Jakarta, majalahspektrum.com – KETUA Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI), Pdt, Dr, Rubin Adi Abraham, S.Th mengungkapkan 2 rencana program GBI 2026 di Perayaan Natal Badan Pengurus Pusat (BPP) GBI bersama karyawan dan staf kantor sinode.
“Belajar dari bencana alam di Sumatera, kita (GBI) mencanangkan pengurangan penggunaan plastik. Nantinya di kantor sinode tidak ada lagi gelas atau botol plastik air mineral, kita sediakan cangkir atau tumbler dan dispenser. ini juga akan kita mintakan agar seluruh gereja GBI menerapkannya,” kata Pdt, Rubin Adi dalam sambutanya pada perayaan Natal BPP GBI di Graha Bethel, Jl. Jend. A.Yani, Jakarta Pusat, Jumat (19/12/2025).
Rubin mengisahkan pengalamannya saat mengunjungi korban bencana alam di Siborongborong dan Tarutung, Tapanuli Utara, serta berupaya masuk ke Sibolga.
“Kami sudah berupaya mengoordinasikan bantuan, namun akses terputus. Puji Tuhan, keesokan harinya helikopter BNPB berhasil mengangkut logistik dan tenaga untuk mendirikan posko di Sibolga,” ungkapnya.
Rubin menyaksikan kerusakan lingkungan yang dinilainya sangat masif yang mengakibatkan bencana ekologi. ia menyaksikan banjir bercampur lumpur dan gelondongan kayu yang bahkan masih memiliki cap perusahaan.
“Ada yang mengatakan gelondongan kayu yang terbawa arus air itu pohon yang tercabut sendiri namun faktanya di kayu itu ada cap perusahaan. Kerusakan ekologi akan menyisakan penderitaan bagi generasi mendatang. Mari kita mulai dari hal sederhana, seperti mengurangi sampah plastik,” bebernya.
Selain turut serta peduli menjaga Lingkungan hidup, di Tahun 2026 GBI juga akan mendirikan “Museum Pentakosta”.
Museum yang akan mengungkap Sejarah pergerakan gereja Pentakosta dan Gereja Bethel Indonesia (GBI) khususnya, rencananya akan didirikan di lantai 2 Graha Bethel, kantor pusat GBI.
“Pendirian museum ini bertujuan untuk memperkenalkan akar sejarah, pergerakan, dan kontribusi GBI. Kami ingin generasi muda mengetahui sejarah pergerakan Pentakosta secara menyeluruh, mulai dari Yerusalem, pergerakan awal gereja, hingga berkembang di berbagai belahan dunia,” terang Pdt, Rubin.
Lanjut Pdt, Rubin, museum tersebut nantinya akan menelusuri jejak sejarah Pentakosta, termasuk peristiwa penting dalam kebangunan rohani dunia, seperti pergerakan di Amerika Serikat melalui Charles Parham (1901) dan William Seymour di Azusa Street (1906). Namun demikian, Pdt. Rubin menegaskan bahwa akar Pentakosta tidak semata-mata berasal dari Amerika.
“Jauh sebelum para misionaris Amerika datang ke Indonesia pada 1921, melalui Van Claveren dan Grossbeek, sudah ada gereja dengan nuansa Pentakosta yang dibawa oleh misionaris Belanda, yang percaya pada karunia Roh Kudus, bahasa roh, dan kuasa Allah,” ungkapnya.
Kata dia, dominasi media massa Amerika membuat sejarah Pentakosta kerap dipersepsikan berasal sepenuhnya dari Amerika Serikat, padahal realitas sejarah jauh lebih luas. Museum ini, lanjutnya, akan mengulas berbagai denominasi dan pergerakan Pentakosta hingga akhirnya mengerucut pada lahirnya Gereja Bethel Indonesia.
“Berpisah dari GBIS, GBI lahir pada tahun 1970 di Sukabumi. Sejak itu, sudah ada tujuh ketua umum beserta tokoh-tokoh penting yang membangun dan mengembangkan GBI hingga seperti sekarang,” Jelasnya.
Merespon tema perayaan Natal itu, “Allah Hadir Untuk Menyelamatkan Keluarga” (Matius 1: 21-24), Pdt Rubin menekankan pentingnya keharmonisan rumah tangga sebagai fondasi kehidupan dan pelayanan. Ia mengajak para pasangan suami-istri untuk terus memelihara kasih dan kebersamaan dalam keluarga.
“Marilah kita saling mengasihi. Happy wife, happy life. Kasihi istri dengan tulus, buat mereka merasa dihargai dan disenangkan,” katanya.

Perayaan Natal BPP GBI turut dihadiri Ketua-ketua BPD, MP dan sesepuh pendiri GBI. Anggota MP, Ps Pujo S Abednego dalam khotbahnya mengingatkan bahwa kedatangan Yesus Kristus untuk kedua kalinya semakin dekat. Ia menyoroti ironi kehidupan rohani masa kini, ketika banyak keluarga kehilangan kehangatan, kesatuan, dan keharmonisan, padahal Keluarga adalah fondasi pelayanan.
“Banyak hamba Tuhan sibuk melayani, tetapi Tuhan tidak hadir di rumah mereka,” katanya.
Ps. Pujo mengingatkan para pelayan Tuhan yang aktif melayani di luar, tetapi pasif di rumah. Menurutnya, konseling dan perhatian tidak hanya dibutuhkan jemaat, tetapi juga pasangan dan anak-anak di rumah.
“Koreksilah diri dalam pelayanan. Luangkan waktu untuk jemaat, tetapi jangan abaikan waktu untuk keluarga,” pesannya. (ARP)


Be the first to comment