Jakarta, majalahspektrum.com – PERKUMPULAN Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI) merayakan HUT-nya ke-21 Tahun bersama Anak-anak pejuang kanker di Rumah Tinggal sementara “ANYO”, Jl. Anggrek Nelli Murni VIII No; A 40, Slipi, Jakarta Barat, Selasa, 29 Oktober 2024.
Dalam perayaan syukur itu, sebelum memimpin Doa, Ketua Umum PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), Pdt, Gomar Gultom, M.Th. mengaku bahwa ternyata Pelayanannya selama ini di PGI tidak ada apa-apanya dibandingkan pelayanan yang dilakukan oleh pendiri Rumah ANYO, Pasutri Sabar Manulang-Pintauli Br. Panggabean beserta 3 orang pengerjanya.
Gomar mengucapkan terimakasih telah diundang di perayaan syukur itu. Ia mengaku terharu dan senang dapat hadir di Rumah Anyo, apalagi sang pendiri YAI, Sabar Manulang, ternyata teman sekolahnya saat di SMA PSKD.
“Saya terharu dan baru tahu tentang adanya rumah singga untuk anak-anak pejuang kanker. saya salut dengan teman saya dan isterinya boru Panggabean. saya menilai mereka sebagai malaikat yang diutus Tuhan untuk menolong anak-anak pasien kanker. Mereka bukan hanya menampung tetapi juga mencari anak pejuang kanker yang perlu ditolong hingga ke daerah-daerah. saya merasa pelayanan saya selama ini di PGI tidak ada apa-apanya dibanding mereka,” ungkap Pdt, Gomar.
“Kenapa PERWAMKI baru sekarang, di penghujung masa jabatan saya di PGI, baru kasih tahu adanya Rumah ANYO ini,” sambung Gomar.
Ketua Panitia HUT, Agus Riyanto Panjaitan mengatakan, PERWAMKI memilih merayakan HUT-nya bersama anak-anak pejuang kanker di Rumah ANYO, karena merasa Tuhan sudah memberkati PERWAMKI selama 21 Tahun perjalananya dan ingin menjadi saluran berkat bagi orang lain.
“Sesuai tema HUT kita (PERWAMKI), ‘Diberkati Untuk Menjadi Berkat’. biasanya khan kita rayakan HUT di Hotel atau gedung, makan-makan. kini sudah saatnya kita berbagi kasih,” kata Agus.
Perayaan syukur HUT Perwamki di Rumah Anyo dihadiri 8 orang Pengurus DPP dan Panitia, 5 pengurus YAI (Yayasan Anyo Indonesia), 5 orang anak pejuang kanker beserta orangtuanya atau pendamping, Penasehat DPP Perwamki, Jhon SE Panggabean, S.H, M.H dan Ketum PGI Pdt, Gomar Gultom.
“Kita memang tidak mengundang banyak orang karena kita batasi. anak-anak pejuang kanker butuh ketenangan,” terang Agus.
Dalam perayaan itu, Ketum DPP PERWAMKI, Stevano Margianto juga berbagi kesaksian hidup tentang pengalamannya mendampingi pejuang kanker.
“Saya 4 tahun mendampingi isteri saya berjuang melawan kanker payudara. sangat melelahkan dan butuh kesabaran. pejuang kanker harus terus diberi semangat dan perhatian lebih. belum lagi biaya dan waktu yang dikeluarkan, saya terpaksa berhenti kerja. Dahulu belum ada BPJS seperti sekarang, pengobatan sangat mahal. tetapi Mukjizat itu ada, pertolongan Tuhan sangat saya rasakan. sekarang isteri saya sudah sembuh,” cerita Margianto.
Itulah sebabnya ia langsung setuju ketika ketua Panitia mengusulkan merayakan HUT ke-21 PERWAMKI di Rumah Anyo bersama Anak-anak pejuang kanker. “Agus (Ketua Panitia) pernah ke sini sebelumya, dari cerita dia saat berkunjung ke rumah Anyo tahun 2016, saya langsung dukung,” ungkap Margianto.
Perayaan HUT ke-21 PERWAMKI ditandai dengan peniupan lilin di nasi tumpeng secara bersama-sama dengan anak pejuang kanker. Tidak ada ibadah khusus di perayaan itu karena mayoritas anak pejuang kanker non kristiani, dan memang Rumah Anyo tersedia untuk semua golongan, Ras dan agama.
Setelah peniupan lilin HUT. Ketum PERWAMKI lalu memotong nasi tumpeng untuk diberikan kepada Ketum PGI, sedangkan Sekum David Pasaribu memberikan potongan tumpeng ke Penasehat PERWAMKI. Jhon Panggabean. Kemudian Ketum PGI memberikan potongan tumpeng ke Pengurus YAI, sedangkan penasehat perwamki memberikan potongan tumpeng ke Perwakilan Anak pejuang Kanker, dan semua yang hadir makan bersama.
Memasuki acara ramah-tamah, PERWAMKI memberikan bingkisan aneka buah segar, buku bacaan anak, Mainan Anak serta buku dan alat tulis (anak pejuang kanker tetap sekolah). tak lupa Perwamki memberikan sedikit bantuan dana kepada yayasan Anyo.
Sekilas Tentang Rumah ANYO
Yayasan Anyo Indonesia (YAI), yayasan sosial nirlaba, lintas suku dan agama, didirikan di Jakarta, 27 Juni 2012 oleh pasangan suami-isteri, Sabar Manulang-Pintauli Panggabean. mereka terpanggil mendirikan Rumah Singgah “ANYO” bagi Anak-anak Penderita Kanker karena ingin menolong Anyo-Anyo lainnya.
Nama Anyo berasal dari nama kecil almarhum Andrew Maruli David Manullang putra sulung Sabar dan Pintauli, Anyo terjangkit kanker darah (leukimia) pada Tahun Tahun 2004, di usianya 12 Tahun.
“Hasil diagnosa dokter kala itu Anyo terkena kanker darah karena virus, awalnya seperti terkena penyakit tipes, anak kami meninggal dunia pada umur 19 tahun di tanggal 7 Desember 2009,” cerita Pinta br.Panggabean sebelum acara HUT PERWAMKI dimulai menunggu kehadiran Ketum PGI dan Penasehat Perwamki.
Dari pengalaman 4 tahun lebih merawat Anyo inilah Pinta bersama suami mendirikan Rumah Singgah ANYO bagi anak-anak penderita kanker.
“Rumah Anyo bukan tempat singgah tetapi Tempat tinggal sementara, dan jangan menyebut mereka ‘penderita’ tetapi anak dengan kanker atau lainnya karena kata ‘Penderita’ mempengaruhi psikologis mereka bahwa kanker adalah penderitaan dapat membuat mereka menjadi tidak bersemangat,” terang Pinta.
Di rumah ANYO, anak pejuang kanker dengan pendampingnya dibuat senyaman mungkin. mereka tidak membayar apapun, segala kebutuhan. seperti; kebutuhan sehari-hari hingga transpirtasi pengobatan ke RS disediakan gratis, bahkan ada Lift di rumah itu.
“Mereka harus nyaman dalam menjalani pengobatan, adapun keberadaan Lift di sini untuk mereka naik ke kamar mereka di lantai 2 karena lemas, tidak kuat naik tangga sehabis menjalani pengobatan (kemotraphy) di RS,” terang Sabar Manulang.
Pendiri ingin meneruskan semangat Anyo untuk menolong anak-anak Indonesia yang masih berjuang melawan kanker, terutama dari keluarga pra-sejahtera di Indonesia.
Awalnya mereka menerima pejuang kanker yang datang, namun kemudian Rumah ANYO “jemput bola”, mencari anak-anak pejuang kanker dari Sabang sampai Merauke, yang membutuhkan pertolongan.
Di Rumah ANYO, anak pejuang kanker dengan orangtuanya (pendamping) dari daerah diongkosi transportasinya ke Jakarta untuk berobat di RS.
Pintauli Manulang br.Panggabean Pendiri YAI, ibunda ANYO
Untuk menjaring anak pejuang kanker, mereka bersinergi dengan Puskesmas yang ada di daerah, karena umumnya Puskesmaslah tempat pertama kali masyarakat di daerah terpencil berobat, dari puskesmas itulah deteksi awal terjangkit kanker diketahui.
“Kita ingin mengurangi beban mereka. tujuan bekerjasama dengan Puskesmas agar anak pejuang kanker dapat terdeteksi dengan dini dan stadium awal, karena dahulu mereka yang datang ke Rumah ANYO sudah dalam stadium gawat,” ujar Pinta.
Kata Pinta, jenis penyakit kanker terbanyak di Indonesia adalah kanker darah diikuti kanker mata. kanker mata biasanya terjadi pada anak Balita. saat ini sudah ada alat yang dapat mendeteksi dini kanker mata, dan kanker mata paling mudah untuk disembuhkan.
“Ada beberapa anak dengan kanker mata dari Rumah ANYO yang kita sekolahkan ke Universitas. mereka sudah sembuh dan hidup dengan normal. mereka eks pejuang kanker harus kita motivasi bahwa mereka bisa sukses dan tidak minder (kecil hati). kita juga gencar sosialisasi tentang pencegahan dan penanganan dini kanker,” tandasnya. (ARP)
Be the first to comment