Jakarta, majalahspektrum.com – SUDAH tak terbilang tanda kehormatan dan Penghargaan yang diterima Dr, John Palinggi, MM, M.BA dari berbagai Keraton-Kerajaan maupun Raja adat yang ada di Nusantara. Yang terbaru, Ketua Harian Badan Interaksi Sosial Masyarakat (BISMA)–wadah kerukunan antar-umat beragama yang juga Mediator resmi Negara ini menerima penghargaan tanda kehormatan dari Kerajaan Singaraja Buleleng, Bali.
Dihubungi pada Tanggal 29 April, meski lelah sehabis tugas kerja dari Bangkok, Thailand, Jhon Palinggi datang ke Bali untuk menerima penghargaan sebagai “Satria Sakti Nusantara” pada 30 April 2023.
“Penghargaan kehormatan itu berupa kenaikan peringkat dari berupa ukiran berbentuk Singa terbang naik menjadi digendong Singaraja,” kata Konsultan Investor asing ini saat ditemui di kantornya, Wisma Mandiri, Menteng, Jakarta, Jumat (5/4/2023).
Sebelumnya pada Tahun 2006, bersama Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarno Putri dari Singaraja Buleleng Bali. “Sebelumnya Tahun 2006 bersama ibu Megawati Soekarno Putri diberi penghargaan Singaraja Buleleng Bali, 30 April 2023 diberi lagi, kali ini naik kelas atau peringkat menjadi “Satria Sakti Nusantara,” tutur John.
Sebelumnya Pada Tahun 2022, bersama Jenderal (Purn) Wiranto dan Ketua DPD RI Lanyala Mantili, oleh Keraton Surakarta, Solo, John Palinggi dianugerahi gelar kraton, Kanjeng Raden Aryo (KRA), sehingga namanya kini KRA John Palinggi Wiryonagoro. Penganugerahan itu bertepatan dengan siangkatnya KGPH Purboyo sebagai putra mahkota yang kini bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram.
Masih di tahun 2022, tepatnya 2 Oktober 2022, John Palinggi dianugerahi gelar kebangsawanan “Raden Satya Santika” dari Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Kerajaan Mulawarman. Penganugerahan itu tertulis dalam Keputusan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura XXI nomor 011/SK-SKK/Gelar/X/2022, yang ditandatangani oleh Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura XXI, Drs. Adil Mohammad Arifin, M.Si.
Bukan hanya itu, John Palinggi juga pernah menerima tanda kehormatan dari Kerajaan Aceh, Sriwijaya dan dari kepala Adat Marga Batak. Sedikitnya ada 43 Ulos (Kain Khas Batak) yang sudah diterima John Palinggi.
“Wujud dari penghargaan itu semua saya dimaknai sebagai Janji kesetiaan dan rasa hormat yang tinggi serta hari lepas hari mengubah perilaku perilaku dan karakter diri lebih baik lagi,” ungkap John.
Diungkapkan John, pandangan hidup yang ia pegang yakni membangun persaudaraan dengan semua pihak tanpa terkecuali merupakan warisan, ajaran dari leluhurnya. “Bagaimana kita mengasihi sesamea manusia, memiliki cinta kasih, itu yang saya lakukan sepanjang hayat hidup saya,” ujar John.
Bagi John Palinggi, segala tanda kehormatan dan Penghargaan yang diterimanya adalah sebagai kemurahaan dan anugerah dari Tuhan melalui orang lain yang baik kepadanya karena perilakunya yang dinilai mereka baik selama hidup.
“Cahaya yang terpancar dari orang yang memberi penghargaan tersebut terpancar, seperti buku yang bisa dibaca orang. Sebetulnya apa yang kita persembahkan dalam rangka kemanusiaan. Belajarlah sayang kesesama manusia,” pesannya.
Terkait Kesultanan ataupun kerajaan yang masih ada hingga sekarang di Nusantara, menurut John kesemuanya adalah cikal-bakal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keberadaan Kekeratonan itu sebagai upaya mempertahankan kebudayaan yang merupakan warisan leluhur.
“Cuma yang saya sedih mengapa Negara atau pemerintah mengabaikan mereka, apa yang dikhawatirkan? Toh mereka tidak memerintah lagi karena sudah ada pemerintahan, padahal budaya harus dikembangkan,” ungkapnya.
“Ada ungkapan dari Belanda yang mengatakan; ‘Jika suatu Negara ingin berkembang dan hebat maka kembangkan budayanya maka Negara itu akan berkembang pesat tetapi jika ingin menghancurkan suatu Negara benturkan saja agama atau budaya yang ada di situ,” tutup John. (ARP)
Be the first to comment