Ada Kejutan Bagi Para Pendeta di Rakernas I 2022 Sinode GKSI Rekonsiliasi

Jakarta, majalahspektrum.com – ADA “Surprise” (Kejutan) bagi para Pendeta di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-1 Tahun 2022 sinode Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Rekosiliansi. Dikatakan sinode GKSI Rekonsiliasi karena sejak Tahun 2014 terjadi dualisme kepemimpinan di sinode GKSI. Satu kepemimpinan sinode GKSI berkantor pusat di Jl.Kerja Bakti, Kp.Makasar, Jakarta Timur dan yang satunya lagi  biasa disebut GKSI Daan Mogot. GKSI Jl.Kerja Bakti hingga saat ini konsisten menginginkan rekonsiliasi perdamaian sinode GKSI merujuk pada arahan PGI dan Dirjend Bimas Kristen Kementerian Agama RI sedangankan GKSI Daan Mogot menolak perdamaian hingga saat ini.

Rakernas I Sinode GKSI Rekonsiliasi dilaksanakan sejak Tanggal 19 November hingga 21 November 2022 di kantor pusat sekretariat mereka di Jl. Kerja Bakti Jakarta Timur. Rakernas ditutup dengan perayaan HUT ke-34 GKSI.

Dalam Rakernas yang dihadiri 168 utusan dari berbagai daerah di Indonesia tersebut berlangsung secara Hybrid (Onside dan online), sebanyak 18 utusan mengikuti Rakernas dengan cara online atau zoom meeting. Meski mengikuti rakernas dengan cara online mereka tetap mendapatkan kejutan yakni mendapatkan baju Toga Pendeta, namun mereka tidak dapat merasakan kejutan lainnya yakni rekreasi bersama disertai makan bersama di Restauran Bandar Djakarta, Taman Rekreasi Ancol, Jakarta Utara besok.

Untuk diketahui, sinode GKSI berdiri pada, 21 November 1988, yang sejak awal berdirinya hingga sekarang dipimpin oleh Pdt, Dr, Matheus Mangentang, S,Th. Sejak pecahnya sinode GKSI pada tahun 2014,  Pdt, Matheus Mangentang memimpin sinode GKSI versi Jl.Daan Mogot hingga sekarang sedangkan GKSI Rekonsiliasi dipimpin oleh Pdt, Dr, Iwan Tangka, M. Div yang pada Rakernas GKSI 2021 menggantikan Ketum sebelumnya, Pdt Marjiyo.

“Kita (GKSI Rekonsiliasi) konsisten hingga saat ini mengupayakan adanya rekonsiliasi, damai GKSI kembali bersatu. Hasil rapat komisi Rekomendasi tetap memasukan poin rekonsiliasi GKSI,” kata Pdt, Iwan Tangka.

Keterangan Ketum GKSI Rekonsiliasi, Pdt, Iwan dibenarkan oleh Sekretaris Umum GKSI Rekonsiliasi, Pdt, Bayu Kusumo. Kata Pdt, Bayu di Rakernas I 2022 ada 4 komisi salah satunya komisi rekomendasi. Selain mengupayakan terus rekonsiliasi GKSI, hasil sidang komisi rekomendasi juga mengajukan adanya pemenuhan keinginan hamba Tuhan (misionaris) di lapangan seperti bangunan gereja dan kelengkapan surat administrasi gereja seperti surat baptis GKSI dan lainnya.  “Semua hasil sidang komisi kita terima,” kata Pdt, Bayu.

Sementara, Majelis Tinggi yang juga Bendahara Umum GKSI Rekonsiliasi,  Willem Frans Ansanay, S.H, M.Pd, mengatakan dalam rakernas sebelumnya dan saat ini, GKSI Rekonsiliasi tengah berupaya adanya ekonomi mandiri.

“Kita punya 25 Hektare kebun Kelapa Sawit di Kalimantan Barat dan 5 Hektare di Kalimantan Tengah yang dikelola oleh Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) GKSI dan hasilnya dipertanggungjawabkan ke pusat (DPP),” terang Frans.

Bukan cuman itu, lanjut Frans, ada seorang simpatisan donatur bernama Siswanto yang menghibahkan tanahnya untuk ditanami kelapa sawit yang hasilnya 80% diberikan ke gereja GKSI.

Terkait rekonsiliasi GKSI, Frans mengingatkan bahwa Organisasi gereja jangan dihancurkan karena kepentingan pribadi. Gereja, kata dia, adalah milik Tuhan bukan milik orang perorang.

“Apa sih urgentnya jabatan Ketua Sinode tidak bisa diganti. Negara saja ada batasan periodeisasi jabatan presiden, mau 3 periode atau diperpanjang menolak karena melanggar konstitusi, ini kok ngotot maunya mimpin gereja seumur hidup,” ungkapnya.

Menurut Frans, seseorang yang memimpin suatu organisasi terlalu lama bahkan seumur hidup tidaklah baik, dan biasanya ada sesuatu yang disembunyikan dan ingin memperkaya diri.

“Mereka (GKSI versi Daan Mogot) dengan tegas menolak rekonsiliasi yang disarankan oleh PGI, PGIW dan Dirjend Bimas Kristen agar GKSI berdamai menyatu kembali,” tukas Frans.

Baca Juga : ( Dualisme GKSI, Frans Ansanay Percaya Konsistensi PGI dan Dirjend Bimas Kristen )

Bahkan, sangkin tak ingin rekonsiliasi, pihak GKSI Daan Mogot sampai mengeluarkan statement “Biarlah waktu yang membuktikan mana yang mati dan mana yang hidup, mana gandum mana ilalang”.

“Faktanya kami terus berkembang, asset terus bertambah, sudah 2 kali ganti ketum sinode sementara mereka (GKSI Daan Mogot) jalan di tempat bahkan berkurang anggota gerejanya. Para pendeta GKSI bahagia mendapat baju toga pendeta yang selama GKSI ada belum pernah mereka diberikan,” terang Frans.

Sebenarnya, lanjut Frans, pihaknya tidak memerlukan adanya rekonsiliasi karena dianggap sudah selesai sejak belasan tahun lalu tak kunjung terjadi karena pihak GKSI versi satunya menolak keras adanya rekonsiliasi perdamaian GKSI.

“Tetapi karena kita (GKSI Rekonsiliasi) menghormati dan menuruti apa yang disarankan gereja aras dalam hal ini PGI dan Dirjend Bimas Kristen Kemenag RI yang lalu,” tandanya. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan