Jakarta, majalahspektrum.com – MEMPERINGATI 505 Tahun Reformasi Gereja, Gembala Sidang GSPDI (Gereja Sidang Pantekosta Di Indonesia) jemaat House of Filadelfia Bellezza, Permata Hijau, Pdt. Dr. Mulyadi Sulaeman mengingatkan pentingnya jemaat, khususnya para Pendeta atau hamba Tuhan tetap memiliki Alkitab Hard Copy atau cetak meski saat ini sudah ada Alkitab Digital dalam Smart Phone.
“Meski lebih praktis dan cepat, Alkitab digital sangat rentan disesatkan dan hilang. Saat ini ada banyak versi terjemahan Alkitab digital, kita mesti hati-hati mana versi yang tepat terjemahannya,” kata Pdt, Mul, panggilan akrab Dewan Penasehat DPP PERWAMKI (Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia) ini di kantor gerejanya, Mall Bellezza Permata Hijau, Jakarta Selatan, Rabu (26/10/2022).
Menurut Ketua Umum Sinode GSPDI periode 2013-1017 ini, dunia digital adalah dunia yang sangat rentan terhadap perubahan. Sehingga kadang-kadang kita tidak tahu, isi Alkitab kita sudah berubah atau tidak.
“Perkembangan teknologi digital begitu cepat, kita tidak bisa menghalangi perkembangan jaman imbas dari perkembangan teknologi, kemarin WhatsApp (WA) down saja kita sudah merasa susah bagaimana jika terjadi Crash, internet rusak, file rusak, maka Alkitab pun akan ikut hilang,” jelasnya.
Kemudian, lanjut salah satu Ketua pusat aras Gereja Nasional PGPI ini, seperti apa yang dinubuatkan dalam kitab Amos 8:11-12 yaitu suatu kali orang akan mencari firman Tuhan dari barat ke timur, bisa juga diartikan secara fisik, orang mencari Alkitab, dan tidak menemukannya, sebab Alkitab dalam bentuk hardcopy tertulis tidak ada lagi, cuma mungkin ada dimuseum-museum atau library-library, karena semua sudah mengandalkan Alkitab digital.
“Kita memang tidak bisa melawan perubahan jaman, dan dalam setiap jaman pun, pasti roh kudus akan bekerja menurut cara-Nya. Di era digital sekarang ini Pendeta, Hamba-Hamba Tuhan pun kebanyakan jemaat sudah beralih ke Alkitab digital. Disatu sisi, kita memang sudah masuk era teknologi, mau tidak mau kita harus mengikutinya. Dilain sisi, kita harus hati-hati karena dunia digital adalah dunia yang sangat rentan. Saya yakin Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) pasti masih mencetak Alkitab, karena di daerah-daerah pedalaman dan yang terpencil masih mengandalkan Alkitab cetak,” terang Pdt Mul.
Diakui Pdt, Mul, memang dengan Alkitab digital akan jadi lebih mudah dan cepat mempersiapkan bahan kotbah ketimbang memakai Alkitab cetak, namun ia menyarankan agar para pendeta dan hamba-hamba Tuhan tetap memiliki minimal 1 Alkitab cetak.
“Alkitab cetak bisa diberikan tanda, dibaca secara lengkap dengan perikop, dan lain sebagainya. Jadi anak-anak generasi muda diharapkan, mereka juga memiliki Alkitab pribadi dalam bentuk hardcopy atau cetak,” imbau Pdt Mul.
Kepada LAI Pdt, Mul mengusulkan agar Alkitab cetak dibuat dalam terjemahan bahasa-bahasa suku yang ada di seluruh Indonesia sebab bahasa ibu itu lebih mengena daripada yang lain.
“Kita mendorong terus Lembaga Alkitab Indonesia, yayasan-yayasan yang bergerak dalam penerjemahan Alkitab, untuk melakukan penerjemahan bagi suku-suku di Indonesia yang masih banyak belum mempunyai Alkitab secara pribadi,” harap Pdt Mul. (ARP)
Be the first to comment