GKSI Rekonsiliasi Dapat Kado Istimewa di HUT-nya Ke-36. Dualisme Kepemimpinan Usai

Jakarta, majalahspektrum.com – SINODE Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Rekonsiliasi mendapatkan kado istimewa di Hari Ulang Tahun (HUT)-nya yang ke 36 Tahun. Hadiah itu berupa Nomor 64 daftar keanggotaan GKSI Rekonsiliasi di Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

“Oleh karenanya kita mengadakan ibadah syukur HUT ke 36 kita (GKSI) ini serempak di seluruh wilayah pelayanan GKSI yang ada di Indonesia, baik melalui off line maupun zoom. tiup lilin dan makan kue HUT serempak di setiap BPW (Badan Pengurus Wilayah) maupun Korsek (Kordinator Sektor) yang ada,” terang Ketua Majelis Tinggi Sinode GKSI, Frans Ansanay, S.H, M.Pd, Sabtu (23/11/2024).

Untuk diketahui, Sinode GKSI berdiri pada, 21 November 1988, yang sejak awal berdirinya hingga 2014 dipimpin oleh Pdt, Dr, Matheus Mangentang, S,Th. Dia digantikan oleh Pdt. Ramles Silalahi sebagai Pelaksana Tugas Ketum yang diangkat pada Sidang Istimewa Sinode GKSI tahun 2014. tak terima digantikan, Pdt, Matheus Mangentang lalu mempertahankan diri dengan memimpin sinode GKSI versi Jl.Daan Mogot hingga sekarang.

Sinode GKSI yang berkantor sekreteriat di Jl. Kerja Bakti, Kp.Makasar, Jaktim, selanjutnya pada Sidang Sinode 2015 memilih Pdt Marjiyo sebagai Ketua Umum Sinode GKSI hingga tahun 2020 dan pada Sidang Sinode GKSI tahun 2020, Pdt Marjiyo kembali terpilih sebagai Ketua Umum. Tahun 2022 Ketum Sinode GKSI mengundurkan diri sehingga diadakan Sidang Istmewa yang memilih Pdt Dr Iwan Tangka sebagai Ketua Umum Sinode GKSI hingga sekarang.

GKSI Jl.Kerja Bakti yang menamakan dirinya GKSI Rekonsiliasi karena sejak terjadi dualisme kepemimpinan Tahun 2014, selalu mengupayakan perdamaian melalui rekonsiliasi yang demokratis.

Menurut Frans, penantian 10 tahun penyelesaian dualisme kepemimpinan sinode GKSI secara damai dapat terwujud patut disyukuri.

“Terima kasih kepada PGI yang sudah berperan sebagai mediator yang baik, penuh kesabaran dan bijaksana hingga terwujudnya solusi perdamaian di GKSI,” ungkap Frans.

Kiri ke Kanan : Pdt, Iwan Tangka (Ketua Sinode GKSI), Frans Ansanay (Ketua Majelis Tinggi) dan Pdt, Bayu ((Sekum GKSI)

Baca Juga : ( Pasca Sidang MPL PGI Balikpapan, GKSI Usung Misi “Membangun Kembai Rumah Besar GKSI Melalui Jalan Lain”. Apa Maksudnya? )

Terkait hal itu, Sekretaris Umum sinode GKSI Rekonsiliasi, Pdt, Bayu, M.Th menceritakan, proses perdamaian dimulai saat acara Sidang Raya ke 18 PGI di Toraja, 8-14 November 2024 yang lalu. Lalu berlanjut di kantor PGI Jl.Salemba, No.10, Jakarta pada Tanggal 19 November 2024 dimana kedua kubu GKSI dipertemukan untuk dilakukan pengundian (konklaf dalam katolik) nomor keanggotaan masing-masing kubu di PGI.

“Setelah ada kesepakatan antara dua pihak memilih berpisah dengan 4 klasual syarat yang diajukan PGI, dilakukan pengundian nomor urut keanggotaan di PGI dimana kita dapat nomor 64 sedangkan pihak sebelah nomor 105,” terang Pdt, Bayu.

Disyukurinya nomor 64 keanggotaan di PGI karena itu adalah nomor keanggotaan GKSI sebelum terjadi dualisme kepemimpinan, sedangkan nomor 105 keanggotaan adalah nomor terakhir keanggotaan di PGI.

Untuk diketahui, pada Sidang Raya ke 18 di Toraja, PGI menerima 7 anggota baru sinode gereja, yang salah satunya adalah sinode Gereja Bethany Indonesia. dengan penetapan 7 anggota baru tersebut, jumlah sinode gereja yang tergabung di PGI menjadi 104 dari yang sebelumnya 97 anggota.

Dengan demikian, dengan pecah duanya sinode GKSI, yang keanggotaannya nanti di PGI wajib berganti nama sinode gereja (sesuai klasual kesepakatan), salahsatunya menjadi anggota baru dengan nomor urut terakhir yakni 105, yang penetapannya akan disahkan pada Sidang MPL PGI Tahun 2025 yang akan datang di kota Malang, Jawa Timur.

“Karena nomor keanggotaan sinode gereja di PGI tetap tidak bisa diubah, tidak mungkin ada nomor urut 63 langsung lompat ke nomor 65,” kata Frans lagi menjelaskan.

Ibadah Syukur HUT ke 36 Sinode GKSI dipimpin oleh Ketua Sinode, Pdt, Dr, Iwan Tangka, M.Th. Khotbah diambil Nats Alkitab Keluaran 3 : 1-2.

Ketua Sinode GKSI, Pdt, Dr, Iwan Tangka, M.Th

Mengangkat Tema: “Dari yang biasa menjadi Luar Biasa”, Pdt, Iwan Tangka merefleksikan perjalanan hidup Nabi Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.

“Musa yang berasal dari orang biasa menjadi terhormat di kerajaan Mesir lalu meninggalkan kedudukannya demi bangsa Israel, taat mengikuti perintah Tuhan, yang akhirnya dimuliakan Tuhan dalam perjalanan selama 40 Tahun,” kata Pdt, Tangka.

Demikian dengan GKSI Rekonsiliasi yang diperjuangkan orang biasa-biasa menjadi luar biasa diberkati Tuhan.

“Musa bukan Super hero tetapi Super Tim saya, pak Frans, pak margio, pak Bayu dan yang lainnya bahu membahu, bersabar dan terus berpengharapan kepada Tuhan hingga kita dapat kabar baik untuk GKSI kita ini. suatu hadiah yang istimewa,” katanya.

Suatu perkumpulan atau organisasi, kata Pdt, Tangka, ditandai dengan punya legitimasi, folower, punya velue misi dan integritas. GKSI dibentuk dari biasa-biasa menjadi luar biasa. punya legitimasi kalau tidak mengijili sia-sia.

“Tongkat biasa Musa menjadi tongkat luar biasa dipakai Allah, jadi tongkatnya Allah. dengan super tim, GKSI tetap berdiri dan berkembang,” ujarnya.

Mengutip nats Keluaran 7:17, Pdt, Tangka mencanangjan Tanggal 19 November 2024 menjadi hari bersejarah yang sudah lama sekali digumuli.

“Yang bukan siapa-siapa menjadi siapa-siapa. jadi luar biasa karena Tuhan,” kata Pdt, Tangka menutup khotbahnya. (ARP)

 

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan