Sipaholon, Taput, majalahsoektrun.com – KETUA I Panitia Sinode Godang (SG) HKBP yang juga Calon Kepala Departemen (Kadep) Diakonia, Pdt, Dr. Enig Sonatha Aritonang mengatakan Sinode Godang ke-67 HKBP mengusung agenda besar, termasuk laporan pelayanan Pimpinan HKBP periode 2020-2024, perumusan Rencana Strategis HKBP, transformasi kelembagaan, penguatan sentralisasi keuangan, dan penetapan perangkat pelayanan. Hal ini merupakan Agenda Transformasi HKBP.
“Sinode Godang ke-67 HKBP tidak hanya menjadi ajang evaluasi dan pembaruan, tetapi juga wadah memperkokoh peran gereja dalam menghadapi tantangan global. Dengan semangat kebersamaan, diharapkan HKBP dapat terus menjadi berkat bagi gereja dan masyarakat luas,” kata Pdt Enig Aritonang saat ditemui di arena SG HKBP, Selasa (3/12/2014).
Kata dia, Puncak SG HKBP akan memilih fungsionaris HKBP periode 2024-2028 yang merupakan momen yang dinanti.
“Posisi penting seperti Ephorus, Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen Koinonia, Marturia, Diakonia, serta Praeses akan ditentukan melalui proses demokratis yang melibatkan seluruh peserta Sinode,” terang Pdt, Enig Aritonang.
Dengan latar belakang pelayanan dan pendidikan yang mumpuni, Pdt. Enig Aritonang akan mampu membawa perubahan besar dalam pelayanan diakonia, menjadikannya lebih inklusif dan relevan bagi tantangan zaman.
Lahir di Duri, 16 Agustus 1974, Pdt. Enig Aritonang memulai perjalanan akademiknya di STT HKBP Pematangsiantar dan melanjutkan hingga meraih gelar doktor di Silliman University, Filipina. Memiliki pengalaman lebih dari dua dekade di berbagai peran strategis, mulai dari Kabid Diakonia di Distrik VIII Riau hingga Kepala Biro Pembinaan. Ia juga dikenal karena inovasinya dalam mengembangkan program-program kreatif seperti Kampung Inggris HKBP dan Pusat Pelatihan Teknik Pertukangan, yang memberdayakan jemaat secara ekonomi dan sosial.
Dalam visi misinya, Pdt. Enig mengusung konsep Diakonia Transformasi Oikumenis. Ia menyoroti perubahan lanskap diakonia akibat globalisasi dan munculnya wajah baru kemiskinan.
Menurutnya, pelayanan diakonia tidak hanya berbicara soal bantuan material, tetapi juga perjuangan keadilan sosial, ekonomi, dan ekologi.
“Gereja harus hadir di tengah masyarakat lintas agama, suku, dan kelompok untuk membawa kesejahteraan dan kasih Allah. Hal ini selaras dengan dasar panggilan diakonianya, yang mengacu pada Lukas 4:18-19, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin…” tuturnya.
Pdt, Enig memiliki Motto pelayanan “Kesatuan Hati Membuka Jalan Berkat Bagi Jemaat,” yang menggambarkan komitmennya dalam mempersatukan jemaat demi menghadirkan berkat yang nyata. Ia percaya, pelayanan diakonia harus dilaksanakan dengan semangat kasih, solidaritas, dan inklusivitas.
Mengusung konsep Diakonia Transformasi Oikumenis, Pdt. Enig menekankan bahwa pelayanan gereja tidak sekadar bantuan material, tetapi juga perjuangan untuk keadilan sosial, ekonomi, dan ekologi. Beberapa prioritasnya meliputi: Pusat Diakonia Distrik untuk pemberdayaan ekonomi jemaat, Edu-Pangan yang mempromosikan ketahanan pangan berkelanjutan, Eko Diakonia untuk pelestarian lingkungan, Advokasi bagi Kelompok Rentan, termasuk buruh dan difabel.
Berbekal pengalaman dan visinya, Pdt. Enig siap memimpin Departemen Diakonia HKBP menuju transformasi besar yang akan memperkuat dampak pelayanan gereja di tengah masyarakat.
Dari pendapat sebagian anggota SG yang ditemui, Pdt, Enig Aritonang dipandang sebagai sosok yang mampu membawa Departemen Diakonia HKBP ke arah yang lebih relevan dan responsif terhadap tantangan zaman. (ARP)
Be the first to comment