Jakarta, Opini, Majalahspektrum.com – JIKA Tuhan mau, Ia dapat memusnahkan semua manusia pendosa, khususnya kaum LGBT di muka bumi, hal itu pernah Tuhan lakukan pada peristiwa Sodom dan Gumora dan kisah Air bah Nabi Nuh. Namun Tuhan sadar akan sikap otoriterNya tersebut.
Tuhan maha kuasa dan dapat melakukan apapun bahkan yang di luar nalar manusia, namun ada satu hal yang tak dapat Tuhan lakukan yakni memuji diriNya sendiri, itulah sebabnya Tuhan menciptakan manusia agar ada yang memuji dan menyembah-Nya. Namun Tuhan tak ingin manusia menyembah diriNya karena dipaksa atau sudah terprogram bagai robot, Ia ingin manusia memuji dan menyembahNya dengan kesadaran manusia itu sendiri. Seperti yang tertulis dalam Injil tentang hukum yang utama dan terutama, yang salah satunya yakni: “Kasihilah Tuhan Allah mu dengan segenap Hatimu, dengan segenap Jiwa mu dan dengan segenap Akal-Budi mu”.
Jika Tuhan saja tidak otoriter, mengapa kita manusia malah bersikap otoriter terhadap sesama manusia, salah satu contohnya adalah sikap kita yang memusuhi, mendiskriminasi kaum LGBT. Namun, sama seperti Tuhan yang mengawasi manusia berdosa dengan semua konsekuensinya, sebaiknya kita juga mengawasi kaum LGBT juga dengan konsekuensinya atau hukumannya jika melanggar dari pengawasan kita.
Perilaku LGBT, khususnya kaum gay homoseksual memang bukan penyakit menular tetapi merupakan tabiat atau perilaku yang dapat ditularkan ke orang lain. Faktanya, banyak pria yang awalnya normal, bahkan memiliki anak dari buah perkawinannya dengan seorang wanita, tiba-tiba berubah menjadi homoseksual. Ada pula yang biseksual karena pernah berhubungan seks dengan sesama jenis.
Banyak penelitian yang mencoba mengungkapkan faktor penyebab seseorang berubah menjadi Homoseksual. Ada penelitian yang menemukan, peran ayah yang lemah dan ibu yang dominan dalam keluarga, bisa membuat seorang anak laki-laki menjadi tertarik dengan laki-laki juga. Kurangnya peran ayah dalam keluarga, serta pengaruh Ibu yang sangat besar dalam keluarga, bisa membuat seorang anak laki-laki mencari figur laki-laki lain di luar rumah, dan menunjukkan ketertarikan seksual yang tidak lumrah pada pria tersebut.
Ada juga pria yang menjadi gay karena pernah dirudapaksa oleh pamannya di masa kecil. Sebagaimana yang pernah diungkapkan salah seorang selebriti tanah air, pengalaman rudapaksa oleh paman sendiri di masa kecil membuatnya sempat menjadi pria penyuka sesama jenis. Ada juga yang menjadi gay karena faktor ekonomi, karena mengikuti kemauan bosnya yang homoseksual, supaya naik jabatan dan gaji.
Kaum homoseksual adalah sumber dan penyebaran penyakit AIDS/HIV. Dan terbaru, kaum Gay juga penyebab utama penyakit yang baru-baru ini ditemukan dan meresahkan dunia yakni Cacar Monyet. WHO sudah membei peringatan tentang hal ini.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menemukan 98 persen orang yang terinfeksi cacar monyet adalah pria gay atau biseksual dan 95 persen kasus ditularkan melalui aktivitas seksual.
Anggota Program Infeksi Menular Seksual WHO Andy Seale menyatakan peringatan soal perlunya pria gay dan biseksual mengurangi jumlah pasangan mereka berasal dari komunitas itu sendiri. Kata dia, berdasarkan data yang masuk ke organisasinya, saat ini lebih dari 18 ribu kasus cacar monyet lebih sudah menyebar di 78 negara.
Senada, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, akan melakukan pendekatan terhadap kelompok homoseksual, gay, dan biseksual untuk mencegah penularan penyakit cacar monyet atau monkeypox di Indonesia.
Dari 75 negara yang sudah ditemukan cacar monyet, mayoritas penderita cacar monyet merupakan kelompok tersebut.
“Benar, bahwa ini memang ada di kelompok tertentu yang memang penularannya relatif tinggi, sama seperti HIV/Aids. Jadi kita sekarang sudah melakukan pendekatan ke organisasi-organisasi yang mengelola kelompok-kelompok ini, untuk bisa melakukan surveillance secara aktif,” kata Menkes usai peluncuran Transformasi Kesehatan, Selasa (26/7/2022) lalu.
Baca Juga : ( Amesty Internasional Nilai Wagub DKI Jakarta Diskriminatif Terhadap Kaum LGBT )
Dengan fakta tersebut, pemerintah perlu mengawasi secara ketat kaum Gay atau homoseksual. Perlu dibuat aturan yang ada sanksi tegasnya. Ini bukan diskriminasi tetapi pengawasan karena mereka memang berbahaya.
Di lingkungan masyarakat, kita dapat mengawasi kaum penyuka sesama pria yang berjenis Waria (wanitaPria) atau banci, tetapi kita tidak dapat mendeteksi kaum penyuka sesama pria yang berjenis Gay apalagi biseksual karena penampilannya seperti pria pada umumnya, bahkan ada yang bertampang seram atau sangar.
Pemerintah perlu memberi peringatan, himbauan dan aturan kepada kaum Gay. Kaum Gay perlu diberi peringatan agar tidak menularkan kebiasaannya, baik secara paksa ataupun tidak, kepada pria lain yang normal. Peringatan disertai ancaman hukuman perlu diberikan kepada kaum Gay yang kedapatan melakukan hubungan seks dengan pria normal, sekalipun dengan sukarela, karena bisa saja pria normal yang mau berhubungan seks dengan pria Gay karena faktor ekonomi .
Kelompok Gay perlu diberi tanda, atau ciri khusus pada dirinya agar masyarakat luas mengetahui bahwa pria yang tampak normal tersebut adalah gay sehingga bisa dihindari. Ciri khusus pria gay misalnya memakai anting di salahsatu telinganya. Anting yang digunakan bisa juga berupa anting khusus yang ada nomor register dari pemerintah berwenang yang artinya, kaum Gay haruslah membuat pengakuan dan mendaftarkan dirinya sebagai pria Gay, dan sebagai apresiasinya, pemerintah menyediakan berbagai kemudahan atau akses tertentu kepada mereka.
Penulis : Agus R Panjaitan
Be the first to comment