
Jakarta, majalahspektrum.com – BONUS demografi Indonesia bias menjadi kekuatan dalam mewujudkan Indonesia emas namun juga bias menjadi persoalan bahkan bencana. Pasalnya, Sumber Daya Manusia (SDM) yang seperti apa yang dipunyai dari bonus demografi tersebut?.
Untuk menjawab itu, Perkumpulan Cendikiawan Protestan Indonesia (PCPI) dalam persekutuan doanya menggelar Seminar Ilmiah menghadirkan pembicara tunggal, Letjend (Purn) T.B Silalahi di gedung LAI, Salemba, Jakarta, minggu lalu.
Ketua Panitia yang juga Sekjend PCPI, Hotben Lingga mengatakan, salah satu peran serta PCPI dalam membangun SDM bonus demografi adalah dengan membangun sebuah universitas berkelas internasional dengan mengedepankan etika dan karakter yang baik.
“Cita-cita kita (PCPI) membangun Universitas Protestan. Kita berkaca dari beberapa Negara seperti China dan Singapura yang kini menjadi salah satu Negara maju yang sejahtera karena ada peran misionaris protestan dalam bidang pendidikan di situ,” katanya.
Sementara, Ketua PCPI, Pdt, Dr, Jerry Rumahlatu mengatakan bahwa pembangunan SDM yang baik sangat penting sebagai modal dasar pembangunan bangsa menuju Negara sejahtera.
“Percuma pintar kalau punya karakter buruk karena kepintarannya malah bias menjadi persoalan, mendatangkan petaka. Selain itu, nilai-nilai nasionalisme perlu diperkuat sebagai wujud persatuan dan kesatuan bangsa agar tercapai mimpi mewujudkan Indonesia emas 2045,” tuturnya.
Dalam paparannya, T.B Silalahi memberikan contoh beberapa Negara di dunia yang sukses dalam membangun negaranya karena memiliki budaya dan karakter yang baik., salah satunya adalah Israel.
“Kita bedakan dahulu Israel sebagai Negara dan sebagai suku. Kita bias bilang Israel itu sombong tetapi mereka memberikan bukti klaim bahwa mereka merupakan solusi dunia. Dari seluruh hadiah nobel, 193 diraih oleh orang Israel,” katanya.
Dikenal memiliki IQ tinggi, Israel, kata TB Silalahi, saat ini menguasai teknologi, ekonomi dan politik dunia. Hal itu dibuktikan dengan pengaruhnya di dunia dan banyaknya perusahaan besar internasional yang pemiliknya orang Israel.
“Masyarakan dunia juga bergantung dengan teknologi milik Israel seperti Microsoft, Facebook, teknologi pertanian, perbankan, Kedokteran dan lain-lain,” jelasnya.
Selain Israel, karakter masyarakat Negara lain yang bisa dicontoh Indonesia, menurut TB ialah; China, Jepang dan Korea Selatan.
“China membangun negaranya dengan diawali dengan rasa nasionalisme dan Pendidikan. Jepang ada budaya malu, Korea generasi mudanya dibiasakan disiplin, aktif dalam pengembangan potensi diri. Semua Negara tersebut dikenal sebagai pekerja keras,” bebernya.
Guna mewujudkan mimpi Indonesia emas 2045 dengan bonus demografinya, kata TB, harus membangun rasa nasionalisme dengan kesamaan visi rakyatnya, lalu pembangunan SDM berkualitas.
“Indonesia ini Negara kaya Sumber Daya Alam. Apa saja ada di Indonesia. Namun jika ada warganya yang tidak toleran, marak anarkisme, radikalisme dan terorisme, kita Cuma disibukan oleh itu, kapan memikirkan pembangunan SDM dan perekonomian?. Sumber radikalisme adalah juga karena kemiskinan,” terangnya.
Pesatuan dan kesatuan rakyat Indonesia adalah modal utama untuk pembangunan. Tanpa itu, kata TB, ilmu pendidikan yang tinggi (SDM) akan percuma karena ketiadaan nasionalisme bisa menjadi petaka proses pembangunan bangsa.
“Seluruh Negara maju saat ini sukses karena memiliki nasiolisme kuat. Setelah itu pembangunan kualitas SDM tentang pembentukan karakter lalu ilmu pengetahuan,” tutupnya. (ARP)
Be the first to comment