Rantepao, Toraja, majalahspektrum.com – PERKUMPULAN Wartawan Media Kristen Indonesia (PERWAMKI) menggelar pelatihan Jurnalistik di Sekolah unggul SMA Kristen Barana, Jl. Pamabi Barana Rantepao, Tikala-Toraja Utara, Sabtu, 9 November 2024. SMAK Barana adalah salah satu sekolah unggulan di Sulawesi Selatan yang berada di Toraja.
PERWAMKI diberikan waktu pelatihan selama 2 jam, yakni dari pukul 15:00 – 17:00 WIT. Pasalnya, agar para siswa yang mengikuti pelatihan sempat istirahat, mandi-makan malam dan kembali belajar. Hal itu karena semua siswa di SMA Kristen Barana tinggal di Asrama sekolah.
Tampak 200 siswa/i kelas 11 SMA Kristen Barana sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut. Pasalnya, mereka mampu membuat berita dalam waktu 30 menit yang ditentukan oleh Pengajar dari PERWAMKI, Agus R Panjaitan.
Sebelum pengajaran materi dasar jurnalistik dimulai, Ketua Umum PERWAMKI, Stevano Margianto berkesempatan memperkenalkan diri.
“Kami mengadakan pelatihan jurnalistik dalam rangka HUT Ke-21 PERWAMKI dan turut serta mesukseskan Sidang Raya PGI, kami ingin berbagi ilmu kepada adik-adik siswa SMA Barana, berharap ada generasi penerus menjadi seorang jurnalis atau wartawan,” kata Margi, panggilan akrab, Ketum PERWAMKI ini.
Sebagai pengajar di pelatihan itu, Agus R Panjaitan mengawali materi pelatihan dengan menjabarkan apa itu ilmu jurnalistik dan perbedaan antara Jurnalis dan Wartawan.
“Banyak orang menganggap jurnalis dan wartawan itu sama. Walau sama-sama berkecimpung di bidang jurnalistik, keduanya memiliki tugas yang berbeda. Jurnalis mengumpulkan dan menulis informasi yang didapat sedangkan wartawan mencari informasi dari narasumber untuk ditulis di media,” terang Agus.
Lanjut Agus, kemampuan menulis adalah sebuah talenta yang Tuhan berikan kepada seseorang. “Semua orang dapat menulis tetapi tidak semua orang berbakat menulis. Jadi jangan heran kalau ada Pemimpin Redaksi lulusan sarjana pertanian,” katanya.
Selanjutnya Agus menjelaskan rumus dasar penulisan berita, bagaiamana merangkai berita dengan rumus piramida dan piramida terbalik. Bagaimana menentukan pokok berita, membuat judul yang menarik dan kepekaan penulis dalam membuat berita (Sense of News).
“Buatlah judul yang membuat orang ingin membaca tulisan anda. Gunakan bahasa dan kalimat yang sederhana dan enak dibaca. Karena kepuasan seorang penulis adalah ketika tulisannya dibaca orang,” jelasnya.
Selanjutnya Agus menjelaskan tentang etika jurnalistik, tantangan dan etika jurnalis di era digital dan media sosial.
“Selain independen dan akurasi berita, yang terpenting adalah penulis tidak beritikad buruk. Jurnalis kristen tulisannya haruslah menjadi berkat bagi pembacanya, ini sejalan dengan fungsi pers yang mengedukasi masyarakat dan membela kepentingan umum,” papar Agus.
“Hati-hati bermedia sosial, UU ITE mengancam. Anda ingin menjadi Penulis? Mulailah menulis,” kata Agus menutup paparan teorinya.
Usai memberikan teori jurnalistik, Agus lantas meminta siswa/i untuk membuat berita atau jurnal minimal 5 paragraf dalam waktu 30 menit.
“Silahkan gunakan Smartphone atau tablet yang adik-adik punya, atau tulis di kertas. Nanti beberapa contoh hasil tulisan kalian kita baca dan kita evaluasi. Jika ada yang mau mewawancara pak Wakil Kepsek, Ketum Perwamki atau saya, dipersilahkan. Ingat, pilihlah topik yang menarik agar tulisan kalian dibaca orang dan bermanfaat,” tutur Agus.
Tepat pukul 16:30 WIT, siswa/I, peserta pelatihan selesai mengerjakan tugas menulisnya. Lalu 3 orang siswa, secara bergiliran membacakan hasil tulisannya. Rata-rata tulisan mereka sudah sangat baik untuk seorang pemula di usia remaja seperti mereka.
“Terima kasih Ronaldy dari kelas XI/6, kamu hebat sudah bisa menjadikan teman sekolah mu menjadi narasumbermu, topiknya pun menarik, namun jangan membuat kata yang tidak dapat dimengerti semua orang, atau kamu jelaskan istilah itu ditulisan kamu,” kata Agus mengevaluasi hasil tulisan siswa Ronaldy.
Siswa lain yang membacakan hasil tulisannya, Stella Florencia dari kelas 11/7 menulis tentang sebuah kisah nyata yang ispiratif tentang sebuah mukjizat yang dialami seorang anak. “Tulisan kamu sangat bagus, enak dibaca dan menggunakan kalimat yang tepat. Hanya saja jangan mengulang-ulang kata “Sang Anak”, beritahu nama atau identitas lainnya si anak,” saran Agus.
Ananda Kristian kelas XI/1 membacakan beritanya dari hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Ia mengangkat topik upaya peningkatan teknologi digital guna meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah itu.
Banyak siswa sebenarnya yang ingin maju membacakan hasil tulisannya. Namun karena terbatasnya waktu, hanya 3 orang siswa yang dipilih dapat membacakan hasil tulisannya.
“Silahkan kirim tulisan kalian ke pak wakil kepsek, nanti setelah dikumpulkan, pak kepsek akan kirim ke kami. Dengan ini kami minta ijin ke kalian untuk menerbitkan tulisan kalian, yang saya anggap sangat baik untuk kita publish di media-media Perwamki,” kata Agus.
Pelatihan ditutup dengan doa oleh Wakil Kepsek dilanjutkan foto bersama. Saat tim Perwamki tengah ngobrol dengan Wakepsek, seorang siswa mengahmpiri Agus sambil menyerahkan tulisan yang dibuatnya dalam kertas.
“Pak tolong dibaca, ini tulisan tentang peristiwa nyata di sebuah desa yang terpencil yang butuh berhatian dan pertolongan,” kata siswa Theopilus Indra Bakti Kelas XI/3. (ARP)
Be the first to comment