Jakarta, majalahspektrum.com – BERDASARKAN data ppemerintah, lebih dari 50% Kabupaten daerah tertinggal di Indonesia adalah daerah kantong-kantong Kristen. Salah satu penyebabnya adalah mutu pendidikan yang rendah.
Untuk itu, melalui konferensi Nasional tentang Gereja dan Pendidikan 2023 yang digelar oleh MAJELIS Pendidikan Kristen (MPK) di Indonesia bersama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bertujuan adanya kolaborasi menuju transformasi guna mengatasi kesenjangan kualitas pendidikan sekolah-sekolah Kristen yang ada di Indonesia, khusunya di daerah-daerah tertinggal seperti di Papua, NTT, Nias, Maluku, Melawai dan Sulteng.
Baca Juga : ( Refleksi Akhir Tahun dan Outlook Pendidikan 2023, Kualitas Menurun Korupsi Meningkat )
Konferensi yang digelar sejak Tanggal 25 (Selasa) hingga 26 (Rabu) Juli 2023 di Penabur Internasional School Kelapa Gading, Jakarta Utara tersebut Dibuka oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof, Dr, Muhadjir Effendy.
Dalam arahannya, Menko PMK, Muhadjir Effendy mengatakan yang paling penting dalam pengajaran di sekolah adalah pendidikan karakter.
“Pendidikan karakter sangat penting di tengah tantangan jaman saat ini yang penuh dengan godaan jahat. Saya berharap pendidikan Kristen menghasilkan lulusan berkarakter kebangsaan dan iman,” kata Menko PMK, Selasa (25/7/2023).
Muhadjir mengajak hadirin bersyukur atas konsep Pancasila oleh para pendiri bangsa. Pasalnya, sila pertama Pancasila tentang KeTuhanan yang menaungi dan mendasari semua sila yang ada.
“Melayani Tuhan di semua sector, baik sector ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya,” terang Muhadjir.
Menurut Menko PMK, pendidikan dan pembinaan kepada guru sangat penting guna menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas menuju Indonesia Emas 2045.
Mengangkat tema; “Kolaborasi Menuju Tranformasi Sekolah Kristen di Indonesia”. Ketua Panitia, Johan Tumanduk, SH, MM, M.Pdk mengatakan diangkatnya tema tersebut karena melihat kenyataan bahwa masalah pendidikan yang kompleks pasti membutuhkan kolaborasi untuk Mencari, Merumuskan dan Mewujudkan aksi nyata sebagai solusi, terlebih sekolah Kristen memiliki banyak pemangku kepentingan seperti; Gereja, Yayasan, Perguruan Tinggi Kristen, STT serta dunia usaha yang perlu berkolaborasi bersama.
“Melalui kolaborasi, banyak sumber daya menjadi lebih efisien. Bahkan kolaborasi juga memungkinkan terciptanya kreativitas dan inovasi. Ada 550 peserta yang hadir yang berasal dari; DPW MPK se-Indonesia, Pimpinan Aras dan Sinode Gereja, Yayasan dan Perguruan Tinggi Kristen, STT dan Pengusaha Kristen dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki beban untuk memajukan pendidikan /Sekolah Kristen,” terang Tumanduk.
Baca Juga : ( Quo Vadis Sekolah Kristen, Kolaborasi Menuju Solusi )
Diketahui saat ini MPK telah menjalin kerjasama dalam MoU dengan sejumlah Sekolah Tinggi /Universitas Kristen dan STT.
Ketua Umum MPK, Handi Irawan, MBA, M.Com mengatakan bahwa tujuan diadakannya kerjasama dengan Perguruan Tinggi Kristen dan STT guna mendorong lebih banyak lulusan yang akan menjadi guru dan memberikan pelatihan kepada 100 ribu guru-guru Kristen yang ada saat ini di Indonesia. Guru yang berkualitas sudah tentu sangat penting guna meningkatkan kualitas sekolah Kristen yang selanjutnya menciptakan lulusan sekolah Kristen yang berkualitas.
Selain itu, lewat kerjasama tersebut juga dapat membantu meningkatkan kualitas sekolah-sekolah Kristen yang terbelakang, khususnya di daerah kantong-kantong Kristen. MPK akan menjadi fasilitator bagi Yayasan sekolah yang sudah kuat membantu yayasan sekolah Kristen yang lemah, khususnya sekolah Kristen yang ada di Indonesia Timur.
“Yayasan Pendidikan Kristen seperti; BPK PENABUR, Kalam Kudus dan Pelita Harapan diharapkan dapat membantu sekolah Kristen yang butuh pertolongan,” kata Handi.
Selain itu, lamjut Handi, MPK juga menjalin MoU dengan Lembaga Pelayanan seperti; EduGuide yang sudah berpengalaman di bidang konsultasi manajemen sekolah Kristen, juga Yayasan Trampil dan Yayasan TBN yang member pelatihan Kepala Sekolah dan Guru-guru, Lembaga Pelayanan Pesat, JDN dan TCI.
“Kami percaya bahwa sekolah klristen yang kuat, bukan hanya membantu pertumbuhan gereja tetapi juga baik untuk bangsa Indonesia. Kita membutuhkan generasi yang lebih berkualitas melalui pendidikan yang pastinya berkualitas juga,” terang Handi.
Untuk diketahui, MPK berdiri sejak 1950 kini memiliki anggota 400 Yayasan, 7.000 sekolah Kristen di seluruh Indonesia. 50 pengurus di tingkat pusat dan 250 di daerah.
Turut hadir dalam acara tersebut; Ketum PGI, Dirjend Bimas Kristen mewakili Menteri Agama RI, Pengusaha yang juga mantan Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukito, Staff Ahli Menteri Pendidikan Riset dan Teknologi dan Ketua Umum Yayasan BPK PENABUR Adri Lazuardi. (ARP)
Be the first to comment