Fenomena Maraknya Orang Arab Menjadi Kristen di Eropa, Apa Sebab?

Jakarta, majalahspektrum.com – MARAKNYA Pengungsi atau pencari suaka dari Timur Tengah (Timteng) yang murtad (pindah agama dari Islam ke Kristen) menjadi sorotan publik dunia. Tak pernah ada yang benar-benar tahu apakah salah satunya melatarbelakangi keputusan mereka untuk meninggalkan Islam dan memeluk agama Kristen. Namun, yang pasti, jumlah mereka kian meningkat.

Ada yang berasumsi murtadnya para pengungsi atau pencari suaka dari Timteng tersebut karena jiwa mereka terancam apabila tetap tinggal di negaranya dengan menjadi murtad. Ada pula yang berpendapat bahwa para pengungsi memilih murtad agar diterima di Negara penampung mereka yang berpenduduk mayoritas Kristen.

Seperti dikutip dari BBC yang mencontohkan, salah satu gereja di Belanda separuh jemaatnya berasal dari pusat penampungan pengungsi sekitar yang sebelumnya adalah muslim. Pastor gereja tersebut mengaku membaptis lebih dari 25 warga Iran setiap tahunnya.

Di negara asal mereka, berpindah agama dari Islam ke Kristen bisa berbuah hukuman mati. Bahkan, sejumlah gereja di Eropa melakukan pembaptisan massal karena banyaknya pengungsi yang memilih masuk Kristen.

Tidak ada angka pasti, tapi seperti dikutip dari The Guardian, ada gereja di Berlin yang tadinya hanya memiliki 150 jemaat, dalam dua tahun jumlahnya meroket menjadi hampir 700. Dalam laporan The Guardian juga disebutkan bahwa sebuah gereja Katolik di Australia sempat menerima pendaftaran dari 300 orang yang ingin dibaptis pada 2016.

Pihak gereja memperkirakan 70 persen di antaranya adalah pengungsi. Kemudian, Katedral Anglikan di Liverpool, Inggris, bisa menyelanggarakan misa dengan dihadiri 100 hingga 140 orang yang hampir seluruhnya adalah pengungsi dari Iran, Afghanistan dan wilayah lain di Asia Tengah.

Salah satu pengungsi Irak sempat mengaku kepada media Jerman bahwa ia merasa sangat senang setelah memeluk agama Kristen. Pihak gereja juga terbilang terbuka dalam menerima mereka, meski cukup kerepotan karena harus mengajari begitu banyak jemaat baru tentang agama Kristen.

Ada beberapa pengungsi yang kemudian memilih Kristen karena selama perjalanan dari negara asal yang sangat menakutkan, banyak bantuan ditawarkan oleh sejumlah organisasi Kristen. Ini membuat mereka ingin belajar tentang agama tersebut.

Setiap hari sangat menantang dan indah. Menantang karena saya tidak tahu apakah mereka akan mendeportasi saya. “Indah karena saya ada dalam lindungan Tuhan. Saya berjanji kepadaNya: jika Kau membebaskan saya, saya akan melayani Engkau,” ujar seorang pengungsi Iran yang kini menjadi pendeta.

Namun, ada juga yang curiga motif mereka sebenarnya bukan perkara iman, melainkan kemudahan mendapatkan status pengungsi. Ini juga yang diungkapkan oleh pastor yang ditemui BBC. Ia mengaku tak jarang menemui orang-orang yang ingin dibaptis agar tidak diusir dari Belanda.

Jika seseorang masuk ke gereja dan sejak hari pertama bertanya ‘kapan saya akan dibaptis?’, maka saya cukup tahu. Saya tahu ia memiliki permintaan [untuk diberi status pengungsi] dan ia ingin dibaptis, jadi saya akan berkata padanya ini [pembaptisan] tidak akan membantu,” kata pastor tersebut.

Pihak yang bertanggungjawab untuk memproses status para pencari suaka juga berusaha memastikan apa motif mereka. “Awalnya, sebagian besar pertanyaan kami fokus pada

pengetahuan praktis tentang Alkitab. Kini, kami lebih fokus pada proses yang dilalui dan pengalaman personal mereka”, katanya. (ARP/DBS)

1 Comment

Tinggalkan Balasan