John Palinggi Ingin HUT Ke-80 RI Bukan Sekedar Seremoni dan Eforia

Jakarta, majalahspektrum.com – PENGAMAT Politik, Sosial Kemasyarakatan, yang juga Ketua Harian Badan Interaksi Sosial Masyarakat Wadah Kerukunan Umat Beragama (BISMA) Dr, John N Palinggi, MM, M.BA mengatakan, merayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) bukan sekedar seremoni dan eforia belaka tetapi harus dimaknai.

“Ingat jasa pahlawan, para pejuang kemerdekaan yang telah gugur, perhatikan keluarga yang ditinggalkan jangan sampai kelaparan,” kata John Palinggi saat ditemui di kantornya, Grha Mandiri, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.

Memperingati hari kemerdekaan RI setiap tahunnya, lanjut John Palinggi, bukan sekedar ziarah ke makam Pahlawan Kalibata tetapi juga harus membetikan penghormatan kepada mereka yang masih hidup yang berkontribusi di bangsa ini.

“Seperti yang dilakukan Presiden Prabowo saat upacara gelar pasukan operasi dan kehormatan militer pada 10 Agustus 2025 kemarin di Batujajar, Bandung. beliau memberikan penghargaan kepada 14 purnawirawan TNI sebelum HUT Kemerdekaan. saya juga menyesalkan ada orang yang bukan pejuang kemerdekaan dimakamkan di TMP Kalibata,” tutur John Palinggi.

Di HUT Kemerdekaan RI Ke-80 ini, John Palinggi mengajak setiap warga negara Indonesia melakukan perenungan dan introspeksi diri.

“Merenungkan tentang apa yang sudah kita perbuat bagi bangsa ini, instrospeksi diri untuk semakin baik guna mendukung Indonesia maju, aman dan sejahtera jangan bikin ulah yang meresahkan masyarakat,” imbau pengusaha yang kerap diundang hadiri upacara Kemerdekaan sejak 1985 ini.

Di keadaan sekarang ini, Ketua Assosiasi Mediator Indonesia ini merasa miris dengan Orang-orang yang kerap mengumbar kebencian, fitnah, caci maki, memecahbelah masyarakat dan kritik menyalahkan pemerintah, padahal tidak ada kontribusi pada bangsa dan negara.

“Teriak Reformasi padahal dia sendiri repot nasi. Berstatus PNS makan uang negara tetapi kerap menyerang pemerintah,” ketus John Palinggi.

Menurut pengusaha yang pernah menjadi tenaga ahli pengajar Lemhanas ini, Logo HUT Kemerdekaan RI ke-80 tahun 2025, memiliki makna mendalam tentang persatuan dan kesatuan dalam membangun bangsa menuju masyarakat sejahtera.

“Merepresentasikan semangat kemerdekaan, persatuan, dan tujuan Indonesia maju. angka 80 yang saling terhubung tidak terputus memiliki makna persatuan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia,” terangnya

Meski saat ini Indonesia belum bebas dari intoleransi dan Korupsi, kata John Palinggi, hal itu tetap harus terus diperjuangkan dengan cara membangun kesadaran masyarakat dan aparat hukum.

“Saya masih percaya terhadap komotmen Presiden Prabowo dalam memberantas korupsi. Memberantas korupsi itu tidak seperti makan cabai langsung terasa pedasnya. Soal intoleransi harus membangun kesadaran masyarakat pentingnya persatuan dan kesatuan dengan menghormati hak orang lain,” tutur John Palinggi.

John Palinggi mengusulkan agar hukuman penjara bagi koruptor diubah menjadi tuntutan penjara minimal bukan maksimal, serta dilihat dari jumlah besaran yang dikorupsi.

“Misalnya, untuk korupsi 10 miliar ke bawah dituntut minimal 10 tahun penjara, 10 – 50 miliar minimal 20 tahun penjara, 50-100 miliar rupiah minimal 30 tahun penjara dan di atas 100 miliar penjara seumur hidup, Kalau mau memberantas korupsi ya harus dirubah Undang-undangnya,” ujar John Palinggi.

Tentang adanya ancaman disintegrasi bangsa, menurut John Palinggi. di situlah dibutuhkannya persatuan dan kesatuan masyarakat.

“Jangan gampang terprovokasi, jangan bikin gaduh,” imbau John Palinggi.

Kemudian, terkait adanya pengibaran bendera “One Piece” selain merah putih, menurut John Palinggi hal itu tidak masalah, dapat dilihat sebagai kreatifitas anak muda.

“Yang penting tidak berbuat gaduh. provokatif dan melecehkan lambang negara. masih lebih baiklah bendera ‘Bajak Laut’ daripada ‘Bajak Anggaran’ ,” tandasnya. (ARP)

 

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan