Kisah Penginjilan Rasul Paulus di Negara Malta Jadi Tema Pekan Doa Dunia

Jakarta, majalahspektrum.com –  SETELAH Indonesia (tahun 2019), tahun 2020 ini, Negara Malta dipercaya oleh Dewan Gereja Dunia bersama Vatikan Katholik untuk merumuskan tema “Pekan Doa Dunia”. Bersama-sama dengan aras gereja yang ada di Malta, ditetapkanlah tema pecan doa tersebut yakni’ “Mereka Sangat Ramah Terhadap Kami” (Kisah Para Rasul 28:2). Tema tersebut diangkat dari kisah nyata dalam Alkitab tentang penginjilan Rasul Paulus di Malta.

Terkait hal itu, 7 aras gereja nasional yang tergabung dalam Forum Umat Kristiani Indonesia (FUKRI) bersama Jaringan Doa Nasional Sebelumnya (2019) menggelar ibadah bersama, memperingati Pekan Doa Dunia tersebut di Grha Oikumene Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), jalan Salemba Raya Nomor 10, Jakarta, Senin (27/01/2020).

Adapun ketujuh gereja aras nasional yang tergabung dalam Fukri yakni: PGI, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Persekutuan Gereja-gereja Panrekosta Indonesia (PGPI), Bala Keselamatan, Gereja Baptis dan Ortodoxt. Pekan Doa ini sendiri sudah dimulai sejak tanggal 18-27 Januari 2020

Saat jumpa pers, Romo Agustinus (KWI) menjelaskan, tema pekan doa dunia tersebut berdasarkan kisah Rasul Paulus sebagai tahanan Romawi terdampar di pulau Malta (kini jadi Negara) karena kapal yang ditumpanginya menuju Italia guna menghadap kaisar Romawi diterjang badai.

“Ada 3 golongan di kapal itu yakni; para tentara, tahanan dan awak kapal. Namun mereka bias akur dan bekerjasama saat terdampar saat menghangatkan badan dengan api unggun tanpa memandang perbedaan. Mereka  disambut sangat ramah oleh warga Malta bahkan dijamu makan oleh Gubernur Malta, Publius. Di situ, Paulus sempat menyembuhkan anak Publius dan dia diperbolehkan memberitakan Injil Kristus di situ,” terang Romo Agustinus.

“Paulus bahkan oleh Gubernur dan warga Malta diberi perbekalan untuk kebutuhannya dalam melanjutkan misi pelayanannya,” tambahnya.

Menurut Agustinus, arti kata “Mereka” dan “Kami” dalam tema pekan doa dunia tersebut berlaku universal, yakni kepada setiap orang agar berlaku ramah kepada siapa saja.

“Secara kebetulan tema ini nyambung dengan tema Natal Nasional kita yakni ‘Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang’. Salah satu caranya untuk menjadi sahabat adalah dengan bersikap ramah,” ujarnya.

Sementara, dalam khotbahnya di ibadah peringatan pekan doa dunia tersebut, Ketua Umum PGLII, Pdt, Dr, Ronny Mandang mengatakan, Tuhan bisa memakai segala situasi kondisi untuk mengabarkan Injil keselamatan kepada setiap orang agar percaya dan diselamatkan. Ronny lalu mengutip kitab Injil Markus 16:15 tentang perintah Yesus kepada murid-muridNya untuk memeberitakan Injil hingga ke seluruh bumi.

“Pada Gereja mula-mula di Yerusalem orang Kristen hanya bersekutu tidak menyebar untuk memberitakan Injil sampai adanya penyiksaan dan perburuan kepada mereka. Ini bisa juga sebagai rencana Tuhan agar mereka pergi keluar dari Yerusalem untuk memberitakan Injil ke seluruh bumi,” kata Ronny.

Lanjut Ronny, setiap orang yang memberitakan Injil diberi tanda dengan kuasa Tuhan melalui roh kudus untuk menyembuhkan, mengusir setan dalam nama Yesus.

Peringatan Pekan Doa Dunia di Grha Oikumene PGI (tuan rumah) dihadiri oleh seluruh perwakilan 7 aras gereja nasional. Tata ibadah dibuat secara oikumene, dan kessaksian pujian dilantunkan oleh Paduan Suara Immanuel dan Bala Keselamatan.

Secara bergiliran, perwakilan masing-masing aras gereja dan JDN melantunkan Doa-doa. Doa dipanjatkan bagi kehidupan masyarakat di Indonesia agar bersikap ramah, dengan demikian tercipta keharmonisan sesama warga Indonesia dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Berdoa juga bagi segala masalah yang tengah dialami bangsa Indonesia dan Gereja-gereja di Indonesia. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan