Jakarta, majalahspektrum.com – LAGI, Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Rekonsiliasi mendapatkan kado istimewa jelang Natal, kali ini diterima oleh Ketua sinode mereka, Pdt, Dr, Iwan Tangka, M.Th.
Sebelumnya, tepat di hari HUT-nya yang ke-36, pada, Selasa, 19 November 2024, Sinode GKSI berdamai setelah 10 tahun bertikai, terjadi dualisme Kepemimpinan Sinode.
Atas inisiasi MPH PGI, pasca Sidang Raya ke-18 di Toraja, proses perdamaian terjadi di kantor pusat PGI, Jl. Salemba, No.10, Jakarta. Dalam proses perdamaian itu, diundi nomor urut keanggotaan sinode GKSI masing-masing yang memilih berpisah menjadi 2 sinode gereja dimana GKSI yang dipimpin Pdt, Iwan Tangka, yang dikenal sebagai GKSI Rekonsiliasi mendapatkan nomor urut 64. nomor keanggotaan GKSI yang lama di PGI, sedangkan GKSI pimpinan Pdt, Matheus Mangentang mendapatkan nomor urut 105, nomor keanggotaan terakhir di PGI.
Baca Juga : ( GKSI Rekonsiliasi Dapat Kado Istimewa di HUT-nya Ke-36 )
Kado Kedua yang diperoleh GKSI Rekonsiliasi diberikan kepada Ketua Sinode mereka, Pdt, Iwan Tangka yang diangkat menjadi Rektor STT INALTA (Institut Theologia Alkitab Jakarta).
Pdt, Iwan Tangka dilantik menjadi Rektor STT INALTA periode 2024-2029, di Gedung Kartini II, Wiladitika, Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (29/11/2024).
Sekedar informasi, Sekolah Tinggi Theologia INALTA didirikan pada tahun 1974 atas prakarsa Pdt. Prof. Dr, Willem Hekman pertama-tama memakai nama Institut Alkitab Jakarta (INALTA) dengan program Diploma. Kemudian pada tahun 1984 diganti nama menjadi Institut Alkitab dan Theologia Jakarta (INALTA).
Pada tahun 1991, atas dasar peraturan Departemen Agama c/g Dirjen Bimas (Kristen) Protestan nama Institut diganti menjadi Sekolah Tinggi Theologia INALTA (STT INALTA) dan terdaftar di DEPAG RI dengan SK DEPAG RI No.27 tahun 1991, yang beroperasi dibawah Yayasan INALTA Jakarta. Tahun 2004 jurusan PAK dan jurusan Theologia/Kependetaan.
STT INALTA diakreditasi oleh DEPAG RI c/g. Dirjen Bimas Kristen (Protestan) No. DJ.II/Kep./HK/00.5/7/7/2004. Dengan status akreditasi ini STT INALTA dapat melaksanakan Ujian Negara.
Dalam kata sambutannya dalam acara Pelantikan yang mengangkat tema: “Bekerja Bersama Melayani Kristus” (Matius 9:37-38) itu, Pdt, Iwan Tangka mengatakan harus ada belas kasihan (compassion), ada keseimbangan hati dan ketenangan untuk melayani Tuhan.
“Desa-desa dan kota-kota hanya bisa direbut prajurit dan laskar Kristus. Biarlah kita berbenah di STT INALTA dengan merekrut prajurit-prajurit Kristus. Menyangkal diri berani bersaksi, agar desa dan kota mengalami itu,” katanya.
Kata Pdt, Iwan, penting kebhinnekaan dan saling menghargai. Kalau sekarang Inalta mengalami pergumulan dan tantangan, itu merupakab bagian dalam meneladani Yesus.
“Penting orientasi misi, dengan kebersamaan maka akan maju bersama. Lewat pemikiran, kognitif dan artifisial terus bergerak untuk melayani.” tuturnya.
Acara pelantikan diawali dengan ibadah yang dipimpin Pdt, Kolonel AU Daniel Albert Tobing dari Gereja Oikumene Halim.
“Pelayanan membutuhkan komitmen, ketulusan dan hati bersih. Banyak orang ragu untuk mengikut Tuhan bahkan murid Yesus sendiri,” kata Pdt, Daniel Tobing dalam Khotbahnya.
Hadir dalam acara pelantikan itu; Mayjen (Purn) Lodewyk Pusung Wakil Badan Gizi Nasional, Rektor STIJA yang juga Ketua Majelis Tinggi Sinode GKSI Frans Ansanay, S.H, M.Pd, Pdt. Taripar Tambunan mewakili pembimas Kristen DKI Jakarta.
Ketua Majelis Tinggi GKSI, yang juga Rektor /Ketua Sekolah Tinggi Teologi Injili Jakarta (STTIJA), Frans Ansanay, S.H, M.Pd mengungkapkan, saat dirinya menerima undangan untuk menghadiri pelantikan Ketum Sinode GKSI sebagai Ketua STT INALTA, ia merasa senang.
“Sebagai sahabat dan sebagai orang yang pernah jadi muridnya, saya senang dan mendukun. apa lagi Dr Iwan Tangka sebagai Ketum Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia, wadah organisasi dimana kami sama-sama melayani, ya sekali lagi sikap saya ikut mendukung keputusan Yayasan INALTA mengangkatnya sebagai Ketua STT INALTA,” ungkapnya.
Menurut Frans, Pdt, Iwan Tangka pantas menduduki jabatan itu. Ia menilai, Pdt, Iwan Tangka adalah sosok yang punya kapabilitas untuk itu.
“Saya tahu persis kapabilitas dari Pdt Iwan Tangka. Beliau seorang pastoral dan juga akademisi. Menjadi seorang Ketua STT tanpa pengalaman pastoral seringkali membuat pimpinan yang akademisi seperti kering dalam membekali mahasiswa teologi dan PAK, begitu juga sebaliknya.” tandasnya. (ARP)
Be the first to comment