Pdt, Japarlin Marbun Imbau Pendeta Jangan Latah Kaitkan Konflik Israel-Iran Dengan Kedatangan Tuhan

Bekasi, majalahspektrum.com – MUNCUL berbagai Tafsiran tentang perang antara Israel versus Iran. Ada yang menafsirksn bahwa serangan Israel ke Iran untuk menghentikan proyek nuklir Iran, menumbangjan rezim Khamenei, uji coba dan jualan alustita hingga petanda akhir zanan.

Banyak pemuka agama latah menjadikan perang Israel-Iran itu sebagai bahan ceramah atau khotbah. baik kalangan ustadz maupun Pendeta. mereka membuat tafsirannya sendiri dengan mengait-ngaitkannya dengan kitab suci.

Di berbagai plaform media sosial, khususnya youtube, banyak beredar vidio khotbah yang membahas fenomena perang Israel-Iran dikaitkan dengan nubuatan Alkitab.

Ada yang menafsirkan nubuatan dari Alkitab tentang nasib Iran mendatang hingga petanda akhir jaman, Tuhan Yesus atau mesias akan segera datang untuk kedua kali.

Bagi kalangan muslim, perang Israel vs Iran juga diartikan sebagai petanda akan datangnya Imam Mahdi untuk memerangi Dajal.

Terkait hal itu, Ketua Bamagnas yang juga mantan Ketua Sinode GBI (Gereja Bethel Indonesia), Pdt, Dr, Japarlin Marbun, M.Pd menolak penafsiran perang Israek vs Iran sebagai petanda akhir jaman dan Tuhan akan datang. ia bahkan menolak perang Israel-Iran dikaitkan dengan nubuatan yang tertulis dalam surat di Perjanjian Lama dalam Alkitab.

“Terlalu jauhlah bicara akhir jaman, Tuhan Datang, Kondisi Israel yang dahulu dan sekarang berbedalah, terlalu jauh mengait-ngaitkan perang Israel-Iran dengan nubuatan dalam Alkitab tentang akhir jaman dan Tuhan akan datang,” kata Japarlin, di kediamannya, Kamis (26/6/2025).

Nubuatan dalam Alkitab yang banyak disorot dalam khotbah beberapa Pendeta di youtube yakni yang tertulis dalam kitab Yehezkiel pasal 38 tentang Perang Gog di tanah Magog.

Berbeda dengan para Pendeta tentang tanda akan datangnya Mesias, Tuhan Yesus untuk yang kedua kali, Japarlin mengatakan bahwa kedatangan Tuhan kedua kali bukan perang Israel-Iran tetapi saat Injil telah diberitakan ke seluruh penjuru dunia.

Ia juga mengingatkan bahwa kedatangan Tuhan Yesus tidak bisa dipastikan waktunya, dan syaratnya jelas dinyatakan yakni ketika injil kerajaan Allah sudah diberitakan ke seluruh dunia, seperti yang tertulis dalam Injil Matius 24 ayat 14.

“Kalau ingin Tuhan segera datang, maka tugas kita adalah memberitakan Injil ke seluruh penjuru bumi. Itu syarat yang Alkitabiah. Bukan perang Israel-Iran, itu namanya menebar ketakutan,” ulas Pdt, Japarlin.

Menurut Pdt, Japarlin, bahwa perang antara Israel dan Iran bukanlah penggenapan dari nubuatan Gog dan Magog, melainkan perang biasa yang didorong oleh kepentingan politik, ekonomi dan strategi pertahanan.

“Ini adalah perang biasa oleh adanya sebuah kepentingan. Israel dulunya berteman dengan Iran, tetapi setelah pergantian rezim, Iran menjadi musuh yang bertekad menghancurkan Israel. Selain itu, Iran disinyalir tengah mengembangkan senjata nuklir yang mengancam stabilitas Israel dan kawasan Timur Tengah ,” terang Pdt. Japarlin.

Untuk diketahui, di era modern, Iran yang dahulu bernama Persia, pada Tahun 1921 dipimpin oleh raja Reza Shah Pahlavi. di era Pahlevi, Iran bersahabat dengan Israel dan dimulainya era modernisasi dan industrialisasi di negeti itu. Putranya, Mohammad Reza Shah Pahlavi, yang kini bermukim (pengasingan) di USA melanjutkan kebijakan tersebut, namun juga menghadapi kritik atas otoritarianismenya, hingga terjadilah Revolusi Islam pada Tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini menggulingkan pemerintahan Shah dan mendirikan Republik Islam Iran.

Dari tahun 1979-sekarang, Iran menjadi negara republik Islam Teokrasi dimana Khomeini menjadi pemilik otoritas tertinggi. dan sejak itulah Iran memusuhi Israel dan negara-negara Arab lainnya yang bersebrangan dengan faham Islam Syiah mereka.

Kembali, Pdt. Japarlin menilai adanya kepentingan ekonomi global yang terselubung dari konflik itu, sperti konflik-konflik lainnya yang terjadi di kawasan Timur Tengah.

“Ada bisnis jual-beli senjata, misalnya menghabiskan senjata stok lama (kadaluarsa), pun penguasaan minyak bumi,” ungkapnya.

Namun Pdt, Japarlin lebih meyakini bahwa konflik Israel-Iran lebih kepada kepentingan politik, baik politik di dalam negeri Iran yang ingin menurunkan rezim Khomenei maupun Geopolitik kawasan Timur Tengah.

“Israel dan sekutunya menilai proyek nuklir Iran harus dihentikan karena mengancam keamanan negara lain, khusunya di kawasan Timur Tengah mengingat arogansi Iran selama ini dibawah rezim Khamenei,” jelasnya.

Oleh karenanya, kata Pdt, Japarlin, umat Kristen jangan terlalu resah dengan adanya penafsiran yang mengatakan konflik itu sebagai petanda kedatangan Yesus yang semakin dekat, ia memberi peringatan tegas.

“Jangan terlalu cepat mengaitkan konflik perang ini dengan akhir zaman. Jangan menakut-nakuti dan membodohi jemaat dengan tafsir sempit. Kita harus melihat dari banyak sisi, bukan hanya dari kacamata rohani, tetapi juga geopolitik dan ekonomi.” imbaunya.

Untuk itu, Pdt. Japarlin mengajak seluruh umat Kristen untuk tetap setia kepada Tuhan, tidak mudah terombang-ambing oleh isu-isu global yang menakutkan, dan fokus menjadi berkat di tengah dunia yang sedang gonjang-ganjing.

Wacana soal hubungan antara konflik Timur Tengah dan nubuat Alkitab bukanlah hal baru. Namun penting untuk mengedepankan sikap bijaksana dan bertanggung jawab dalam menafsirkannya, agar gereja tetap menjadi sumber pengharapan, bukan ketakutan. (ARP)

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*