di perusahaan Agung Podomoro Grup. Di perusahaan real estate ini ia dipercaya mendesain aneka bangunan dan menangani secara langsung pengerjaan sejumlah proyek. Central Park di Jakarta Barat Braga City Walk – Bandung, Senayan City Mall, The Lavande Residence-Tebet, Royal Mediteranian Garden-Tanjung Duren dan Thamrin Residence adalah beberapa dari cukup banyak hasil karyanya.
Kisahnya dimulai pada akhir tahun 2010. ia dan timnya dikejar deadline membangun sebuah mall yang harus segera dibuka pada 12 Desember tahun itu. Untuk mengejar tenggat waktu tersebut Christie dan kawan-kawan bekerja mati-matian. Dua minggu terakhir Christie hanya tidur 1-2 jam sehari. Bahkan tidak pulang ke rumah dan tidak tidur sama sekali. Ia benar-benar bekerja dalam tekanan yang sangat tinggi (underpressure). Meski begitu, Christie menikmati pekerjaannya. Kesibukan bekerja semacam ini membuat Christie mengabaikan kesehatannya.
Sebagai seorang penderita tekanan darah tinggi dia memiliki ketergantungan pada obat, namun seringkali ia lupa minum obat. Yang ia lakukan justru mengonsumsi sejumlah makanan yang mestinya pantang dikonsumsi oleh seorang penderita darah tinggi.
Proyek yang ia garap selesai tepat waktu dengan kualitas yang diharapkan. Dia bangga dan puas. Pada grand opening beberapa stasiun televisi meliput. Setelah itu ia ingin menikmati hasil kerjanya dengan berlibur menemui seorang adik berikut keluarganya yang berdomisili di Dallas, Amerika Serikat.
Christie berencana berlibur selama enam sampai tujuh minggu di USA. Di minggu kelima, tepatnya pada 8 Januari 2009 di sebuah hotel di Fransisco, sekitar pukul 3 pagi, Christie terjaga untuk buang air kecil. Ia bangun dan duduk di tempat tidurnya kemudian menjulurkan kakinya untuk menapaki lantai. Tiba-tiba badannya tidak seimbang, oleng dan jatuh. Ia mencoba duduk di lantai lalu mencoba berdiri kembali. Ternyata, tubuh bagian kanannya tidak bisa digerakkan lagi. Sejak saat itu, ia menjadi penyandang Difabel.
Christie mencoba berteriak meminta pertolongan, namun suaranya tak keluar. Hanya suara aneh seperti suara alien yang keluar dari mulutnya. Itu pun sangat pelan. Beruntung teriakannya terdengar oleh mamanya yang sekamar dengannya.
Christie terserang stroke berat! Pemeriksaan dokter di sebuah rumah sakit terdekat menunjukkan pembuluh darah otak kirinya pecah. Akibatnya 20% otak kirinya terendam darah. Bagian otak nomer 3, 5 dan 7 yang terserang sehingga menyebabkan keseimbangannya (vestibuler) hilang, badannya lumpuh sebelah, motorik dan kemampuan bicaranya hilang.
Sepulang dari Amerika, Christie melakukan berbagai perawatan dan terapi. Enam bulan setelah terserang stroke ia mulai bekerja kembali. Dengan kondisi fisik yang belum sempurna, jalan masih terseok-seok dan tangan kanannya sama sekali belum bisa digerakkan, pimpinannya menerima dia untuk bekerja kembali, meski belum bisa full time. Penerimaan sang bos menambah semangat hidup Christie. Karena itu ia sangat salut dan hormat pada sang bos.
Ketika belum terserang stroke, dalam menjalankan pekerjaannya, ia berlaku secara profesional dan sangat tekun. Aneka keterbatasan dirinya pun ia lewati. Kerapkali, meski kesehatannya tidak memadai ia tetap bekerja. Ia abai dengan kenyataan dirinya sebagai seorang penderita hipertensi.
Kerapkali ia tak ubahnya lelaki, dengan topi proyek di kepala, ia masuk ke lokasi proyek dan ikut naik ke ketinggian gedung. Suatu saat, pada tahun 2006 kaki kirinya patah pada dua titik ketika saat terjatuh pada pertemuan dengan beberapa mitra kerja dalam kegiatan mendesain sebuah apartemen di bilangan Pancoran.
Aktifitas menulis yang menghasilkan 36 buah buku tersebut dia lakukan di sela-sela pekerjaannya sebagai seorang arsitek. Sampai saat ini dengan segala keterbatasannya, ia tetap bekerja di Agung Podomoro Grup APL Tower Lt. 45. (ARP/DBS)
Be the first to comment