KESAKSIAN – “Tuhan Tak Pernah Salah Memimpin Jalan Hidupku”

Ruang Kesaksian Hidup, majalahspektrum.com – DI AWAL Tahun 2022 saya mengalami peristiwa yang sampai menguncangkan iman keyakinan saya. Saya kecewa kepada Tuhan yang membiarkan saya “Dibantai” oleh orang-orang yang berhati iblis, memakai cara-cara iblis yang tidak berkenan di hadapan Tuhan untuk menganiaya saya.

Tidak kurang banyak Doa dan air mata yang saya curahkan memohon kepada Tuhan untuk memberikan jalan keluar terhadap masalah yang tengah saya hadapi. Bukan karena untuk kebaikan atau kepentingan saya belaka tetapi demi kebaikan dan kepentingan anak-anak saya.

“Tuhan, jangan biarkan anak-anakku yang adalah berkat yang Kau berikan ini menjadi korban atas keserakahan, kedengkian dan kesombongan orang-orang yang ingin memuaskan nafsu duniawinya. Aku percaya Engkau maha kuasa dan ajaib, mampu melakukan hal yang mustahil menjadi tidak mustahil,” begitulah penggalan Doa dan harapan saya kepada Tuhan berkali-kali.

Mental, Jiwa dan Iman Keyakinan saya hancur seketika saat hakim membacakan putusan di luar dugaan saya. Proses sidang demi sidang gugatan cerai isteri yang saya jalani sudah menguras tenaga, waktu, pikiran dan dana serta doa-doa agar gugatan dibatalkan karena saya mau taat ajaran Tuhan bahwa tidak ada perceraian dalam iman saya kecuali karena kematian pupus di tangan hakim yang padahal seorang kristiani dan bersuku sama dengan sama dan isteri.

Alasan ingin taat pada ajaran iman, adat-istiadat leluhur orang batak dan berbagai literature keilmuan umum yang saya sajikan di Pengadilan agar hakim menggagalkan gugatan cerai isteri yang sangat berdampak buruk pada anak-anak kami ternyata tidak menggugah hati nurani hakim, tidak ada gunanya di tangan seorang hakim batak kristiani hanya karena, saya duga kuat sudah terima suap dari isteri saya melalui pengacaranya atau ada intervensi dari sepupu isteri yang adalah seorang hakim.

Berbagai bukti saksi hingga surat pernyataan saya yang dan anak sulung kami yang menolak perceraian dan tidak akan menikah kembali pasca jika hakim memutus cerai dan pernyataan anak sulung untuk ikut hak asuh kepada saya selaku ayahnya karena ibunya dinilainya salah menggugat cerai ayahnya karena tidak sesuai iman kristiani dan menyadari dia adalah cucu “Panggoaran” (pembawa nama Keluarga) di keluarga kami yang beristiadat batak tidak dianggap oleh hakim yang saya nilai sebagai “Yudas” karena telah menghianati iman kristianinya dan tak beradat (“So Maradat).

Akibat putusan itu saya mulai menggugat dan menyalahkan Tuhan, “Mengapa Tuhan membiarkan kejahatan menang atas kebenaran dan iblis bersorak-sorak seakan Tuhan tidur tak membutikan kekuasaan dan mukzijat-Nya. Doa-doa pergumulan saya tak didengar Tuhan.

Saya sebenci-bencinya, mengutuki dan berdoa agar Tuhan mempermalukan dan menghukum mereka-mereka, Pengacara isteri, Hakim, isteri dan keluarga besarnya yang mendukung perceraian kami terjadi dan bahkan menghalalkan segala cara untuk menang demi ego dan nafsu syahwat harta dunia telah menghancurkan jiwa, kepercayaan saya dan masa depan anak-anak saya. Saya pun berkata kepada Tuhan; “Apa maksud rencana Mu Tuhan, Mengapa jalan hidupku seperti ini, jangan-jangan Engkau tidur atau bahkan memang tidak ada,”.

Hingga suatu hari saya diundang menghadiri sebuah perayaan natal. Saya dating ke acara itu dengan tujuan lain bukan karena ingin bersukacita Natal dan mendengar firman Tuhan. Ya hitung-hitung ingin menghibur diri dengan kegiatan selepas depresi akibat putusan hakim kemarin.

Namun entah mengapa di acara Natal tersebut, selama acara berlangsung saya tidak beranjak dari tempat duduk, mengikuti sajian acara demi acara, bahkan sekedar ke toilet, tidak seperti biasanya. Hingga saya mendengar firman Tuhan yang dibawakan oleh seorang Pendeta senior yang sangat menyentuh hati saya. Satu kata yang saya ingat dan menguatkan saya dari kotbah tersebut ialah bahwa; “Tuhan tidak pernah salah memimpin hidup kita yang percaya, Taat dan berserah kepada Nya. Adanya problema hidup adalah bagian dari rencana Tuhan agar kita selalu ingat Dia, mengandalkan Dia imankita semakin kuat dan kokoh. Berserah saja tunggu waktunya Tuhan nyatakan kuasa dan rancangan indahNya atas hidup kita,”.

Setelah mendengar kotbah tersebut saya teringat kembali akan nasehat seorang teman, tepat satu hari setelah putusan pengadilan yang menguatkan saya bahwa nabi Ayub lebih menderita, lebih berat persoalannya dan ujiannya. Ayub kehilangan seluruh harta dan anak-anaknya, ditinggalkan isterinya, ditinggalkan teman dan sahabatnya yang selama ini ternyata hanya mau berteman dan bersahabat dengan Ayub karena hartanya. Belum cukup di situ, Ayub juga mengalami penyakit yang menjijikan. Ayub sempat menghujat Tuhan namun dia tersadar bahwa Tuhan punya otoritas dan kita tak berhak menggugat, kemudian Ayub meminta maaf dan ampun kepada Tuhan. Kemudian Tuhan memberkati Ayub mengembalikan seluruh yang pernah hilang berlipat-lipat kali ganda jarena kesetiaannya kepada Tuhan.

Dari situ, saya menangis, tersadar dan meminta ampun kepada Tuhan. Sebagai wujud sukacita saya saat itu karena hati saya telah didamai sukacitakan pada perayaan Natal tersebut, sekaligus merespons firman Tuhan (Kotbah Natal) yang begitu indah, saya memberikan kesaksian pujian. Saya bawakan dua lagu secara medley berjudul; “Sebab Dia Hidup” dan “Bila Kurenungkan Kasih Tuhan.

Saya kembali berpikir jenih, jiwa tenang dan tak putus berpengharapan. Tingkat kesabaran saya dalam menghadapi problema dan masalah hidup semakin bertambah.

Saat ini saya mengajukan gugatan banding atas putusan hakim. Namun tujuan utama saya hanya untuk menyelamatkan anak-anak saya, khususnya anak sulung saya agar cita-cita hidupnya yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari bisa tercapai tidak terhalangi hanya karena ego ibunya akibat putusan cerai pengadilan .

SABAR adalah cara yang harus digunakan untuk menyelesaikan seberat apapun masalah. Kesabaran adalah Obat Terbaik dari Segala Kesulitan. Sabar itu memberi kesempatan lebih banyak kepada diri sendiri untuk mengevaluasi dan menyiapkan tindakan terbaik dalam situasi apapun. Berusahalah sabar dalam kesesakakan, berusahalah sabar dalam Kesedihan, Kekecewaan dan dalam kesakitan.

Memang Sabar itu susah, capek, sakit dan bikin stress tapi Sabar itu indah jika kita mampu melewatinya maka sabar itu akan menjadi sebuah Kenikmatan dan arti sebuah Keindahan dalam Kehidupan Tak ada kekuatan terbaik selain melatih kesabaran. Jika manusia bisa sabar melewati banyak hal dalam Hidup, maka dialah Pemenang Kehidupan sesungguhnya.

Kesabaran memang terkadang menimbulkan banyak kontroversi dari banyak orang, karena memang tak semudah dikatakan, apalagi dipraktekan. Tetapi bagi orang yang biasa mengasah batin diri, akan lebih mudah melatih kesabarab meski harus bertahap dalam proses. Sanggup meredam ego, keangkuhan pada penerimaan diri dari cara pandang orang. Kesabaran juga mampu mengontrol manusia menjadi lebih Ikhlas lagi, lebih berbesar hati lagi, dan tentunya lebih Tahan Uji lagi.

Dimulai dari hal terkecil maka kita akan menjadi terbiasa dan terlatih pada proses ujian. Mungkin sulit bagi kita tetap Bersabar  tetapi ketahuilah bahwa emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Kita perlu belajar untuk bersabar dan menahan diri. Kita harus mebiasakan diri untuk bersabar sehingga kesabaran itu menjadi Karakter kita.

Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan. Kesabaran akan membuat kita mampu Berpikir Jernih dan Bijaksana dalam mengambil Keputusan. Haluluyah, Terpujilah Tuhan Yesus Kristus sang Pemilik surge dan hidup kita. Amin. (RED)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan