Jakarta, majalahspektrum.com – DALAM raut wajah yang berseri dan sukacita, advokat senior, Jhon SE Panggabean SH.,MH bercerita tentang pengalaman hidupnya yang jatuh-bangun dalam kuasa kegelapan dan dosa hingga akhirnya total hidup mengandalkan Tuhan dan berkomitmen bertobat penuh.
Di temui di kantornya, Jl. Raya Klp. Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Jhon yang baru saja pulih dari sakit unik bertahun-tahun, menyatakan bahwa dirinya telah menerima teguran dari Tuhan karena kembali ke kebiasaan buruknya dan melupakan Tuhan di tengah hidup berkecukupan materi.
“Tuhan sangat baik. Dia masih memberikan kesempatan kepada saya untuk bertobat. Saya telah mengabaikan Tuhan karena merasa sudah mapan dan bahagia. Sekarang saya tidak mau kembali lagi, saya berkomitmen untuk hidup kembali hidup melayanai dan mengandalkan-Nya,” kata Jhon, minggu lalu kepada majalahspektrum.com.
Dikisahkan Jhon, sejak SMP dirinya sudah hidup dalam okultisme (kuasa kegelapan) yaitu memegang jimat dan hanyut dalam kehidupan malam; begadang dan minum-minuman keras, sehingga harus berpindah sekolah dari Tarutung ke Barus sampai ke Medan.
“Awalnya jimat yang saya pegang dari om saya katanya untuk menjaga diri sebagai pertahanan sewaktu saya pindah ke kota Barus.Saya tidak hanya memakai 1 (satu) dukun bahkan berganti-ganti,” terang ayah 3 anak dan suami dari Hartaty Tiurma Pakpahan ini.
Setamat SMA tahun 1983, Jhon mengikuti test ke perguruan tinggi negeri di Universitas Sumatera Utara (USU) pilihan musikologi dan hokum dan tidak lulus karena tidak belajar. Akhirnya, oleh kakaknya di Jakarta diminta dating untuk kuliah di Universitas Kristen Indonesia Fakultas Hukum, dinyatakan lulus pada gelombang kedua.
Usai lulus kuliah tepat waktu, Jhon bekerja dan gampang dapat uang. Namun Jhon menghambur-hamburkan uangnya, larut dalam kehidupan malam dan masih memegang jimat.
“Tetapi suatu ketika saya merasakan kok hidup saya hampa sementara adik saya yang tinggal dengan saya selalu bersukacita, kalau saya pulang dari café/bar jam 5 pagi dia mau berangkat ke gereja dan saya omelin “mau kemana sih pagi-pagi?” dia berkata ke gereja bang dan dia selalu ceria,” tuturnya.
Suatu ketika, seorang pendeta datang ke rumah Jhon mencari adiknya. Karena adiknya sedang tidak ada di rumah, pendeta tersebut meminta untuk bisa masuk sebentar ke rumah.
“Saat itu saya persilahkan. Kemudian dia menyatakan ke saya; kalau Pak Panggabean mau bahagia buanglah jimat yang dipegang amang (“Bapak”)”. Saat itu, saya hanya diam saja kemudian dia pamit untuk pulang,” tuturnya.
Usai peristiwa tersebut, Jhon mulai bertanya dalam hati mengapa hidupnya hampa padahal uang ada. Jhon mulai untuk tidak lagi mabok-mabokan dan meninggalkan kehidupan malam. Ia ingin seperti adik Juni yang selalu ceria dan sukacita.
“Suatu ketika waktu pulang dari bar jam 1 pagi saya menyatakan dalam hati kalau memang Tuhan ada, tolonglah saya ingin seperti adik saya. saya mau ke gereja dan berikanlah saya jodoh. Jam 4.30 saya terbangun dan saya berangkat ke gerejanya Pdt. Jusuf Roni) yang saat itu ada di UKI. Selama di gereja saya merasakan satu sisi ada sukacita dan di sisi lain ada penolakan karena ilmu yang saya pegang tersebut,” kata Jhon.
Pulang gereja, Jhon bertemu dengan seorang perempuan yang kemudian menjadi istrinya. Namun, saat itu hidup Jhon masih tetap merasa hampa dan selalu teringat kepada perkataan Pendeta yang menyuruh untuk membuang ilmunya. Setelah jimat dibakar Jhon merasa lega. Namun hari berikutnya, perasaan Jhon justru terasa aneh karena tiba-tiba bisa lemas dan seperti mau terjatuh.
“Memang setelah ilmu saya buang saya belum sepenuhnya hidup didalam Tuhan, sehingga kuasa kegelapan justru menghantam saya sampai bertahun-tahun sakit (5 tahun) dan hampir semua rumah sakit di Jakarta sudah saya jalani. Bahkan saat itu, saya berpikir jangan-jangan di otak saya ada yang tidak benar (penyakit) sehingga saya scanning otak di RS Pondok Indah yang hasilnya ternyata tidak ditemukan adanya penyakit,” jelasnya.
Setelah menikah di Medan dan kembali ke Jakarta, dalam tiga bulan Jhon sering mengalami badan lemas tiba-tiba. Kakinya selalu dingin dan muka pucat membuat ia berbulan-bulan tidak masuk kantor. “Saya rasakan sebelum perasaan lemas, ada sesuatu yang mendatangi saya dan membuat saya sama sekali tidak ada tenaga dan seperti mau copot hidup saya,” ujarnya.
Meski sudah bosan ke rumah sakit, Jhon memutuskan untuk memeriksa secara detail keadaan tubuh dan jiwanya ke rumah sakit. Ditangani oleh lebih 5 dokter ahli, terakhir neurology dan psikiater, ternyata semua dokter menyatakan bahwa tidak ada penyakit dalam tubuhnya. “Bahkan dokter neurology mengatakan kalau tidak sakit jangan kerumah sakit,” pungkasnya.
Daalam kebingungan karena badan merasa sakit namun tidak didapati adanya penyakit, Jhon bersepakat dengan isteri untuk selalu berdoa kepada Tuhan Yesus karena merasa itulah yang bisa memberi kekuatan dan menghilangkan perasaan-perasaan lemas yang kerap dialaminya.
Saat istrinyaya sedang hamil 4 bula, isterinya terjatuh dan seharian tidak bisa bergerak. Saat diperiksa, dokter di Rumah Sakit, dinyatakan bahwa ari-ari dalam kandungan istrinya sudah mau putus dan harus dirawat inap. “Saat itu saya katakan dalam hati saya; ‘Tuhan kok sampai seperti ini, saya sudah menderita beberapa tahun sakit dan sekarang istri dan anak saya di kandungan menderita juga,” tuturnya.
Esoknya, Jhon menjumpai pendeta yang telah membakar jimatnya. Namun, sang pendeta sedang tidak berada di rumah, yang ada istri dari pendeta yang juga ternyata seorang pendeta. Sang isteri pendeta kemudian melayani dan mendoakan Jhon.
“Setelah saya kasih tau keadaan saya, ia membacakan Markus 16:16-17 “Siapa yang percaya dan di baptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusirsetan-setan demi Nama-Ku,…” Saat itu ibu pendeta tersebut mengatakan kepada saya untuk percaya saja dan justru sayalah yang akan mengusir setan,” ungkapnya.
Jhon pun mengimani Firman Tuhan dari isteri pendeta tersebut dan bertekad hidup baru.
“Setelah saya kembali kerumah sakit, saya mengajak istri saya berdoa dan baca alkitab tiba-tiba istri saya seperti mengaum, berteriak dan secara spontan saya katakan “siapa kau?”. Mertua saya datang bersama pendeta. Saat itu Pendeta menyuruh saya untuk bertobat dan mengusir kuasa kegelapan yang ada pada istriku,” kisahnya.
Stelah didoakan cukup lama, istri Jhon tersadar. Karena hari itu adalah hari minggu, setelah mertua dan pendeta pulang, Jhon pergi ke gereja. Malangnya, sepulang dari gereja ke Rumah Sakit, Jhon mendapati sang isteri kesurupan lagi.
“Saat itu saya pergi ke ibu pendeta yang pernah mendoakan saya dan besoknya pendeta tersebut dan timnya datang ke rumah sakit untuk berdoa, pada saat lagu pujian dinyanyikan, istri saya berteriak-teriak kemudian keluar kalimat dari istri saya menyatakan “Jhon, kumatikan kau besok”, Pendeta menjawab dia sudah anak Tuhan dan tidak akan mati. Dalam hati saya berkata berarti selama ini kuasa kegelapan/roh jahatlah menganggu dan yang membuat saya sakit. Sejak itu saya nyatakan sebagai anak Tuhan dan mengusir sendiri roh yang merasuki isteri saya,” beber Jhon.
Saat tengah berdoa, Jhon didatangi rombongan saudara seperguruannya yang ingin menyampaikan pesan dari Ompung (dukunnya) agar Jhon kembali kepadanya agar Jhon dan istrinya tidak sakit-sakitan lagi karena memang tidak ada penyakit dalam tubuh mereka. Seorang dari mereka bahkan datang langsung mengurut dan memijat perut istrinya, Jhon lantas marah dan mengancam akan menuntut mereka secara hukum jika terjadi hal buruk terhadap janin istrinya.
“Hanya diminta kembali untuk mengikuti OmpungGuru saja maka seluruh sakit-penyakit akan hilang. Namun saya tolak, saya berkeyakinan apapun yang terjadi saya akan tetap taat kepada Tuhan Yesus,” tegasnya saat itu.
Usai peristiwa tersebut, Jhon mendatangi gereja bertemu pendeta. Dalam keadaan sangat penat, ia menangis dan berseru “Tuhan, tolong saya” hingga ketiduran di gereja.
“Keesokan paginya saya terbangun nangis minta tolong kepada Tuhan. Pendeta menyatakan tidak usah takut, istri saya akan sembuh dan anak dalam kandungan akan selamat serta teruslah berdoa. Kembali ke rumah sakit, saya peluk isteri saya dan kami berdoa terus. Setelah berjam-jam berdoa dan menyanyikan lagu-lagu pujian tiba-tiba istri saya merasakan ada yang loncat dari perutnya suatu hal yang hitam dirasakan keluar dan dalam pandangannya ada sesuatu yang mengintip untuk masuk lagi, tetapi istri saya mengusirnya didalam Nama Tuhan Yesus dan saat itu istri saya mengalami kesembuhan,” jelasnya.
Mujizat terjadi, 4 bulan kemudian anaknya lahir normal tanpa cacat sedikit pun. Dokter kandungan yang menangani isteri Jhon pun terkaget karena ari-ari dalam kandungan sang istri tidak putus bahkan lahir normal.
“Dokternya mengatakan ini sungguh luar biasa. Puji Tuhan anak saya itu saat ini sudah jadi hamba Tuhan (Pendeta),” kata Jhon.
Sekitar 6 bulan kemudian (1995), Jhon membuka Kantor Advokat sendiri dan berkeinginan ingin membantu orang tidak mampu. Jhon melayani dalam persekutuan di Yayasan Persekutuan Injil Advokat Indonesia.
“Saya selalu bersaksi tentang kebaikan Tuhan dimana-mana termasuk pelayanan di penjara dan saya menikmati hidup bahagia, sekalipun secara ekonomi habis-habisan dan yang tadinya naik mobil menjadi jalan kaki, tetapi saya setiap hari bersukacita,” akunya.
Mukjizat kembali dialami Jhon, anak ketiganya mengalami gangguan pendengaran. di RS.Cipto dokter menyimpulkan bahwa gendang telinga anak ketiganya, Gracia Panggabean sudah rusak tidak bisa mendengar dan kalaupun bisa harus dibantu dengan memakai alat pendengar.
“Mendengar keterangan dokter tersebut, saya dan istri sepakat untuk selalu mendoakan anak kami dan kami menemui Pendeta Silalahi yang pernah berkhotbah tentang mujizat kesembuhan, kami jumpai pendeta tersebut dan kami disuruh agar tetap yakin dan percaya bahwa telinga anak kami akan normal dan ternyata benar, mujizat terjadi, putrid saya sembuh total hingga kini,” tuturnya.
Dalam Kemapanan Kembali Ke Kehidupan Lama
Kebaikan Tuhan terus Jhon rasakan. Hingga pernah sutau hari seseorang memberikan modal miliaran rupiah kepadanya untuk membuat majalah hukum.
“Saat itu saya selalu mengandalkan Tuhan bukan mengandalkan manusia atau kekuatan saya. Kemudian setelah mulai berkembang dari segi profesi dan keadaan ekonomi semakin membaik, yang tadinya saya melayani di penjara dan dimana-mana selalu bersaksi, mulai saya sibuk berorganisasi, sibuk dalam pekerjaan dan mulai lupa untuk melayani dan bahkan meninggalkan pelayanan,” kisahnya lagi.
Dalam kemapanan, Jhon mulai terbuai. Dia mulai kembali ke kehidupannya dahulu dan mulai melupakan Tuhan. “Saya sering begadang termasuk menjadi produser merekam-rekam lagu-lagu sekuler serta menghamburkan uang sementara pelayanan juga sudah tidak lagi,” akunya.
Ternyata Tuhan yang mengasihi kita tidak suka anak-anaknya lari dari Dia. Beberapa lama kemudian mulai perasaan hampa datang lagi menghampiri Jhon. Jhon mulai mengalami sakit. Awalnya sakit asam urat, bengkak susah berjalan dan ke rumah sakit di opname.
Bolak-balik rumah sakit hingga dirujuk kerumah sakit lain yang ada professor ahli di bidang asam urat. Jhon diberikan obat yang cocok (tidak alergi) namun ternyata membuat lambungnya terkikis dan muntah-muntah selama berbulan-bulan.
“Pendek cerita saya 10 kali masuk rumah sakit dan berat badan saya turun sampai 29kg hingga berat badan saya hanya tinggal 47 kg. Keadaan saya semakin parah sampai saya tidak bisa berjalan terbaring di tempat tidur meriang terus menerus, hasil lab menyatakan tulang di tubuh saya juga keropos tidak bisa jalan atau berdiri harus pakai kursi roda, mata saya kabur tidak bisa melihat dalam jarak 10 meter dan saya juga disebut mengidap penyakit gejala lupus,” ungkapnya.
Jhon merasa sangat menderita sekali. Keluar-masuk rumah sakit sampai ke RS.Pantai Hospital, Malaysia. “Saat itu dalam hati dan pikiran saya selalu ada suara yang mengatakan bahwa saya akan mati dan masuk neraka karena pengampunan sudah tidak ada bagi saya,” ujarnya.
Jhon tersadar dan berseru minta ampun kepada Tuhan dan memohon agar Tuhan jangan mengambil nyawanya. “Kalau Tuhan berkenan panjangkanlah umur saya dan beri kesempatan kepada saya lagi untuk berubah. Ternyata perasaan mau mati dan masuk neraka adalah tuduhan iblis kepada saya saat itu karena saya memberikan celah dimana kuasa kegelapan sudah dibuang dari saya dan saya sudah pernah disembuhkan tetapi saya tidak setia di dalam Tuhan,” akunya.
Penyakit Jhon timbul tenggelam alias kambuhan. Merasa sudah capek berobat dan makan obat, akhirnya Jhon memutuskan, menyampaikan kepada istrinya terus berdoa dan berserah kepada Tuhan saja, tidak usah lagi makan obat.
Mukjizat Tuhan ternyata masih dinikmati Jhon, ia kini telah sembuh total dan beraktivitas kembali. Jhon mulai merintis kembali pekerjaannya sebagai pengacara, memulai kehidupannnya kembali ke nol. Jhon merasa sakit berkepanjangan yang dialaminya tersebut merupakan peringatan Tuhan kepadanya.
“Saya sungguh berterimakasih kepada Tuhan yang sangat baik karena melalui peristiwa yang panjang ini saya memahami bahwa apapun yang saya alami beberapa waktu lalu kurang lebih 2 (dua) tahun sakit dibaliknya ternyata ada suatu kebaikan Tuhan yakni agar saya kembali selalu di dalam Tuhan,” sambungnya.
Setelah pengalaman itu, Jhon mengatakan kepada istri dan anak-anaknya untuk selalu mendoakannya. Jhon masih bisa bersyukur, saat sakit dan hampir tidak mampu mengelola kantor kala itu, Tuhan memberi berkat yang membahagiakan dimana ketiga anaknya; Samuel Panggabean,S.Th., Clara Panggabean,S.H., dan Gracia Panggabean,S.H telah menyelesaikan kuliahnya dengan cepat dan baik.
“Perjuangan hidup kita masih tetap berlangsung, tetapi saya yakin Tuhan akan selalu menolong kita sepanjang kita mau setia dan datang kepadaNya. Dengan pengalaman hidup saya ini, saya menyarankan kepada saudara-saudaraku yang mengalami penderitaan apapun agar datang dan berdoa kepada Tuhan, Tuhan pasti akan memberikan jalan keluar, yang susah akan dihibur, yang lemah dikuatkan, yang sakit akan disembuhkan, yang kekurangan akan dicukupkan,” imbaunya.
“Bagi saudara-saudaraku yang sudah bertobat dan telah diberikan berkat oleh Tuhan janganlah sekali-kali kembali ke kehidupan yang lama, sekalipun telah sibuk tetaplah memberikan waktu yang terbaik kepada Tuhan dalam pelayanan,” sarannya lagi. (ARP).
Be the first to comment