
Karawang, majalahspektrum.com – JALAN Tol Trans-Jawa yang dibangun di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat bermanfaat. Selain dapat mengurangi kemacetan saat lebaran, keberadaan jalan Tol tersebut juga membuat laju mudik menjadi lebih cepat sampai ke kampung halaman para pemudik.
Ketika Jalan Tol Trans-Jawa belum terbangun Simpang Jomin dikenal sebagai “Jalur Neraka”. Pasalnya, kemacetan di areal ini bisa berlangsung puluhan jam. Sebidang area simpang Jomin berpuluh-puluh tahun menjadi primadona pemudik dari arah Jakarta, dan Bandung, untuk menuju Cirebon, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Namanya popular karena terus disebut-sebut para pewarta saat melaporkan kerja jurnalistiknya saat musim mudik lebaran.
Kini “Jalur Neraka” Simpang Jomin tinggal legenda.
Kanit Turjawali Sat Lantas Polres Karawang Aipda Ali Idrus berkisah, pertigaan yang berada di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, ini menjadi lintasan wajib ketika Jalan Tol Trans-Jawa belum terbangun.
“Ada satu saja mobil mogok, atau becak ngetem, ekor macetnya bisa sampai ke Purwakarta, dan Cikampek, hingga puluhan kilometer. Kami harus kerja keras mengurainya,” cerita Idrus, seperti dilansir dari laman Kompas.com, Selasa (3/6/2019).
Menurut Idrus, Simpang Jomin kala itu tidak hanya digunakan oleh pemudik yang mengalir ke arah timur, barat, dan selatan Jawa, melainkan juga pedagang kaki lima, pasar tumpah, dan juga warga Karawang yang beraktivitas sehari-hari. Idrus dan timnya sampai dibuat tak tidur berhari-hari demi mengurusi legenda infrastruktur satu ini. Bahkan, pria asal Bandung ini rela berkali-kali tak berlebaran bersama keluarga.
“Kalau pun bisa istirahat, paling hanya 15 menit. Itu pun tidur ayam. Tapi ini kan tugas. Kami berusaha melayani masyarakat dengan baik, agar mereka perjalanan mudiknya lancar,” kisahnya.
Lantas, bagaimana kondisinya kini?
Pantauan melintasi Simpang Jomin, pada Minggu (3/6/2019) malam, dan Senin (3/6/2019) siang. Dari kedua pantauan ini tak ada ekor kemacetan, antrean panjang kendaraan, atau simpul-simpul jalan yang tersendat.
Simpang Jomin memang masih dilintasi berbagai jenis kendaraan, dengan roda dua mendominasi. Meminjam istilah Idrus, arus mudik atau arus lalu lintas secara khusus “bablas” tak ada sumbatan.
Sebagai bagian dari infrastruktur lintas pantai utara (Pantura) Jawa, Simpang Jomin terkini dalam kondisi mulus secara fisik.
Pengaturan dan rekayasa lalu lintasnya pun lebih efektif. Hal ini karena Tim Urai yang diterjunkan Polres Karawang yang bertugas “menjemput” dan mengantisipasi kemacetan secara dini. Mereka dibekali perangkat telekomunikasi mutakhir, dan sepeda motor agar bisa bergerak lincah, cepat, dan efisien.
“Tim Urai inilah yang mendeteksi secara dini simpul-simpul yang berpotensi macet. Mereka kemudian bergerak ke titik-titik krusial tersebut, untuk kemudian menguraikan arusnya,” jelas Idrus.
Selain itu, Polres Karawang juga membatasi pergerakan becak, angkot, dan pedagang kaki lima untuk beroperasi di wilayah-wilayah tertentu.
“Tidak ada lagi pasar tumpah dan becak mangkal. Angkot pun kami buat jalur operasi hanya di dalam kota, dan jalan lingkungan,” terang Idrus. (Red)
Be the first to comment