Gereja Ditengah Pandemi Covid-19 Dengan Tindakan Nyata

Jakarta, majalahspektrum.com – PERAN gereja bagi jemaat, masyarakat dan bangsa di tengah pandemi Covid-19, Ketum BPH GBI periode 2014-2018, Pdt, DR, Japarlin Marbun menekankan pada perkataan Tuhan Yesus: “Kamu Adalah Garam dan Terang Dunia”. Gereja Menjadi garam dan terang menurut Japarlin bukan sekedar ucapan tetapi dengan tindakan nyata.

“Bukan hanya tentang pemberitaan Injil, tetapi melakukan langkah-langkah strategis menunjukan arah jalan keluar dan tujuan agar warga gereja dan masyarakat di sekeliling gereja tidak putus asa di tengah pandemi virus corona (Covid-19),” kata Japarlin saat bertemu di XI Café & Eatery, Jalan Swasembada Timur XI, Kebon Bawang, Jakarta Utara, Jumat (9/10/2020).

Wabah virus corona yang melanda Indonesia, khususnya Jakarta, sepanjang tahun 2020 telah melumpuhkan dan membatasi aktivitas social kemasyarakatan, Perusahaan atau usaha ekonomi bisnis dan peribadatan. Justru di saat seperti inilah, kata Japarlin, peranan gereja sebagai Terang dan Garam akan terasa.

Di tengah kesulitan akibat pandemi virus corona, kata Japarlin, sebagai “Terang” gereja dapat memberikan arahan tentang usaha apa yang bisa dilakukan masyarakat untuk ketahanan ekonomi keluarga selain memberikan semangat kepada jemaat dan masyarakat yang tengah putus asa dan apatis akibat dampak pandemi corona.

“Tugas dan pemberdayaan gereja memberikan pengharapan di tengah pandemi, bukan hanya kepada warga gereja tetapi juga kepada masyarakat di sekelilingnya. Bukan sekedar ucapan tetapi juga dengan tindakan-tindakan nyata. Kerahkan Sumber Daya dan Sumber Dana gereja yang ada untuk membantu,” kata Japarlin.

Situasi pandemi corona saat ini, bagi Japarlin, adalah momentum tepat bagi gereja memberdayakan Sumber daya dan dana yang dimiliki guna membantu sesam. Gereja menjadi “Garam dan Terang” akan lebih terasa dan terdengar nyaring disbanding saat situasi kondisi normal.

Misalnya, Gereja dapat memberi pelatihan ekonomi praktis dan kreatif. Di masa tenang (tidak ada pandemi) Gereja punya uang tetapi uang tersebut tidak terlalu berarti disbanding digunakan atau diberdayakan di saat situasi dan kondisi pandemi yang entah sampai kapan berakhirnya.

“Dampak gereja lebih nyaring terdengar bila hadir dan memberkati di masa sulit seperti masa pandemi corona saat ini. Mulailah dari hal-hal yang kecil hingga hal-hal besar. Gereja itu harus menyuarakan suara keNabian tidak boleh diam,” ujar Japarlin.

Gereja sebagai “Garam” harus menunjukan kebaikan dengan karya nyata bukan sekedar ucapan. Gereja harus memberikan solusi pasca masa pandemi. Warga jemaat gereja harus dilatih dan dibiasakan, bagaimana hidup pasca pandemi, misalnya tentang teknologi digital.

Dapat memanfaatkan teknologi digital bagi warga jemaat dan masyarakat akan memberikan wawasan baru tentang bagaimana berinteraksi sosial, Ketahanan ekonomi dan hal lainnya untuk lebih efektif dan kreatif. (ARP)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan